Share

Penolakan

Penulis: Riwriter
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 16:36:01

“Saya tidak ingin menyentuh kamu sekarang.”

Selepas mengatakan kalimat tegas itu, Bumi mengubah posisi menjadi berbaring telentang. Kedua tangannya turun ingin menyingkirkan kaki Renjana yang masih mengurung pinggang. Namun, tangannya lebih dulu ditahan. Lebih tepatnya dicengkram Renjana.

“Kenapa nggak pengen?” tanya Renjana semakin merapat, bahkan ia sengaja menempelkan dada di lengan Bumi.

Bumi mengeraskan rahang. Ia resah dengan tindakan Renjana yang semakin berani menggoda.

Tak ingin meladeni lagi, Bumi bersedekap, kemudian menutup mata.

“Ih, Om Bumi, kok, gitu? Nggak sopan banget, aku masih pengen ngomong malah ditinggal tidur!”

“Kenapa om nggak mau nyentuh aku? Bukannya om pengen aku hamil?” Pantang menyerah, Renjana mengguncang-guncang kuat lengan itu.

“Oh ... atau jangan-jangan ternyata Om Bumi sebenarnya nggak normal?!”

“Jangan berisik!” Bumi mendengkus. “Suara kamu menganggu kenyamanan telinga. Saya ingin istirahat.”

Renjana mengembuskan napas kasar. Wanita itu melepas cengkramannya dari lengan Bumi, kemudian mengubah posisi berbaring menjadi telentang. Menatap langit-langit kamar dengan wajah kusut.

‘Gimana bisa hamil kalau Om Bumi aja sok jual mahal gini!’ batinnya mendumel.

‘Kalau terus-terusan kayak gini, bisa-bisa aku bakal berbulan-bulan hidup seatap sama dia. Huwaaa! Aku pengen cepat diceraiin! Tuhan, bantulah hambamu yang pengen kebebasan ini.’ Renjana semakin cemberut.

Di saat sedang serius melamun tentang kesukaran hidupnya yang ditimpa kemalangan, tiba-tiba saja ide cemerlang melintas. Wajah yang semula kusut itu berubah. Matanya bahkan berbinar. Renjana sudah tak cemberut lagi. Kini ia tersenyum.

Senyum jahat lebih tepatnya karena ide ini terbilang gila dan sangat menantang adrenalin jiwa perempuannya yang bar-bar.

Renjana kemudian menoleh, menatap wajah Bumi sejenak.

‘Mungkin Om Bumi lebih suka diserang daripada menyerang lebih dulu.’

‘Ide kali ini pokoknya nggak boleh gagal.’

Setelah bertekad penuh, Renjana bangun, lalu bergegas ia mengubah posisi menjadi di atas tubuh suaminya.

Wajah ayu itu perlahan turun merapat. Berhenti tepat di depan bibir suaminya yang terkatup. Kemudian dengan hati-hati Renjana mempertemukan bibir mereka.

Bumi yang merasakan sentuhan demi sentuhan lembut di permukaan bibirnya lekas membuka mata. Ia melotot melihat posisi Renjana di atas.

Tak menyangka jika perempuan itu bisa berbuat nekat. Bumi dengan kesadarannya pun membalik Renjana sampai posisi mereka berubah. Ia di atas dan Renjana di bawah.

“Apa-apaan kamu?!”

“Aku? Ya, cium Om Bumi, lah, gitu aja masih ditanya,” sahut Renjana dengan santai.

“Apa yang kamu lakukan itu sudah lancang, Jana!”

“Makanya jangan jual mahal biar aku juga nggak terdorong buat ngelakuin segala cara.”

Percuma saja meladeni. Perempuan seperti Renjana hanya akan membuat kesal setengah mati. Buktinya Bumi yang sedang tersulut amarahnya, tapi bisa-bisanya malah ditanggapi sesantai itu.

Bumi segera mengubah posisi. Ia duduk, mengusap wajah dengan kasar. Pikiran dan hatinya kacau.

Kepalanya terasa ingin meledak sekarang. Padahal belum juga terhitung sehari memperistri putri dari mantan calon istrinya itu, tapi sudah siksa batin yang ia dapatkan.

“Saya cape, Jana ... kerjaan saya hari ini banyak,” jelas Bumi berharap agar Renjana mengerti dan tak mendesak lagi untuk disentuh.

“Jadi, kapan bisanya?”

“Kamu bisa sabar sedikit?”

“Oke ... tapi awas aja kalau om sengaja mau ngulur waktu terus ... aku paling nggak suka nunggu.”

Ucapan Renjana tak berbalas karena Bumi memang sengaja tak ingin terlalu lama terlibat bicara. Pria itu turun dari ranjang, kemudian keluar dari kamar untuk menenangkan diri.

“Payah banget ... masih segelan gini malah di anggurin,” celetuk Renjana mencebik kesal. “Apa Om Bumi jijik kali, ya, nyentuh aku karena sebelumnya aku ngaku-ngaku udah tidur sama sepuluh cowok?”

***

Pagi harinya Renjana bangun lebih awal. Tentu saja bangunnya kali ini atas paksaan Bumi karena wanita itu yang tidur sudah seperti mayat.

Renjana tak ada mata kuliah pagi. Jadi, Bumi mengagendakan pagi ini mereka akan pindahan ke rumah baru yang sengaja sudah dipersiapkan sejak awal, dan memang akan digunakan setelah ia menikah dengan Amaris. Namun, takdir berkata lain.

Bukan Amaris yang menjadi istrinya, tapi Renjana, putri semata wayang Amaris.

Effort Bumi memang sebesar itu, tapi sayangnya pernikahan dengan Amaris yang sangat ia impikan malah tak terlaksana.

“Pagi, Papa,” ujar Renjana tiba-tiba memeluk dari belakang. Ia baru saja keluar dari kamar mandi dan tak sengaja melihat Bumi yang sedang berdiri diam, maka terbesitlah niat untuk mengusili pria itu.

Bumi menunduk, menatap kedua tangan Renjana yang melingkar sempurna di perut. “Saya bukan papa kamu.”

“Dulu, iya. Kan, om calon suami mama, berarti calon papa tiriku juga.”

“Buruan sana siap-siap.” Perintah Bumi mengalihkan pembicaraan.

“Mama pernah peluk om kayak gini juga nggak?”

“Saya suruh kamu siap-siap, Jana.”

“Selama masih pacaran kalian udah pernah ngapain aja?”

“Jana!”

Mendengar bentakan, bukannya takut, Renjana malah mengulum bibir. “Sensi banget, sih, kalau bahas mama. Oke, maaf, aku tau om pasti kecewa dan sakit hati ditinggal, tapi aku rasa mama punya alasan logis kenapa dia kayak gitu.”

“Sok tau.”

“Aku nebak aja.”

“Kamu tidak berhak mencampuri privasi saya.”

“Yaudah ... okeee, si paling privasi.” Renjana menarik kedua tangannya dari perut itu, kemudian melangkah menuju lemari untuk mengganti baju.

Bumi menghela napas. Ia kemudian membalik badan. Untuk sejenak pandangannya memindai penampilan Renjana yang hanya menggunakan handuk dari bawah sampai atas.

Sebenarnya Renjana memiliki ukuran yang sintal walau bertubuh kecil.

Sadar jika terpesona dengan kemolekan tubuh istrinya, Bumi buru-buru mengalihkan pandangan. Mengenyahkan gejolak aneh yang hadir tiba-tiba.

“Saya tunggu di luar,” katanya tanpa menunggu jawaban dari Renjana langsung berlalu pergi.

“Bagus, deh, kalau Om Bumi kepikiran bawa aku ke rumahnya yang baru. Lagian aku nggak bakal betah lama-lama serumah sama mamanya yang nggak suka sama aku.” Renjana bergumam saat teringat tatapan tak suka mamanya Bumi di hari pernikahan mereka.

Perempuan itu lalu berpakaian. Setelah selesai, ia poles sedikit wajahnya seperti biasa saat akan pergi.

Renjana memang bukan tipe wanita yang suka dandan menor, tapi ia pecinta make up garis keras.

Merasa semuanya sudah siap, Renjana menghampiri koper yang berisi pakaiannya. Hendak ia tarik gagang koper. Namun, pandangannya tak sengaja jatuh pada sebuah dos kecil warna merah. Gambarnya pria dan wanita.

“Sutra, dua belas kondom impor untuk meningkatkan perlindungan dan kenikmatan,” ucapnya pelan saat membaca tulisan di sana.

Dahi Renjana langsung berkerut. “Kondom?”

“Om Bumi pakai kondom?”

Renjana terdiam cukup lama. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Mulai berprasangka buruk.

“Buat apa coba?”

“Berarti dia sering berhubungan badan, dong? Tapi sama siapa? Nggak mungkin mama.”

Amaris wanita bermoral. Setidaknya itu yang Renjana tahu dari watak mamanya. Jadi, mustahil menurutnya jika Bumi dan mamanya sampai nekat berbuat hal jauh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    Kesedihan yang memupuk di hati Renjana berlangsung cukup lama. Sendu yang menghiasi mata cantiknya itu tak kunjung hilang. Bahkan, ketika sepulangnya ia dan Bumi dari kedai hingga kini keduanya sudah tiba di rumah.Bersama Bumi yang selalu setia di sisinya, perempuan itu kini betah mendekam di kamar, rela menahan lapar. Masih sesekali Bumi dapati tak berhenti mengusap pipi yang selalu ditetesi air mata.Kebenaran dari mulut Suriya rupanya cukup berefek parah terhadap mood Renjana. Ia seperti drop. Merasa seakan terpuruk di titik paling rendah hingga sulit bangkit.Bumi bukan enggan membujuk atau tak mau menenangkan sang istri, tapi ia sengaja membiarkan Renjana meluapkan semua rasa sedih itu sampai puas. Sampai lelah dan tak ingin menangis lagi.Biar bagaimanapun itu adalah salah satu reaksi dari rasa tak terima Renjana karena selama bertahun-tahun hidup dalam kebohongan Amaris. Untuk kecewa, sebenarnya Renjana berhak merasakan itu. Bumi tak akan melarang."Ternyata aku anak haram, M

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    "Benar seperti itu? Kamu tidak ada niat untuk mencampakkan cucu saya kan setelah puas bermain?" tanya Suriya memastikan. Entah ada apa dengan pikirannya yang masih tak bisa lepas dari curiga dan prasangka buruk terhadap Bumi.Wanita itu menganggap jika Bumi sengaja menikahi Renjana karena punya maksud tertentu."Meski memang kecewa dengan Amaris, tapi sejak awal menjadikan Renjana sebagai istri, saya tidak pernah menganggap pernikahan kami sebagai permainan, yang bisa mudah berakhir begitu saja saat saya sudah puas," balas Bumi serius. Diambilnya satu tangan Renjana dan digenggam. Sebagai bukti nyata atas kesungguhan dari setiap kalimat panjang yang terlontar barusan."Kalau pun saya memang benar memiliki niat tercela seperti itu, mungkin sudah lama saya menceraikan cucu kesayangan oma ini, bahkan bisa saja malam itu setelah saya memberi nafkah batin untuknya." Bumi melanjutkan tanpa ragu.Penjelasan demi penjelasan itu membuat Suriya terdiam sejenak. Mampu membuat pemikiran buruk ten

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Mas Bumi mau bantu aku baikan sama mama? Serius?” Renjana bertanya ulang untuk memastikan. Kedua alisnya terangkat.Bumi yang kini menampakkan raut wajah ramah membalas dengan anggukan serius. Lelaki itu kemudian meletakkan kedua tangan berototnya pada meja, masing-masing di samping paha sang istri. Ia juga sedikit membungkuk supaya tinggi badannya selaras dengan Renjana yang sedang duduk.“Demi apa?” tanya Renjana lagi sedikit syok, tapi senyum semringahnya terbit setelah itu.Pengakuan Bumi yang mendadak mengatakan akan membantu supaya hubungannya dengan sang mama membaik wajar saja membuat Renjana terkejut.Sebelumnya lelaki yang berstatus sebagai suami sah-nya ini yang Renjana tahu membenci Amaris.Bukankah aneh kalau tiba-tiba saja Bumi berbaik hati tanpa sebab?“Demi kesejahteraan kita,” balas Bumi ikut tersenyum. Ia tatap lekat wajah putih Renjana yang memiliki beberapa jerawat merah kecil.Tangan kanan Bumi kemudian terangkat. Gemas, ia cubit pelan pipi istrinya yang gembul s

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Saya mau mandi dulu.” Bumi membalas lembut setelah terdiam beberapa saat. Sengaja mengabaikan keluhan Renjana tentang Amaris.Bukan tak peduli, tapi otak dan tubuhnya masih terlalu lelah selepas bekerja tadi. Belum lagi harus menempuh perjalanan jauh saat pulang ke rumah ini. Lelah sekali rasanya. Bumi butuh sesuatu yang dingin untuk menenangkan pikiran juga menyegarkan badannya.Dan mandi adalah salah satu solusi.Pelan-pelan Bumi lepas pegangan Renjana di kedua lengannya.“Setelah itu baru kita jemput oma kamu. Saya tidak lama mandinya,” kata Bumi pada Renjana yang sudah berubah cemberut.Tak ingin kesempatan yang ada jadi terbuang sia-sia, Bumi pun bergegas pergi untuk melaksanakan kegiatan mandinya.Renjana jadi lesu ditinggalkan seorang diri.“Aku diabaikan ...,” bisiknya tiba-tiba mendramatis. Ia menunduk, menatap sendu jari-jari kakinya. Dadanya mendadak dihinggapi rasa sesak karena keluhannya tentang kepulangan Amaris ke Indonesia tak ditanggapi Bumi.“Aku lagi pengen dipeluk

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    Perintah Amaris adalah hal yang wajib dilakukan. Setelah pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Indonesia, Kiran tak ikut Amaris pulang menuju apartemen, tempat tinggal baru mereka, melainkan perempuan itu langsung mengikuti omanya Renjana yang entah akan ke mana.Saat duduk tenang di dalam taksi yang lajunya dalam keadaan sedang, ponsel Kiran tiba-tiba saja berdering.Sudah bisa menebak siapa sang penelpon, Kiran segera merogoh benda pipih itu di dalam tas selempangnya.“Halo, Bu ... saya sekarang berada dalam perjalanan mengikuti omanya Renjana.” Seperti itulah kalimat pembuka Kiran setelah ponsel menempel di telinga kanan.“Oke. Saya sangat mengandalkan kamu dalam hal ini. Lakukan yang terbaik ya,” balas Amaris dengan suara lembut.Tanpa berkata-kata lagi, Kiran hanya mengangguk patuh. Seakan merasa Amaris berada di dekatnya dan melihatnya melakukan itu.Kemudian, panggilan telpon mereka pun sama-sama berakhir.Kiran kembali menyandarkan punggung sepenuhny

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Loh, Mas? Kok, balik lagi?” Renjana mengangkat kedua alis heran saat pintu terbuka bukan Endah yang ia dapati, melainkan sang suami.Bumi yang tak menampakkan ekspresi sengaja tak menjawab. Ia melangkah mendekat, langsung mengapit tangan kiri Renjana, lalu menutup pintu. Kemudian dibawanya sang istri menuju sofa.Keanehan yang tengah terjadi sekarang membuat Renjana bertanya-tanya dalam hati. Hal apa yang membuat suaminya sampai kembali lagi? Apakah karena melupakan sesuatu?Renjana yang kini posisinya sudah duduk di sebelah Bumi lantas menoleh. Dalam diam ia tatap sejenak wajah kaku sang suami yang selalu tak bisa ditebak sikapnya itu.“Mas lupa bawa apa? HP? Dompet? Atau ada sesuatu yang mau mas ambil di rumah?” tanya Renjana membuka bicara, tak bisa menahan rasa penasaran.“Saya haus ....” Tanpa menatap sang istri, Bumi menyahut pelan. Ia bersandar, lalu tiba-tiba saja pria itu sudah menanggalkan satu kancing kemeja bagian atas.Meskipun lagi-lagi hanya bisa keheranan, Renjana yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status