"Saya bik Ijah, Non. Pembantu di sini. Saya sudah dua puluh tahun kerja dengan den Desta. Selamat datang di rumah ini, Non. Semoga betah."
"Ah, i--iya, Bik. Saya Diana."Terjawab sudah apa yang mengganjal di dalam pikiran Diana. Melihat betapa ramahnya wanita tersebut, Diana yakin kalau orang yang mengaku pembantu itu pasti orang baik. Setidaknya dia bisa berbincang nantinya kalau dirinya butuh teman."Iya, saya sudah tahu, Non. Den Desta bilang kalau kemarin sudah menikah dan akan membawa istrinya kemari. Selamat ya, Non atas pernikahannya. Semoga langgeng," ucap bik Ijah membuat hati Diana mencelos. Namun dalam hati tetap mengaminkan doa itu."Non Diana mau sarapan apa, biar sekalian bik Ijah buatin?""Nggak usah, Bik. Biar Diana buat sendiri aja, sekalian buatin sarapan untuk Mas Desta."Wanita setengah baya itu menunjukkan beberapa lembar roti panggang isi selai strawberry dan selai kacang kesukaan Desta. Diana memilih untukPria berjambang tipis itu mencoba menghentikan Diana dengan mencekal lengannya. Tentu saja hal itu membuat sang gadis semakin geram dan ketakutan. Bayangan kejadian di apartemen beberapa waktu lalu terus berputar bak kaset rusak. "Lepasin!" Diana mencoba menghentak tangannya agar cekalan itu lepas. Namun ia salah, tangan kekar pria itu makin menguat hingga membuatnya meringis kesakitan. "Dengerin aku dulu, baru nanti kulepas."Menghembuskan napas lelah, perempuan berhijab itu mengangguk lemah. Tak ingin terlibat masalah lagi dengan pria ini. Namun nasib membawanya untuk kembali bertemu. "Baiklah. Tapi tolong lepaskan tanganmu!""Oke, oke. Aku tak akan menyentuhmu. Sekarang bisakah kita bicara dengan nyaman?" Daniel berjalan menuju kursi panjang di dekat air mancur diikuti Diana dari belakang. Entah mengapa gadis itu mengekor meski sebagian hatinya was-was bukan main. Namun ketika ia memutar bola matanya ke sekeliling terlihat
Diana yang berhati lembut, tak tega melihat orang lain mengemis maaf padanya. Meski sudut hatinya masih nyeri kala mengingat perbuatan pria itu, tapi ia bukan manusia bebal yang tak mau berdamai. "Bisa jadi pria ini memang sedang khilaf. Kalau Allah saja Maha pengampun, kenapa aku yang manusia biasa tak mampu memaafkan orang lain? Belum tentu juga aku tak pernah melakukan kesalahan," putus Diana akhirnya. "Baiklah. Aku sudah memaafkanmu. Tolong jangan pernah mengulangi hal yang sama pada wanita mana pun."Senyum pria itu mengembang sempurna. Ia yakin, suatu saat sahabatnya akan sadar jika perempuan yang dinikahinya karena terpaksa ini jauh lebih baik dari Meta yang manja dan materialistis itu. "Kalau gitu, kita bisa berteman, kan?" ucap Daniel penuh harap. Dia sudah bertekad dalam hati untuk menjadi pelindung gadis di sampingnya ini meski tanpa diminta. "Teman?""Ya, teman." Daniel mengulurkan tangannya pada Diana yang hanya
Desta menatap sahabatnya dengan tajam seolah menguliti setiap jengkal tubuhnya. Tangan kekar pria itu mengangkat istrinya yang seperti ... pingsan?"I--itu kenapa dengan dahi dan tangannya?" Daniel hanya menatap sekilas wajah sahabatnya, lalu berjalan melewatinya begitu saja. Satu per satu anak tangga ia lalui dalam diam. Diikuti Desta dari belakang yang masih penasaran dengan apa yang terjadi.Dengan hati-hati Daniel membaringkan Diana di atas ranjang. Ia memperlakukan gadis itu dengan sangat lembut seolah Diana adalah guci mahal yang akan retak jika terlalu keras meletakkannya. "Dan, katakan! Dia kenapa? Kenapa bisa bersamamu?" Desta menyeret tangan sahabatnya dengan kasar. Entah mengapa ia tak rela istrinya disentuh pria lain meski tidak ada cinta di hatinya. Menghembuskan napas lelah, Daniel menatap netra kelam Desta dengan kesal. "Emang kamu peduli? Bukankah kamu lebih suka menghabiskan waktu dengan gadis manja itu?"Tak
Dua puluh menit akhirnya gadis itu sudah kembali menutup auratnya dengan sempurna. Tentu saja Desta yang berjuang sendiri memakaikannya. "Lo masih di sini?" Kenapa nggak pulang saja?" tanya Desta saat ia melihat Daniel berbaring di sofa ruang tamu. Ia berniat untuk mengambil air minum ke dapur tadi. Namun matanya menangkap sosok yang terbaring sini. "Gue pikir Lo ingin tahu kenapa Diana bisa seperti itu. Kalau nggak butuh penjelasan, gue bakal pulang sekarang." Pria yang sejak pagi tadi bersama Diana itu bangkit dan hendak melangkah menuju pintu. "Jelaskan!""Ck, tak bisakah Lo sedikit sopan pada Gue?""Jangan banyak omong! Jelaskan kenapa kalian bisa bersama dan apa yang terjadi padanya?" Daniel menyugar rambutnya kasar. Tatapan matanya menghujam dalam ke manik kelam pria di hadapannya. Sedikit menilai apakah ia harus jujur atau tidak. Semenjak ia tahu jati diri Diana sesungguhnya, Daniel menjadi benci terhadap sahabatnya in
Cahaya mentari menembus ventilasi saat Diana telah bersiap untuk kembali ke sekolah. Tiga hari cuti karena nikah dadakan itu, membuatnya bosan di rumah. Ditambah lagi pasca kecelakaan, Desta benar-benar melarangnya untuk melakukan sesuatu. Entah apakah ia harus senang atau sedih atas perhatian suaminya itu. Lelaki yang begitu dingin dan jutek tiba-tiba berubah jadi perhatian saat ia sakit. Apa ia harus sakit saja agar suaminya seperti itu terus? Setelah memastikan semua barang bawaannya lengkap, perempuan yang baru tiga hari menyandang gelar istri itu turun menuju ruang makan. Langkahnya terhenti kala di sana sudah ada dua orang pria dengan wajah tegang. Baru saja ia akan berbelok untuk langsung ke pintu samping, Daniel sudah lebih dulu memanggilnya. "Diana! Mau kemana? Kamu sudah baikan?" tanya pria itu perhatian. Sudah tertangkap basah, mau tak mau gadis yang dipanggil itu kembali berjalan menuju meja makan. Ekor matanya melirik sang suami y
Tadi, setelah ia pergi dari meja makan, ia langsung menjalankan mobilnya dan menepi di pinggir jalan sambil menunggu Daniel. Ia menduga sahabatnya pasti akan melakukan banyak cara untuk membujuk istrinya agar mau diantar ke sekolah. Dugaannya seratus persen benar. Kini ia melihat istrinya berada dalam mobil sahabatnya menuju sekolah tempatnya mengajar. Yang membuat Desta tak habis pikir, untuk apa ia melakukan hal ini. Ia sendiri sangat membenci perempuan itu. Namun entah mengapa sisi lain hatinya selalu menyuruh untuk melakukan sesuatu di luar logikanya. Pria dingin tapi tampan itu rela membuang waktu yang begitu berharga demi bisa melihat dua orang itu. Padahal dia sangat membenci istrinya bukan? Lalu untuk apa dia melakukan ini? Benar-benar di luar kebiasaan Desta."Ternyata benar dugaanku. Mereka sangat dekat dan terlihat sangat akrab. Apa ada yang istimewa di antara mereka? Atau dua orang ini sengaja menjalin hubungan diam-diam dan akan menikah keti
"Bang, ... ini ... bukan mimpi, kan? Be--benarkah apa yang kulihat ini?" Gadis itu terlihat menahan gejolak yang membuncah dari dalam dadanya. "Iya. Ini nyata."Bendungan air mata yang sudah ia jaga agar tetap terkumpul di tempatnya akhirnya jebol. Diana tak kuasa menahan haru dan bahagia. Keduanya berpelukan di depan dokter Fahri yang ikut bahagia menyaksikan drama keluarga itu. Selama ini Daniel sering menceritakan soal adiknya yang hilang. Dan setelah insiden di apartemen waktu itu, ia yakin kalau Diana adalah adiknya. Saat ia mencoba untuk melecehkan gadis itu, matanya menangkap bekas luka di pundak akibat ulahnya dulu waktu kecil. Namun awalnya ia masih belum meyakininya. Baru setelah melihat liontin yang hanya ada dua di dunia ini karena dibuat khusus dengan ukiran nama itu, ia semakin yakin bahwa Diana adiknya yang hilang. Tak butuh waktu lama baginya untuk tahu jati diri Diana setelah menyewa detektif swasta. Saat ia menemukan sang adik
Diana masuk ke rumah dengan langkah ringan. Senyum berkembang menghiasi wajahnya. "Dari mana kamu?"Diana berjengkit. Ia pikir suaminya masih di kantor. Namun ia salah. Pria itu sedang duduk di sofa dengan kaki menyilang dan tangan bersedekap.”Dari ngajar, Mas.""Sampai jam segini?" Desta bangkit dan melangkah mendekat. "Kamu lupa sedang tinggal dimana?"Susah payah Diana menelan ludahnya. Jarak mereka yang semakin dekat membuat tubuhnya panas dingin. Ia binggung dengan perubahan sikap suaminya yang begitu cepat. "Maaf, Mas." Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Lalu bergerak menjauh menuju kamarnya. Ia tak tahu jika pria yang menjadi suaminya beberapa hari lalu terus menatapnya hingga bayangan tubuhnya lenyap ditelan pintu. Desta bingung dengan sikapnya sendiri. Tiba-tiba ia merasa tidak suka kalau Diana mengabaikannya. Apalagi melihat kedekatannya dengan Daniel. Padahal dia sangat membencinya.