Share

Kebohongan

Penulis: Riwriter
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 16:36:48

“Fungsinya kondom apa, sih?” tanya Renjana berbisik pada Mbak G****e.

Sebenarnya Renjana sudah tahu fungsinya apa. Ia hanya ingin memperjelas lagi untuk menguatkan prasangka buruknya terhadap Bumi.

“Menurunkan resiko tertular penyakit s3ksual,” sahut Mbak G****e.

“Anjiiir!” Refleks Renjana mengumpat.

“Om Bumi yang aku pikir cowok terjaga dan nggak pernah tersentuh sama tangan-tangan cewek, ternyata aslinya pemain handal ... gilaaa!”

Di sisi lain, Bumi yang sudah berada di luar kamar menghampiri mama dan papanya yang sedang duduk bersisian di ruang keluarga. Tampak kedua sosok lanjut usia itu sedang terlibat pembicaraan serius.

Endah, mamanya Bumi yang menyadari kedatangan putranya, mendadak berhenti berbicara. Hal itu membuat Harja mengikuti ke mana arah pusat pandangan istrinya.

“Sendirian saja? Jana mana, Nak?” tanya Harja menyambut putranya dengan senyum ramah.

Bumi langsung mengambil posisi duduk di depan mereka.

“Halah, palingan bocah bau kencur itu masih asyik ngebo,” sahut Endah mencebik.

“Bau kencur apa, sih, Ma? Jana itu sudah dewasa. Hati-hati kalau bicara. Nanti Jana dengar,” protes Harja tak terima dengan perkataan istrinya.

“Lho, kan, faktanya memang begitu! Dia itu tidak bisa masak, beres-beres, dan mengerjakan pekerjaan rumah yang lain. Mama masih tidak habis pikir, dari sekian banyaknya wanita yang seumuran dengannya, tapi putra kita malah memilih menikahi bocah,” ungkap Endah menggebu-gebu, kemudian menatap Bumi. “Kamu rugi Bumi karena sudah salah pilih istri!”

Bukan hanya membenci Renjana. Namun, Endah juga memang membenci Amaris dari sejak berhubungan dengan putranya.

Alasannya karena Endah ingin mempunyai menantu yang kasta derajatnya sama. Bukan yang rendah.

“Tante ngatain aku apa tadi? Oh ... bocah bau kencur, ya?” Renjana tiba-tiba melangkah menghampiri.

Sesampainya di sana, Renjana yang mendadak kehilangan sopan santun berdiri sembari bersedekap dan menatap Endah dengan sorot tajam seolah sedang menciptakan tali permusuhan.

“Iya! Kenapa? Kamu tidak terima dengan fakta yang saya katakan?!” Endah berdiri. Ia berkacak pinggang. Menatap Renjana sama tajamnya.

“Tante juga sebenarnya udah bau tanah!” ucap Renjana nyelekit. “Kalau sadar diri udah peot, harus dikurang-kurangin juga mencela kekurangan orang, biar nggak berat timbangan amal buruknya!”

Perkataan itu berhasil menyulut amarah Endah. Hendak ia hampiri Renjana, berniat untuk memberi tamparan. Namun, Harja bergerak lebih dulu langsung menahannya.

“Bumi, bawa istri kamu pergi.” Perintah Harja.

Bumi yang sudah berdiri bergegas mencekal pergelangan tangan kanan Renjana, kemudian menariknya melangkah menuju ke garasi.

Setelah berada di sana ia dorong dengan kasar Renjana masuk mobil.

“Aw! Pelan-pelan, dong! Aku bisa, kok, masuk sendiri! Nggak ikhlas banget! Gimana kalau kepalaku bermasalah dan berujung aku geger otak?” protes Renjana meringis karena kepalanya membentur jendela mobil di ujung.

“Mama bukan lawan kamu. Tidak sepatutnya kamu membalas beliau dengan perkataan nyelekit seperti itu.”

“Aku nggak suka kekurangan aku dicela. Kayak mama om udah jadi manusia paling sempurna aja.”

“Cukup sekali, Jana. Ke depannya jangan ulangi lagi tindakan tidak beradab seperti tadi.”

“Terus om maunya aku jadi patung maneken aja kalau kekuranganku dicela seenaknya? Iya? Mau nyuruh aku sabar? Yakali! Rugi, dong! Mumpung tenaga masih kuat, nggak peduli siapa, bakal aku pukul sampai babak belur kalau berani ngata-ngatain aku lagi!”

“Ingat, beliau itu mertua kamu. Yang usianya jauh di atas kamu, Jana.”

“Nggak! Aku nggak sudi punya mertua mulut lemes!”

Bumi mengalihkan pandangan. Menghela napas lelah. Semakin diladeni, maka tenaga juga akan terkuras. Tak ingin perdebatan mereka berujung semakin tak terkendalikan, ia tutup pintu mobil dan masuk kembali ke rumah untuk mengambil barang bawaan.

***

Selama dalam perjalanan, Renjana hanya diam dengan wajah kusut dan cemberut. Bumi yang sedang menyetir sesekali menoleh karena merasa aneh dengan sang istri yang tumben sekali tak banyak tingkah.

“Kalau dikasih tau yang benar jangan balas ngambek. Kamu ini kekanak-kanakan sekali, Jana,” ujar Bumi mencairkan suasana mereka yang hening.

“Sebenarnya istri om, tuh, siapa? Aku atau Tante Endah?”

“Kamu.”

“Nah, berarti harusnya?”

“Harusnya apa?”

“Ish! Udah jelmaan es balok! Nggak peka lagi! Nyebelin banget!”

Renjana bersedekap dan langsung menyandarkan kepala dengan lesu di jendela mobil. Tambah merajuk karena Bumi tak paham dengan arah pembicaraannya. Renjana kurang suka karena Bumi malah membela Endah, daripada ia yang statusnya adalah istri sah.

Tak butuh waktu lama tibalah mereka di sebuah bangunan bergaya minimalis dua tingkat. Yang di sisi kiri dan kanannya tampak menjulang beberapa pohon hias.

Lokasinya juga strategis, bersisian dengan bangunan-bangunan lain.

Tanpa mengucap sepatah kata, Renjana keluar dan melangkah lebih dulu. Sedangkan Bumi di tempatnya mengerutkan dahi, bingung dengan tingkah aneh Renjana. Ia hanya mengedikkan bahu, tak mau ambil pusing, lalu menuju bagasi untuk mengambil barang.

Keanehan Renjana berlangsung sampai malam. Perempuan itu tak pernah bicara selama mereka bersama, bahkan ia terkesan sangat menjaga jarak dan kontak mata.

Bumi yang memang dasarnya kurang peka merasa semakin bingung.

Selepas melaksanakan makan malam, Renjana langsung masuk kamar. Tiba di sana mendadak ia ingin buang air, alhasil ia pun buru-buru ke kamar mandi.

“Saya buatkan coklat hangat untuk kamu.” Bumi meletakkan cangkir di meja kecil.

Renjana yang tadinya terdiam di ambang pintu kamar mandi, dengan cemberut menghampiri.

Setelah sampai di sana, ia ambil cangkir itu dan hanya dengan sekali teguk secangkir coklat tandas.

Walaupun sampai saat ini Renjana masih kesal setengah mati, tapi rugi baginya jika menolak.

Kemudian ia naik ke ranjang. Langsung berbaring memunggungi Bumi. Menutup mata dengan perasaan panas membara.

“Kamu kenapa?” Bumi tiba-tiba bersuara di samping daun telinga. Membuat Renjana semakin kesal karena ditanya seperti itu.

“Cape? Mata kuliahnya susah, ya, tadi?” tanyanya memijat pundak Renjana dengan pelan.

“Nggak!”

“Lalu?”

Tak mendapat respon, Bumi menurunkan tangan, ia peluk pinggang ramping itu. Bahkan tak sungkan meletakkan dagunya di pundak Renjana.

“Saya ingin,” bisiknya.

‘Oh, pantas aja tiba-tiba perhatian, ternyata ada maunya.’ Renjana membatin.

“Aku lagi mens,” sahut Renjana tanpa membuka mata.

“Mens?”

“Datang bulan.”

Satu detik, dua detik, sampai beberapa lamanya tak ada sahutan lagi.

“Itu, loh, haid namanya ... ish, masa om nggak tau, sih!” Renjana mencak-mencak.

“Iya, saya tau, Jana.”

“Terus kenapa masih nanya?”

“Hanya memperjelas benar atau tidak.”

“Om curiga aku bohong?”

“Bisa saja, kan?”

Renjana terdiam karena tebakan Bumi memang benar. Ia berbohong. Teringat kondom, entah mengapa keinginan Renjana untuk hamil anak Bumi perlahan mulai meredup.

“Kamu ternyata mencoba membohongi saya ....”

‘Eh, tau dari mana dia?’

Lalu, tak lama kemudian tiba-tiba saja Renjana melebarkan pupil mata. “OM BUMIII!!!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    Kesedihan yang memupuk di hati Renjana berlangsung cukup lama. Sendu yang menghiasi mata cantiknya itu tak kunjung hilang. Bahkan, ketika sepulangnya ia dan Bumi dari kedai hingga kini keduanya sudah tiba di rumah.Bersama Bumi yang selalu setia di sisinya, perempuan itu kini betah mendekam di kamar, rela menahan lapar. Masih sesekali Bumi dapati tak berhenti mengusap pipi yang selalu ditetesi air mata.Kebenaran dari mulut Suriya rupanya cukup berefek parah terhadap mood Renjana. Ia seperti drop. Merasa seakan terpuruk di titik paling rendah hingga sulit bangkit.Bumi bukan enggan membujuk atau tak mau menenangkan sang istri, tapi ia sengaja membiarkan Renjana meluapkan semua rasa sedih itu sampai puas. Sampai lelah dan tak ingin menangis lagi.Biar bagaimanapun itu adalah salah satu reaksi dari rasa tak terima Renjana karena selama bertahun-tahun hidup dalam kebohongan Amaris. Untuk kecewa, sebenarnya Renjana berhak merasakan itu. Bumi tak akan melarang."Ternyata aku anak haram, M

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    "Benar seperti itu? Kamu tidak ada niat untuk mencampakkan cucu saya kan setelah puas bermain?" tanya Suriya memastikan. Entah ada apa dengan pikirannya yang masih tak bisa lepas dari curiga dan prasangka buruk terhadap Bumi.Wanita itu menganggap jika Bumi sengaja menikahi Renjana karena punya maksud tertentu."Meski memang kecewa dengan Amaris, tapi sejak awal menjadikan Renjana sebagai istri, saya tidak pernah menganggap pernikahan kami sebagai permainan, yang bisa mudah berakhir begitu saja saat saya sudah puas," balas Bumi serius. Diambilnya satu tangan Renjana dan digenggam. Sebagai bukti nyata atas kesungguhan dari setiap kalimat panjang yang terlontar barusan."Kalau pun saya memang benar memiliki niat tercela seperti itu, mungkin sudah lama saya menceraikan cucu kesayangan oma ini, bahkan bisa saja malam itu setelah saya memberi nafkah batin untuknya." Bumi melanjutkan tanpa ragu.Penjelasan demi penjelasan itu membuat Suriya terdiam sejenak. Mampu membuat pemikiran buruk ten

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Mas Bumi mau bantu aku baikan sama mama? Serius?” Renjana bertanya ulang untuk memastikan. Kedua alisnya terangkat.Bumi yang kini menampakkan raut wajah ramah membalas dengan anggukan serius. Lelaki itu kemudian meletakkan kedua tangan berototnya pada meja, masing-masing di samping paha sang istri. Ia juga sedikit membungkuk supaya tinggi badannya selaras dengan Renjana yang sedang duduk.“Demi apa?” tanya Renjana lagi sedikit syok, tapi senyum semringahnya terbit setelah itu.Pengakuan Bumi yang mendadak mengatakan akan membantu supaya hubungannya dengan sang mama membaik wajar saja membuat Renjana terkejut.Sebelumnya lelaki yang berstatus sebagai suami sah-nya ini yang Renjana tahu membenci Amaris.Bukankah aneh kalau tiba-tiba saja Bumi berbaik hati tanpa sebab?“Demi kesejahteraan kita,” balas Bumi ikut tersenyum. Ia tatap lekat wajah putih Renjana yang memiliki beberapa jerawat merah kecil.Tangan kanan Bumi kemudian terangkat. Gemas, ia cubit pelan pipi istrinya yang gembul s

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Saya mau mandi dulu.” Bumi membalas lembut setelah terdiam beberapa saat. Sengaja mengabaikan keluhan Renjana tentang Amaris.Bukan tak peduli, tapi otak dan tubuhnya masih terlalu lelah selepas bekerja tadi. Belum lagi harus menempuh perjalanan jauh saat pulang ke rumah ini. Lelah sekali rasanya. Bumi butuh sesuatu yang dingin untuk menenangkan pikiran juga menyegarkan badannya.Dan mandi adalah salah satu solusi.Pelan-pelan Bumi lepas pegangan Renjana di kedua lengannya.“Setelah itu baru kita jemput oma kamu. Saya tidak lama mandinya,” kata Bumi pada Renjana yang sudah berubah cemberut.Tak ingin kesempatan yang ada jadi terbuang sia-sia, Bumi pun bergegas pergi untuk melaksanakan kegiatan mandinya.Renjana jadi lesu ditinggalkan seorang diri.“Aku diabaikan ...,” bisiknya tiba-tiba mendramatis. Ia menunduk, menatap sendu jari-jari kakinya. Dadanya mendadak dihinggapi rasa sesak karena keluhannya tentang kepulangan Amaris ke Indonesia tak ditanggapi Bumi.“Aku lagi pengen dipeluk

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    Perintah Amaris adalah hal yang wajib dilakukan. Setelah pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Indonesia, Kiran tak ikut Amaris pulang menuju apartemen, tempat tinggal baru mereka, melainkan perempuan itu langsung mengikuti omanya Renjana yang entah akan ke mana.Saat duduk tenang di dalam taksi yang lajunya dalam keadaan sedang, ponsel Kiran tiba-tiba saja berdering.Sudah bisa menebak siapa sang penelpon, Kiran segera merogoh benda pipih itu di dalam tas selempangnya.“Halo, Bu ... saya sekarang berada dalam perjalanan mengikuti omanya Renjana.” Seperti itulah kalimat pembuka Kiran setelah ponsel menempel di telinga kanan.“Oke. Saya sangat mengandalkan kamu dalam hal ini. Lakukan yang terbaik ya,” balas Amaris dengan suara lembut.Tanpa berkata-kata lagi, Kiran hanya mengangguk patuh. Seakan merasa Amaris berada di dekatnya dan melihatnya melakukan itu.Kemudian, panggilan telpon mereka pun sama-sama berakhir.Kiran kembali menyandarkan punggung sepenuhny

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Loh, Mas? Kok, balik lagi?” Renjana mengangkat kedua alis heran saat pintu terbuka bukan Endah yang ia dapati, melainkan sang suami.Bumi yang tak menampakkan ekspresi sengaja tak menjawab. Ia melangkah mendekat, langsung mengapit tangan kiri Renjana, lalu menutup pintu. Kemudian dibawanya sang istri menuju sofa.Keanehan yang tengah terjadi sekarang membuat Renjana bertanya-tanya dalam hati. Hal apa yang membuat suaminya sampai kembali lagi? Apakah karena melupakan sesuatu?Renjana yang kini posisinya sudah duduk di sebelah Bumi lantas menoleh. Dalam diam ia tatap sejenak wajah kaku sang suami yang selalu tak bisa ditebak sikapnya itu.“Mas lupa bawa apa? HP? Dompet? Atau ada sesuatu yang mau mas ambil di rumah?” tanya Renjana membuka bicara, tak bisa menahan rasa penasaran.“Saya haus ....” Tanpa menatap sang istri, Bumi menyahut pelan. Ia bersandar, lalu tiba-tiba saja pria itu sudah menanggalkan satu kancing kemeja bagian atas.Meskipun lagi-lagi hanya bisa keheranan, Renjana yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status