Share

Keramas

Author: Nona Ekha
last update Huling Na-update: 2022-09-10 17:56:13

"Ini beneran pacar kamu?" tanya wanita itu sambil menatap Embun dari atas sampai bawah.

"Ada yang salah?" tanya Gio datar.

Wanita itu tertawa mencemooh. "Pacar kamu cleaning servis? Seriusan? Nggak salah?"

Gio tak menanggapi ucapan wanita itu, tetapi tangannya mencengkram erat pinggang Embun, membuat wanita itu meringis kesakitan.

"Terus kenapa?" Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Gio kembali membuka suara.

"Hahahaha." Wanita itu tergelak kencang, "ternyata selera kamu rendahan sekali, coba buka mata kamu lebar-lebar, masih cantikan aku ke mana-mana, masih seksi aku dibandingkan dia, coba kamu lihat tubuhnya itu. Apa kamu sama sekali tidak bisa melihat hal itu, Gio?" tanya wanita itu remeh.

Gio mendesah berat. "Kalau aku sudah cinta sama dia mau bagaimana lagi. Iya, kan, Sayang?" tanya pria itu seraya menoleh ke arah Embun.

Embun hanya bisa meringis pelan ketika Gio mencubit pinggang wanita itu.

'Aduh, ini gimana jawabnya sih, terus kenapa dia cubit-cubit pinggang aku, mana keras lagi, apa dia lagi kasih kode?' batin Embun.

Karena tak mendapat jawaban dari Embun, Gio berdeham cukup keras, kali ini pandangannya kembali ke arah wanita itu.

"Sora, sepertinya wanitaku sudah salah paham. Sebaiknya kamu segera pergi dari sini, aku ingin berduaan dengan wanitaku," usir pria itu dengan suara tegas.

"Kamu bisa pikirkan hal ini baik-baik, Gio. Aku bisa gantikan posisi wanita miskin ini, aku juga rela kasih apapun yang aku punya--"

"Keluar!" bentak Gio, membuat Embun dan wanita itu terkejut bukan main.

'Ya Tuhan, kenapa dia teriak di dekat telingaku sih,' keluh Embun dalam hati.

Sedangkan wanita yang bernama Sora itu mengepalkan tangannya, tak lama kemudian dia langsung pergi dari ruangan itu.

"Kamu juga kenapa masih diam di sini?"

Embun lagi-lagi tersentak, sedang asyik melihat wanita itu keluar, tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara Gio.

"Ya, Pak?"

"Kamu juga keluar!" usir pria itu.

'Ya ampun, ganteng-ganteng kok hobinya teriak-teriak sih,' batin Embun.

"Tapi, Pak. Saya belum mengerjakan tugas saya di sini, saya ingin--"

"Aku bilang keluar ya keluar! Apa kamu tuli, hah?"

"Nggak, Pak. Kalau begitu saya pamit undur diri."

Belum sempat Gio menjawab, Embun sudah berlari keluar lebih dulu.

"Gila, gila, gila. Belum ada satu jam di sana, tapi udah bikin jantung deg-degan, kalau tiap hari aku ada di ruangan itu, bisa-bisa mati mendadak karena selalu dengar dia teriak-teriak gitu," gumam wanita itu sambil geleng-geleng kepala.

"Hei, kau!"

'Duh, apa lagi ini.'

Embun langsung mengentikan langkahnya, dia kembali menoleh ke samping, lalu tersenyum manis tapi terkesan dipaksakan.

"Saya, Pak?"

Gio mendengkus sebal. "Memangnya siapa lagi kalau bukan kamu. Cepat sini!" titah pria itu yang tidak bisa dibantah.

'Gini-gini, kan, aku punya nama,' dengkus Embun dalam hati.

Andai saja dia bisa berbicara langsung seperti itu pada Gio, tapi sayangnya dia tidak mempunyai keberanian, menurutnya Gio itu berbeda dengan orang-orang yang selama ini dia temuinya. Galak!

Mau tak mau Embun mendekati pria itu.

"Ada apa ya, Pak?" tanya Embun takut-takut.

"Nama."

"Nama?" ulang Embun dengan kening berkerut.

"Nama kamu!"

Embun manggut-manggut. "Perkenalkan nama saya Embun, Pak. Saya karyawan baru di sini, baru beberapa hari kerja. Jadi--"

"Aku cuma tanya nama kamu," ujar pria itu sinis. "Bawa peralatan bersih-bersih itu dari ruanganku, sekarang!"

***

"Kenapa tuh muka? Jutek banget, pasti gagal ya goda pak Gio," kata Rika pedas.

"Enak aja, emangnya aku itu kamu," ujar Embun telak.

Mendengar cara bicara Embun yang agak ngegas, semakin membuat Rika curiga kalau apa yang dia pikirkan ternyata benar.

"Hahahaha, habis diapain kamu sama Pak Gio? Pasti dicaci maki habis-habisan, kan? Makanya jangan coba-coba goda dia, nggak bakalan mempan, sekalipun kamu nggak pakai baju di depan dia, dia juga nggak bakal tertarik sama kamu."

Perut Embun yang tadinya terasa begitu lapar, tapi ketika mendengar ocehan Rika, semua rasa lapar itu seketika lenyap.

Embun menatap Rika dengan senyum remeh. "Atau jangan-jangan kamu yang seperti itu?" tebaknya, yang ternyata memang benar.

Ketika Rika ingin menjawab, tiba-tiba saja ada yang memanggil Embun begitu nyaring, baik Embun dan Rika langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Embun, dipanggil sama Pak Gio," kata wanita itu, Resa namanya, dia tampak begitu ngos-ngosan, sepertinya habis berlari.

"Kenapa?" tanya Embun dengan kening berkerut.

"Nggak tahu juga sih, tiba-tiba aja dia nyuruh aku buat panggil kamu, cepat sana datang ke ruangannya, takutnya nanti dia marah, kalau marah dia bahaya," ujar Resa, tampak ketakutan.

Embun berdecak kesal. "Oke deh, mudahan aja nggak ada apa-apa," gumamnya pelan.

"Hati-hati tuh, palingan juga dapat surat peringatan karena sudah berani merayu Pak Gio," sindir Rika.

Embun hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tuduhan tak masuk akal yang Rika berikan.

Tanpa berkata-kata lagi, Embun pergi meninggalkan makanannya itu, berjalan menuju ruangan Gio.

Tepat di depan pintu ruangan Gio, Embun gugup setengah mati, ragu ingin masuk atau tidak.

Setelah menimbang-nimbang jawaban antara iya atau tidak, akhirnya wanita itu memutuskan untuk mengetuk pintu tersebut.

Tok ... tok ... tok ...

"Masuk!"

Dengan tangan gemetar, Embun memegang kenop pintu tersebut, setelah pintu itu terbuka, dia melihat Gio sedang asyik menatap layar komputernya, dan juga Embun melihat ada seorang wanita yang tengah berdiri di samping pria itu.

Embun menelan salivanya dengan kasar ketika melihat penampilan wanita itu tampak acak-acakan.

'Haduh, siapa lagi wanita ini? Dan juga kenapa pakaiannya juga seperti itu, apa yang sudah terjadi?' batin Embun bertanya-tanya.

"Kemarilah!" titah pria itu seraya melambaikan tangannya, memberi kode agar Embun segera mendekat.

Embun pun menurut, dia akhirnya mendekati pria itu dengan pandangan menunduk. Dia sama sekali tidak berani menatap Gio.

"Duduk!"

"Duduk?" Embun terperanjat sambil menoleh ke sana-sini.

'Duduk di mana maksudnya, masa iya di meja?'

"Di sini, dipangkuanku."

Mata Embun membulat. "Tapi, Pak, sa--saya--"

"Kamu ini kenapa sih, kalau nggak ada orang aja suka banget duduk dipangkuanku, giliran ada orang kenapa kamu malah malu-malu?"

Embun tak menjawab, dia hanya bisa garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Yang lebih mengejutkan lagi, Embun ditarik paksa oleh pria itu agar duduk dipangkuan pria itu.

"Jadi, bilang pada mamaku untuk tidak menjodoh-jodohkan aku dengan wanita-wanita pilihannya, karena sebenarnya aku sudah punya dia, paham?"

Embun tak bisa berkutik sedikit pun, bahkan hanya untuk sekadar bernapas saja dia tampak kesulitan.

"Kamu pacaran dengan office girl?"

"Itu tidak penting, sebaiknya kamu pergi dari sini."

"Oke, baiklah. Aku tidak akan mengganggumu lagi," kata wanita itu pasrah.

'Ah sifatnya beda sekali dengan wanita bar-bar yang tadi,' batin Embun.

Setelah wanita itu pergi, tiba-tiba saja Gio mendorong tubuh Embun, membuat wanita itu memekik nyaring.

"Bisa-bisanya kamu duduk di dekatku dengan kondisi tidak pernah keramas," sentak pria itu sambil berkacak pinggang.

"Maaf, Pak. Saya tidak tahu maksud Anda itu apa, dan masalah keramas, saya selalu keramas, Pak."

"Terus kenapa tadi kamu garuk-garuk kepala? Huh, menyebalkan sekali. Cepat keluar dari sini, jangan lupa keramas. Ingat, K-E-R-A-M-A-S!" tekan Gio dengan mata melotot.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Herna Wati
ampuuuuun dah.......
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dinikahi CEO Galak   Ya udah Ayo! Aku Kasih Jatah

    Bahagia! Itu adalah gambaran sempurna untuk keluarga Gio.Ya, saat ini mereka tengah dikaruniai seorang putri yang begitu cantik, ditambah lagi saat ini sang istri sedang hamil anak kedua, kandungannya sudah berumur tujuh bulan, yang kabarnya anak itu berjenis kelamin laki-laki.Jelas saja kebahagiaan itu semakin lengkap untuk Gio maupun Embun."Dan pada akhirnya si Cinderella pun bahagia dengan pasangannya."Alea menatap ayahnya dengan raut wajah bingung."Kok ceritanya beda kayak yang diceritakan oleh bunda, Yah?" protes anak itu.Pipi Alea menggembung, membuat Gio gemas, dan pada akhirnya dia mencubit kedua pipi Alea itu dengan pelan."Itu kan versi bunda, kalau versi Ayah ya beda dong. Alea kenapa belum tidur? Ayah udah baca dongeng dari tadi loh.""Masih belum ngantuk, Yah. Biasanya kalau bunda yang bacain dongeng, Alea langsung tidur. Tapi kalau sama Ayah kok nggak ya?" tanya anak itu dengan raut wajah bingungnya.Ya bagaimana Alea bisa mau tidur, Gio saja menceritakannya tidak

  • Dinikahi CEO Galak   Kebiri Aja!

    Embun menangis begitu kencang ketika mendengar penuturan dari suaminya. Ya, Gio mengatakan bahwa saat ini dirinya tengah hamil.Awalnya wanita itu tidak percaya dengan ucapan Gio, karena dokter sudah memvonisnya akan susah hamil akibat kecelakaan itu.Namun, keraguan itu seketika sirna karena Gio membawa bukti yang diberikan oleh dokter itu, dan langsung Gio memberikannya pada Embun. Dari situlah baru Embu percaya kalau saat ini tengah ada janin di dalam perutnya."Sayang, udah, jangan nangis terus," tegur Gio sambil mengusap-usap punggung wanita itu secara perlahan."Ini benar-benar nggak mungkin, Mas. Bagaimana bisa aku ... hamil? Sedangkan--""Ssstttt." Gio menempelkan jari telunjuknya di bibir wanita itu. "Nggak ada yang nggak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak, Sayang. Ini adalah takdir kita. Tuhan masih memberikan kepercayaannya pada kita untuk merawat bayi ini. Mungkin waktu itu kita masih belum dikasih kepercayaan karena kita masih belum dewasa, kita masih sama-sama egois.

  • Dinikahi CEO Galak   Tadi Gio Bilang Apa?

    Berkali-kali Gio menciumi telapak tangan Embun. Perasaannya benar-benar campur aduk, tak karuan. Ada rasa khawatir, cemas, emosi dan juga bahagia. Karena perlakuan Gio, membuat Embun dengan perlahan membuka kedua matanya.Kepalanya masih terasa sakit, maka dari itu dia ingin kembali memejamkan matanya, akan tetapi karena ada yang terus menciumi tangannya, pada akhirnya dia mengurungkan niatnya."Mas," panggil wanita itu lirih."Sayang, kamu udah bangun?" tanya pria itu dengan cepat. "Gimana? Apa yang sedang kamu rasakan? Apa ada bagian yang sakit di area tubuhmu?" Pertanyaan beruntun Gio membuat Embun tersenyum tipis.Wanita itu menggeleng pelan. "Nggak ada, Mas. Aku cuma pusing aja, sama lemas juga sih sebenernya," beritahu wanita itu.Embun menatap sekitar, dahinya mengernyit heran karena baru menyadari kalau dia tidak berada di dalam kamarnya, melainkan ruangan yang begitu asing, menurutnya."Kita lagi di mana, Mas?" tanya wanita itu dengan kening berkerut.Gio mendengkus keras. "

  • Dinikahi CEO Galak   Siapa Dia?

    Langkah Gio begitu tergesa-gesa. Terlihat begitu jelas raut wajahnya tampak cemas.Tadi, ketika Embun yang menghubunginya, ternyata yang Gio dengar bukan suara istrinya, melainkan suara orang lain, yang lebih parahnya lagi adalah suara seorang pria.Marah? Tentu saja! Siapa yang begitu berani meneleponnya mengunakan nomor istrinya? Bukan itu poin pentingnya, melainkan kenapa ponsel istrinya bisa di tangan orang lain? Terlebih lagi seorang pria."Ha-halo."Mata Gio membulat ketika bukan suara istrinya yang terdengar."Siapa kamu? Kenapa ponsel istriku bisa di tanganmu? Mana istriku?" sentak pria itu cepat."Ma-maaf. Aku akan menjelaskannya nanti--""Kenapa harus nanti? Cepat jelaskan sekarang!" kata Gio dengan suara yang begitu nyaring."Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang ada yang lebih penting yang harus kita urus. Ini tentang Embun, dia saat ini pingsan!" Pria yang tak Gio ketahui siapa namanya itu juga ikut berteriak.Gio tersentak, bukan karena bentakan pria itu, akan tetapi d

  • Dinikahi CEO Galak   Halo, Sayang, Halo

    "Untuk pembangunan di sebelah selatan delapan puluh persen sudah jadi, Pak, sebentar lagi akan rampung," beritahu Rizal.Gio tampak manggut-manggut. "Terima kasih atas laporannya, Rizal. Kamu memang bisa diandalkan. Nggak sia-sia aku kasih kamu kesempatan sekali lagi buat kerja sama aku," ucap pria itu bangga.Rizal tersipu malu. "Anda terlalu banyak memuji, Pak. Saya bisa seperti juga berkat Anda. Terima kasih karena saya sudah dikasih kepercayaan penuh oleh Anda, Pak."Gio kembali mengangguk seraya menepuk pundak Rizal berkali-kali.Dulu, waktu pertama kali Gio mempekerjakan Rizal, Rizal memang sangat payah, tidak mempunyai keahlian ataupun cekatan, tapi berkat kesabaran Gio dan juga ketelatenan pria itu dalam mendidik Rizal, pada akhirnya asistennya pun berubah menjadi semenakjubkan seperti ini. Gio bangga pada Rizal yang mau berjuang dan berusaha. Maka dari itu Gio tidak mungkin melepaskan Rizal begitu saja.Rizal pun demikian. Dia begitu bangga mempunyai bos seperti itu. Mungkin

  • Dinikahi CEO Galak   Astaga! Apa yang Sudah Kulakukan?

    "Kok lama banget sih datangnya," keluh Dimas ketika melihat Embun sudah datang.Embun mendengkus keras. "Syukur-syukur aku dateng, gitu aja protes," celetuk wanita itu tak terima."Iya, iya. Jangan ngambek gitu dong. Kan jadi makin cantik aja."Embun memutar bola matanya malas, agak jengah juga karena Dimas semakin terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya padanya."Mau ngomong apa?" tanya wanita itu to the poin."Eits! Santai dulu dong, ngapain pakai buru-buru segala sih. Aku aja belum pesanin kamu minum. Mau minum apa?"Embun mengibas-ngibaskan tangannya. "Masalahnya aku belum izin sama suami, takutnya nanti dia malah salah paham. Lebih cepat lebih baik, lebih cepat juga aku pulangnya. Jadi kamu mau ngomongin apa?" desak Embun. "Kamu bilang ini tentang masa depan aku, emangnya aku itu kenapa? Apa yang akan terjadi di masa depan?" cerocos wanita itu panjang lebar.Raut wajah Dimas tampak berubah ketika Embun mengatakan tentang suami."Kamu beneran cinta nggak sih sama suami kamu i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status