Kehidupan tenang Diana berubah menjadi neraka saat kesalahan calon ipar yang hampir saja merenggut harta paling berharga miliknya. Sayangnya, semua orang yang bernama keluarga tak ada yang percaya dengan pengakuannya. Mereka hanya percaya dengan apa yang mereka lihat tanpa mau mendengar fakta yang terjadi. Diana yang menjadi korban justru dituduh menjadi pelaku, Dia dianggap telah sengaja menggoda Desta sehingga terjadi seperti apa yang mereka lihat. Desta, calon suami Meta—adik Diana—melecehkannya karena salah mengenali orang akibat mabuk dan terpengaruh aprodisiak. Sejak saat itu, Diana dikucilkan keluarganya dan harus menajalani nikah kontrak bersama calon ipar. Akankah Diana bisa mengubah sifat Desta yang menjadi suaminya? Bagaimana nasib pernikahan mereka? Apakah sesuai perjanjian atau justru menjadi surga baru bagi mereka?
view moreDiana, gadis manis berkacamata itu tampak menggigil kedinginan di bawah guyuran hujan yang membasahi seluruh tubuhnya.
Perlahan ia memelankan laju motor matic-nya dan berhenti di depan rumah.
"Desta? Kenapa dia ada di sini, bukankah seharusnya dia bersama Meta ke acara pertemuan keluarga?"
Dengan memeluk tubuhnya sendiri, Diana melangkah menuju pintu. Membukanya dengan kunci cadangan yang ia bawa, mengabaikan sosok pria yang tampak tertidur di kursi teras dekat pintu itu.
"Sayang, akhirnya kamu pulang juga. Kamu membuatku tersiksa karena menunggu terlalu lama," ucap pria itu serak sambil memeluk tubuh Diana dari belakang.
Gadis itu membeku mendapati dirinya berada dalam dekapan seseorang yang sebentar lagi akan menjadi iparnya. Lelaki itu semakin mengeratkan tubuhnya membuat sesuatu yang berusaha ditahannya sejak tadi semakin bergolak.
Menyadari posisinya yang salah, Diana berusaha melepaskan diri dan masuk rumah. Dadanya berdebar kencang saat tiba-tiba tangan kekar itu kembali meraihnya. Tetesan air dari badannya membuat lantai yang dipijak licin dan membuatnya terpelanting. Spontan ia memejamkan matanya. Namun beberapa detik ia tak merasakan apa-apa. Hingga hembusan napas panas menerpa wajahnya.
Tatapan matanya bersirobok dengan mata sayu milik Desta. Pria itu semakin mendekatkan wajahnya hingga membuat Diana kalang kabut.
"Tidak! Desta, sadar, ini aku Diana. Jangan lakukan ini!" teriaknya sambil berusaha melepaskan diri dari pria itu.
"Tolong, bantu aku lepas dari siksaan ini, sayang. Aku sudah tak tahan lagi," lirih pria yang berstatus calon ipar itu dengan mata yang sudah tertutup kabut.
"Tidak! Ini salah. Jangan lakukan itu, aku tidak mau!"
Diana terus berontak. Berusahamenghindar dari pria yang sedang dalam pengaruh obat itu. Ia tahu, posisinya dalam bahaya. Saat pria itu lengah, ia berlari menuju kamarnya. Namun sial, lagi-lagi ia terpeleset karena tetesan air yang membuat lantai licin. Ia merutuki keputusannya untuk menerobos hujan hingga ia harus terjebak pada situasi yang tidak diinginkannya ini.
Melihat Diana tergeletak di lantai, pria itu tak menyia-nyiakan kesempatan. Segera ia menindih tubuh mungil gadis itu dan berusaha untuk melepaskan has**tnya yang menggelora akibat obat yang dimasukkan dalam minumannya.
Dua jam lalu, Desta terpaksa datang ke rumah temannya yang mengadakan pesta lajang untuk dirinya. Hingga ia terpaksa membiarkan Meta, pergi ke acara keluarga bersama kedua orangtuanya. Ia memang sudah berjanji untuk menyusulnya. Namun siapa sangka, teman-temannya mengerjainya dengan menaruh obat perangsang dalam gelasnya.
Dan di sinilah sekarang. Ia tersiksa menahan tubuhnya yang semakin panas akibat hal itu.
Diana terus berontak untuk melepaskan diri dari kelakuan calon iparnya. Berulang kali ia memohon agar dilepaskan. Namun pergerakannya justru semakin membuat kabut gai*rah dalam diri pria itu semakin membuncah.
"Desta, ini tidak benar. Sebentar lagi kamu menikah, tolong jangan lakukan ini!" ucap Diana sendu.
Suaranya sudah serak akibat berteriak minta dilepaskan. Hujan deras disertai petir menutupi teriakannya, hingga tak ada satu pun tetangga yang mampu mendengarnya.
Tenaganya semakin melemah, ditambah lagi akibat kehujanan membuat gadis yang berprofesi sebagai guru itu menggigil dan semakin lemah. Hanya do'a yang bisa ia lakukan sekarang. Melawan tenaga pria yang sedang terpengaruh obat, bukan hal yang mudah.
Tanpa aba-aba, pria itu mencoba untuk menarik kerudung yang dikenakan Diana hingga terlepas dari kepala. Meski sudah kepayahan akibat terlalu lama di bawah guyuran hujan, Diana tak tinggal diam. Ia terus saja bergerak meraih apa saja untuk menggagalkan niat keji pria itu. Semakin lama, tenaga gadis itu makin habis. Kepalanya tiba-tiba pening. Pandangannya memburam dan semakin gelap, hingga semuanya tak lagi bisa ia rasakan.
Dari arah pintu, seorang gadis baru saja masuk rumah dan berhenti mendapati pemandangan di hadapannya. Tatapan gadis itu nanar melihat pemandangan yang membuat hatinya seperti diremas-remas. Jadi ini sebabnya sang kekasih tak jadi menyusul ke pertemuan keluarga?
"Apa yang kalian lakukan!"
Desta membeku. Mendengar suara kekasihnya yang muncul dari arah belakang. Tatapan sayunya jatuh pada gadis yang berada di bawahnya. Lamat-lamat ia mengumpulkan kekuatan untuk melawan gejolak yang sudah sampai di ubun-ubun. Lalu meneliti dengan saksama gadis yang dinodainya.
Matanya membelalak mendapati bukan Meta yang sedang di bawahnya. Dengan kecepatan kilat, ia mencoba bangkit dari posisinya. Namun gerakannya yang tiba-tiba membuat kepalanya berdenyut nyeri. Lalu tiba-tiba semuanya gelap. Pemuda itu ambruk menimpa Diana.
Pengaruh alkohol yang dicampur obat perangsang membuat pria yang mau menikah beberapa hari lagi ini tak mampu mengendalikan diri. Tubuhnya panas seperti terbakar. Pandangannya kabur dan menciptakan halusinasi yang akhirnya menyeretnya pada masalah yang tidak ia tahu ke depannya akan semakin panjang.
Akibat pengaruh minuman haram itu, Diana disangka Meta. Ia mengira perempuan yang dari tadi bersamanya adalah Meta, sang calon istri.
"Nggak usah pura-pura pingsan, Breng**k! Apa yang kamu lakukan sudah terekam jelas dalam otakku!" teriak Meta sambil menendang punggung pria yang telah merenggut rasa cintanya.
Tatapannya beralih pada sang kakak yang terlihat sangat kacau. Baju basah yang sudah robek sana-sini, kerudung yang selalu menutup auratnya sudah terlepas dari kepala, dan beberapa bekas cakaran yang tampak di kulit putihnya yang sudah tak tertutup sempurna oleh bajunya.
Dadanya bergemuruh hebat menyaksikan hal itu. Ia melangkah dan berjongkok di hadapan gadis yang masih tergolek lemah di lantai itu. Tangannya hendak terulur untuk menutup bagian tubuh yang terbuka dengan kerudung yang tergeletak di sembarang tempat. Namun mengingat Penghianatan yang dilakukan sang kekasih membuat hatinya mengeras. Rasa iba yang semula menyergap dada terhadap sang kakak berubah menjadi kebencian yang mendalam.
Gadis itu mencoba menutupi rasa kasihannya pada sosok yang selalu mengalah itu dengan rasa kecewa akibat ulah Desta. Entah siapa yang memulai lebih dulu. Namun melihat baju sang kakak yang basah kuyup membuat pikirannya berkelana.
"Nggak usah pura-pura pingsan, aku tahu kamu tidak pingsan, Kak. Bangun!" teriak Meta seperti kesetanan. Ia menyiramkan air minum yang ada di teko sebelahnya berdiri tadi kepada Diana yang pingsan sejak tadi.
Diana gelagapan. Perlahan ia membuka kedua matanya hingga lamat-lamat terlihat wajah sang adik yang dipenuhi kebencian. Lalu memindai seluruh ruangan dan didapati kedua orang tuanya telah berdiri di depan pintu dengan tatapan murka.
Mencoba untuk menggali ingatan kejadian sebelum pingsan, Diana merasa kepalanya berdenyut nyeri. Tubuhnya menggigil kedinginan serta ketakutan mengingat apa yang telah diperbuat oleh calon iparnya.
Saat menoleh ke samping, pria itu tergeletak tak sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba bangkit.
"Me--meta, kamu sudah pulang? Dia--dia mencoba untuk menodai--"
"Hentikan omong kosongmu, Kak! Kekasihku nggak mungkin berbuat sekeji itu! Pasti kamu yang menggodanya, kan?"
Diana menggeleng-gelengkan kepalannya menyangkal. “Aku tidak serendah itu,” lirihnya.
Pertama kali bertemu orang yang melahirkan ke dunia seumur hidupnya, Diana seperti mimpi dan tak ingin bangun lagi. Selama ini ia mengira ibunya Meta adalah orang yang telah melahirkannya juga. Ternyata dia salah.Dan kini, wanita yang telah menyediakan rahimnya untuk dia tumbuh selama sembilan bulan lebih, talah ada di depan mata. Mereka masih berpelukan melepaskan rindu. Seolah hanya ada mereka berdua di sini. Bahkan, Diana sampai melupakan suaminya. Dalam kondisi normal, ia akan merasa malu bersikap seperti ini di depan suaminya. "Apa kalian nggak menganggap kami ada?" ucap Daniel dengan nada cemburu. Sepasang wanita kembar beda usia itu melerai pelukannya. Lalu menatap tajam pada pria yang barusan berbicara. Seolah mengerti dengan tatapan itu, Daniel memilih untuk duduk di samping Desta. "Apa setelah bertemu kalian akan bersekutu untuk memusuhiku? Kenapa tatapan kalian seperti itu?" cicitnya membuat ia mendapat lemparan dua bantal sofa secara bersamaan. "Tuh, kan ... benar. Bah
Pagi-pagi sekali, Diana sudah berkutat di dapur. Efek tak bisa tidur semalaman karena memikirkan ibu angkatnya, ba'da subub ia sudah berkutat di dapur. Membuat nasi goreng dan roti bakar untuk sarapan. Bi Ijah berkali-kali sudah melarang. Tak tega melihat majikannya di depan kompor dengan perut besar. Apalagi sesekali Diana menekan punggungnya yang mulai pegal. Namun, dasar Diana, ia tetap melakukan aktivitas meski sudah dilarang. Katanya biar persalinannya nanti lancar. Bahkan andai Desta nggak memaksa, ia tetap ingin pergi mengajar. Tepat pukul 6 pagi semua sarapan sudah terhidang di meja makan. Delapan puluh persen Diana yang membuatnya. Setelah siap, wanita itu segera masuk ke kamarnya. Semenjak usia kandungannya mencapai tujuh bulan, Desta memindahkan kamar mereka di kamar tamu yang ada di lantai satu. Jadi, Diana tak perlu susah payah naik turun tangga. "Mas, sarapannya sudah siap, tuh!" Diana mendekati suaminya yang asik dengan HP pintarnya. "Dari habis subuh kamu menghilan
"Eh, Gita, belanja juga?" Kedua sahabat lama ini langsung berpelukan. Menyingkir dari tempat itu dan membiarkan Deata menyelesaikan pembayaran. "Alhamdulillah, ini sudah delapan bulan. Kamu ...?" Diana tak melanjutkan pertanyaannya. "Anakku sudah dua.""Oh ya? Masyaa Allah, lama tak berkabar tahu-tahu dah berbuntut dua," ujar Diana nyengir. Mereka terlibat obrolan panjang sampai suami Diana mendekat. "Sudah, Mas?" "Udah. Yuk!" ajak Desta sembari menarik pinggang sang istri. Saat itulah tatapan matanya bersirobok dengan Gita. Sesaat keduanya terpaku. Kenangan silam masa SMA teringat kembali oleh mereka. Gita adalah orang yang pernah menolong Diana waktu kecelakaan dulu. Saat itu Diana berlarian ke halte karena ia tak mau ketinggalan UAS. Saat bersamaan ada pengendara sepeda motor dengan kecepatan tinggi melaju dari arah kanan. Spion motor itu menyenggol tubuh Diana membuatnya terjatuh. Untuk hanys luka ringan sehingga ia masih bisa ikut UAS. Gita yang sedang mengendari mobil berhe
"Jadi?""Yah, begitulah faktanya." Dengan santai pria yang mengaku bernama Eldi mencomot kembali udang crispy yang masih setengah porsi milik Diana. Tentu kelakuan nggak sopan pria ini membuat dua pria lain menganga melihatnya. "Hei, kalau mau makan pesan aja sendiri! Jangan main comot gitu, dong!" Desta tampak menggeram melihat kelakuan sewenang-wenang pria yang mengaku teman SMA istrinya. Namun sepertinya Eldi tak merasa terganggu dengan tatapan membunuh 2 pria di sampingnya . Mau tak mau Diana menyudahi makannya meski sebenarnya iya masih sangat ingin melahap udang crispy itu. Namun mengingat aura yang mulai berubah horor, wanita hamil ini menekan keinginannya."Eh, eh, eh, mau kemana? Temani aku dulu di sini napa? Sepertinya kamu sudah nggak takut ma cowok lagi. Kalau gitu, boleh dong babang El PDKT sama Diana cantik," ucapnya tanpa disaring dulu. Iya Bahkan tak mau repot-repot melihat dua orang yang menjadi bodyguard Diana. Baginya dua orang pria itu dianggap seperti bayangan
Mobil yang mereka tumpangi berbelok ke restoran seafood yang ada di pinggir pantai. Diana berjalan lebih dulu ketika mobil telah berhenti. Memilih tempat dengan view yang menarik. Dia sangat suka laut. Maka tak heran ia memilih saung yang berhadapan langsung dengan laut. Dari sini mereka bisa melihat matahari terbenam secara langsung. Sayangnya, saat mereka sampai, surya masih bersinar terang dan belum condong ke barat. "Mau pesan apa, Sayang?" tanya Desta saat bobot tubuhnya mendarat sempurna di samping sang istri. "Aku mau cumi asam manis, udang krispi, sama ca kangkung aja." "Ok. Minumnya?""Es degan.""No! Wanita hamil tak boleh minum es." "Kata siapa?""Kata suamimu yang paling ganteng," ucap Desta narsis. Daniel memeragakan akting memuntah pada sohib sekaligus iparnya itu yang ditanggapi dengan gelak tawa. Wanita hamil yang sejak tadi fokus pada deburan ombak di laut, bahkan ketika menyebutkan menu yang diingini, menoleh pada sumber suara. Menatap takjub pada pria tampan
Pria tua yang dipanggil paman oleh Diana ini berdiri. Tatapannya nyalang seperti hendak memakan orang. Diana yang sudah biasa diperlakukan demikian olehnya tak merasa heran. Sejak dulu adik kandung bapak angkatnya ini memang terlihat nggak suka padanya. Selalu saja mengatakan jika Diana sebagai anak pembawa sial. Entah apa maksud dari ucapannya itu. Kini, Diana paham. Yang dimaksud pamannya itu adalah karena Diana mendapat bagian harta yang lebih banyak. Padahal jika dipikir-pikir, bagiannya sama rata. Karena selain mendapat lahan sawit, bapak dan paman mendapat saham perusahaan masing-masing lima puluh persen. "Tolong, Pak, jaga sikap. Semua pembagian sudah dihitung secara adil. Selain lahan sawit, bapak-bapak masih mendapat saham perusahaan.""Ya, tapi seharusnya perempuan pembawa sial ini nggak perlu dapat bagian. Kenapa tidak Meta saja yang mendapatkannya? Dia putri kandung keluarga ini!""Maaf, Pak. Saya hanya menjalankan perintah almarhum. Keputusan ini sah dan dilindungi huk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments