Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih lima belas malam, anak-anak sudah tertidur pulas setelah setor hafalan pada ayahnya. Kini dua sejoli itu tenang asik menikmati waktu berduanya di balkon kamarnya, sembari memandangi rembulan yang terang benderang dihiasi gemerlap bintang.Senyuman bahagia tak luntur dari wajah Adrian dan Anna, keduanya asik menikmati hangatnya secangkir coklat panas buatan Anna."Terimakasih ya, sudah mau menjadi bagian dari keluarga mas. Sudah mencintai mas setulus hatimu, terimakasih"Anna mendengus saat ucapan terimakasih kesekian kalinya ia dengar dari mulut Adrian. Entah bukannya anna tidak suka mendengar ucapan itu, tapi hatinya merasa jika ucapan terimakasih itu seperti bentuk hutang budi Adrian terhadap dirinya.Diletakannya secangkir kopi panas yang sudah ia minum seteguk itu di meja bundar yang menjadi pembatas mereka.Anna menatap Adrian dengan intens, diraihnya tangan kekar itu dengan lembut."aku sudah memilihmu, itu artinya aku siap dengan segala
Adrian tersenyum saat pertama kali membuka matanya. Yang dia lihat pertama kali ialah wajah polos Anna yang masih tertidur lelap dipelukannya setelah semalam keduanya melaksanakan kewajibannya sebagai suami istri. Senyumnya Adrian semakin mengembang saat melihat tubuh polos istrinya yang seksi dibalik selimut tebal keduanya.Mungkin setelah ini, Anna akan menjadi candunya. Berkali-kali bahkan Adrian mendaratkan ciuman dipipi Anna, leher jenjang Anna yang mulus itu kini sudah memiliki jejak kepemilikan dari Adrian, tentu saja melihat itu Adrian semakin mengembangkan senyumnya.Setelah puas memandangi wajah cantik Anna, Adrian bergegas mengambil ponselnya. Ditatapnya layar ponsel itu dengan memicing,"ah baru setengah tiga rupanya" gumamnya.Tubuhnya dengan ringan bangun dari pembaringan, ini rutinitas rutinnya bagi Adrian untuk melaksanakan shalat tahajud. Adrian pun bergegas menuju kamar mandi untuk melaksanakan mandi wajib dan mengambil air wudhu sebelum membangunkan Anna.Tiga puluh
Siang ini, Anna sedang berusaha menenangkan Ratu yang tiba-tiba merengek tidak ingin ditinggalkan oleh Adrian. Padahal sepagi tadi Adrian sudah izin kepada kedua anaknya jika dirinya akan kembali ke Jakarta untuk seminggu kedepan dan keduanya mengizinkan, tetapi saat Adrian hendak pergi tiba-tiba Ratu mencegahnya dengan memeluk kaki Adrian erat."Sayang, ayah tidak akan lama. Cuma seminggu," Adrian kembali meyakinkan Ratu yang kini menangis dalam pelukannya."Ayo nak, sama bunda ya. Ayah kan mau kerja, kesihan loh nanti ayah ketinggalan pesawat" kini giliran Anna yang mencoba merayu Ratu."Ndaaaa, Ratu mau ikut!" Kekeuhnya Ratu. "Nanti ya, kita pasti pulang kesana kok. Tapi adek disini dulu ya sama bunda dan abang. Biar ayah selesaikan dulu kerjaan ayah ya, ayah janji akan segera pulang buat jemput kalian ya" lembut Adrian berucap, digendongnya Ratu dengan cepat."Ayah janji?" tanya Ratu menghentikan tangisnya.Adrian mengangguk, ia mengusap air mata Ratu dipipi cabinya itu."janji sa
Hari ini, Adrian mulai memantau pusat perusahaannya yang begitu banyak perkembangan setelah ditinggalkan. Rupanya Aruni, adik Rama itu benar-benar menjaga amanahnya untuk menjaga perusahaannya selama ia dan Rama mengurus anak perusahaannya di Surabaya.Tidak ada yang berubah dari kantor pribadinya, semua masih tertata rapi dari foto keluarganya sampai foto anak-anaknya yang terpajang didinding ruangan tersebut.Namun, begitu Adrian memasuki area operasional, ia menyadari bahwa ada lebih banyak perubahan daripada yang bisa dilihat oleh mata. Perusahaan yang dulu sering dilanda kekacauan internal kini beroperasi dengan efisiensi yang mengagumkan. Aruni, dengan gayanya yang khas, telah memperkenalkan sistem baru yang memungkinkan setiap departemen berkomunikasi dan berkoordinasi dengan lebih baik."Kakak!"Adrian tersenyum saat teriakan menggema itu kembali terdengar dari divisi hukum yang tak jauh dari tempat ia dan Rama berdiri.Rama yang mendengar hanya bisa menutup kedua mata dan tel
Sudah enam hari sejak percakapan Anna dan Adrian lewat ponsel berlalu, dan sejak saat itu pula Adrian seakan hilang ditelan bumi. Tanpa kabar, bahkan hanya untuk menanyakan kondisi anak-anaknnya saja tidak dan itu membuat Anna geram serta meragukan kesetian Adrian.Kemana dia? Saat kedua anaknya tiba-tiba demam bersamaan dan Adrian tidak bisa dihubungi bahkan orang terdekatnya pun nihil, tak pernah membalas pesan-pesannya. Apa mengurus perusahaan sesibuk itu? Entahlah, Anna tak begitu paham yang jelas ada keluarga disini yang menantinya harap-harap cemas, yang membutuhkan kasih sayangnya."Bunda, aku mau pulang" rintihan Raja entah kenapa membuat hati Anna terasa perih, tangannya yang masihdi pasang infus membuat Anna merasa gagal menjadi seorang ibu, terlebih lagi bukan hanya Raja, melainkan keduanya."Nanti ya nak, kata kakek kamu belum bisa pulang. Demamnya masih naik turun, nanti kalau kamu pulang sebelum waktunya yang jagain Ratu disini siapa? Kan kakek sama oma sibuk" Anna menco
Hari ini merupakan hari terakhir Adrian di Jakarta setelah semua urusan pekerjaannya selesai. Semyumnya mengembang saat ia duduk dibandara, tengah menunggu keberangkatan. Tidak lama lagi, ia akan bertemu dengan istri dan anak-anaknya yang sangat ia rindukan. Sepuluh hari sudah ia tinggal di Jakarta membuat rasa rindunya kian membuncah, hatinya sedikit menyesal saat prediksi kepulangannya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan dari awal. Niatnya mau seminggu, eh malah kebablasan sampai sepuluh hari, jika bukan karna pekerjaan dan melepas rindu dirumah lama tak akan Adrian lakukan.Tidak bisa dipungkiri, selama sepuluh hari itu juga banyak hal yang berubah. Jakarta, dengan segala kesibukannya, telah memberikan pelajaran baru dan mengingatkan Adrian akan kecintaannya pada kota kelahirannya. Namun, setiap malam sebelum tidur, yang terbayang hanya wajah istri dan senyum anak-anaknya yang menanti di rumah."Gak papakan pulang sendiri?" tanya Rama saat Adrian hendak menaiki pesawat.Adria
Tangis anna pecah, tangannya kini sibuk memindahkan beberapa pakaian kedalam koper. Hatinya terasa perih saat mendengar ucapan Adrian yang begitu menohok.Tega sakali, padahal jelas-jelas Anna baru saja bisa istirahat setelah pulang dari rumah sakit, dan keluarganya serta tante Adrian bahkan absen membantunya mengurus sikembar karena ada beberapa hal yang harus mereka selesaikan mengenai pekerjaannya masing-masing.Ia merasa seperti dunia sedang berputar di sekelilingnya. Air matanya mengalir deras, tak mampu lagi ia tahan. Setiap potong pakaian yang dimasukkannya ke dalam koper terasa begitu berat, seolah membawa seluruh kenangan yang pernah mereka bagi bersama di rumah kecil itu."Bunda mau kemana? Kenapa bunda nangis?" Aktifitas Anna terhenti sejenak saat suara Raja mengalihkan atensinya."Bunda jangan tinggalin aku sama Ratu," pintanya Raja segera memeluk Anna dengan erat.Air mata Anna kembali meleleh mendengar kata-kata polos dari Raja, anak kembar yang baru berusia lima tahun i
Tepat jam 12 malam, Adrian terusik dari tidurnya karena mendengar suara batuk yang tiada henti ditambah dengan suara rintihan seperti orang yang sedang menahan sakit.Adrian segera membuka mata, diliriknya Anna yang tengah meringkuk dengan suara rintihan yang keluar dari mulutnya membuat Adrian sedikit syok. Adrian pun segera mendekat, meletakan punggung tangannya dikening Anna yang terasa begitu panas."Mas bilang juga apa, sakitkan jadinya" dengus Adrian. Ia segera bangkit dari pembaringan, lalu berjalan cepat menuju dapur.Sementara itu, Anna terus saja merintih menahan sakit yang tak kunjung hilang dikepalanya hingga ia menangis."Minum dulu ya, biar gak dehidrasi" suruh Adrian, ia menepuk pelan pipi Anna untuk bangun dari tidurnya.Anna menolak, ia malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal."Ayo cepat bangun sayang, minum dulu. Mana yang sakit, biar Mas pijitin"Perhatian Adrian, tak Anna gubris. Anna sudah terlanjur sakit hati dengan perkataan Adrian semalaman, bahkan