Share

Bab 7

Author: GadihJambi
last update Last Updated: 2025-06-28 11:16:21

Beberapa menit setelah menerima pesan dari Alatas, Avin merasakan gelisah yang tidak kunjung hilang. Dia terpaksa menutup lapak jualannya dan pulang ke rumah.

Begitu sampai di rumah, tidak ada siapa pun. Ia teringat istri dan anaknya sedang pergi berbelanja seperti izin Dea tadi pagi. Avin pun bergegas menyusul ke minimarket yang tidak jauh dari kontrakannya itu.

Ia pun berjalan menyusuri setiap rak demi rak sehingga mata tajamnya melihat sosok istrinya dari samping sedang diganggu oleh pria paruh baya yang ingin menyentuh istrinya.

“Jangan coba-coba menyentuh istriku!” bentak Avin dengan geram sambil berjalan cepat mendekati istri dan anaknya.

Mata elangnya menatap tajam pria paruh baya di depannya setelah membawa Deasy berlindung dibalik punggung lebarnya. Deasy diam-diam menghela napas lega dengan kedatangan suaminya yang tepat waktu. Jujur saja, ia lumayan takut dengan mata pria tua yang menatapnya seakan-akan dirinya adalah angka gemuk yang enak dimakan.

“Wow, tenang, Bung! Saya tidak menyentuh istri Anda, tetapi hanya ingin menyingkirkan nyamuk yang tadi hinggap di pipinya,” kekeh Juragan Handi dengan mengangkat kedua tangannya.

Avin memicingkan matanya menatap sinis alasan tidak masuk akal pria tua itu. Firasatnya sebagai laki-laki langsung waspada melihat gelagat aneh yang tersirat dari sorot mata pria baya itu. Jelas dia tidak jujur dan mempunyai niat tidak baik pada istrinya.

Juragan Handi sebenarnya takut melihat sorot mata tajam Avin yang menatapnya dengan aura intimidasi yang kuat. Namun, karena tahu Avin adalah pria miskin yang kerjaannya hanya jualan sayur keliling, ia tetap meremehkannya.

Beberapa orang pengunjung mendatangi tempat mereka yang bersitegang. Avin lalu menarik Dea pergi dari sana. Juragan Handi menatap kepergian mereka dengan muka kesal dan merutuki kedatangan Avin yang menggagalkan niatnya untuk mendekati Dea.

“Tunggu sebentar, Neng. Aa mau telepon dulu,” pinta Avin dengan suara lembut meski amarahnya masih belum hilang.

Dea hanya mengangguk sambil memeluk erat bayi kecilnya. Matanya menatap orang yang lalu lalang keluar masuk minimarket dengan jantung berdebar kencang.

Dea bukan perempuan lugu yang tidak merasakan aura intimidasi yang kuat keluar dari suaminya saat berhadapan dengan pria tua tadi. Apalagi, saat ini ia mendengar dengan jelas suara tegas suaminya saat berbicara di telepon.

Setelah menghubungi seseorang, saat balik badan ke arah istrinya, mata elang Avin tidak sengaja berpapasan dengan mata Juragan Handi yang mengamati mereka dari parkiran mobil terutama pada istrinya.

Avin mendengus sebelum menghalangi pandangan tua bangka itu dengan tubuhnya sehingga dari kejauhan Juragan Handi mengumpat kesal.

Tak lama kemudian, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan mereka berdua lalu seorang pria memakai jas yang rapi keluar dari mobil tersebut dan membukakan pintu belakang mobil.

“Tuan Muda, Nyonya Muda, silakan masuk!” ucap pria itu dengan menunduk sopan kepada Avin dan Dea.

Mulut Dea menganga sempurna melihat sikap pria itu yang memanggil ia dengan suaminya seperti itu. Dea menatap lekat suaminya yang terlihat santai dan tidak canggung sama sekali. Dea beringsut menempel pada suaminya seraya berbisik.

“A’, pria ini siapa? Apa dia salah orang? Kok mobilnya berhenti di depan kita?” bisik Dea dengan mata celingak-celinguk melihat orang-orang di sekitar minimarket tersebut.

“Ekhem, dia tidak salah orang, Neng! Ayo, masuk, kasihan si gemoy udah kepanasan,” jawab Avin dengan sedikit gugup.

“Hah?” sahut Dea dengan muka terkejut.

Namun ia tidak bisa berkata apa-apa lagi karena Avin sudah mendorongnya memasuki mobil mewah tersebut.

Dari dalam mobilnya, Juragan Handi terkejut dengan kedatangan mobil mewah di depan Dea dan Avin. Ia semakin syok melihat keduanya memasuki mobil tak lama setelah itu.

“Ah, sial! Mobil siapa itu? Bagaimana bisa si miskin itu membawa Dea menaiki mobil tersebut? Apa jangan-jangan dia sengaja menyewa mobil itu hanya untuk memanas-manasi aku?” rutuk Juragan Handi kesal sambil memukuli stir mobilnya.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 167

    Begitu melihat anaknya datang, Maisarah langsung duduk dilantai sambil menangis kejer dengan menunjuk-nunjuk pria dan wanita yang mengaku pemilik baru rumah mereka. "Nak, mereka itu komplotan penipu! Mereka mau mengambil rumah kita, dan mengusir kita secara paksa! Suruh mereka pergi, Haidar! Usir mereka dari rumah kita! Rumah kita!" teriak Maisarah dengan memukuli pahanya agar semakin terlihat dramatis. Haidar terkejut mendengarnya, ia bergegas mendekati mereka terutama ibunya yang masih melakoni drama orang yang teraniaya. Pria itu membantu ibunya berdiri dan berhadapan langsung dengan perempuan yang ditunjuk ibunya sebagai seorang penipu. "Saya lihat kamu bukanlah laki-laki yang berpikiran sempit seperti ibu kamu ini! Ini adalah bukti jual beli yang mana saya membeli rumah ini dari pemilik asli sertifikat rumah ini!" ucap wanita itu sambil memperlihatkan kertas kuwitansi pembelian rumah. Haidar mengambil kertas tersebut dan membacanya dengan saksama. Pria itu memejamkan matan

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 166

    "Tapi, kenapa Ibu juga berbeda perlakuannya pada Alatas, yang lahir dari pernikahannya dengan Ayah mertua?" tanya Siska lagi dengan heran. "Hidup Ibu kan sudah tidak menderita lagi sejak menjadi istri Ayah mertua, tapi kenapa ia juga membedakan kasih sayangnya pada Alatas yang notabene anak kandungnya dengan Ayah mertua?" lanjutnya lagi bertanya pada Haidar. "Aku juga tidak tahu! Hanya saja aku pernah dengar kalau Alatas anak yang sengaja ia kandung agar Ayah Wirata menikahinya! Dan aku mendengar itu semua waktu lulus SMA tanpa disengaja," jawab Haidar dengan nada suara yang tidak bersemangat. Siska membuang kasar napasnya begitu mendengar jawaban dari rasa penasarannya tadi. "Ya sudahlah, Bang! Sekarang hidup kita berdua tergantung sama Abang! Aku memang perempuan yang serakah dan hanya mementingkan diri sendiri, tapi aku bukan wanita yang dengan gampang berpaling hanya karena Abang hidup susah! Asalkan Abang masih mau bekerja memberikan aku nafkah dan tidak selingkuh, aku

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 165

    "Lancang kamu Haidar!" teriak Maisarah yang sudah dikuasai api amarah saat mendengar protes anak pertamanya itu. Wanita paruh baya yang sudah dipenuhi emosi itu langsung mengayunkan tangan kanannya ke pipi Haidar dengan begitu keras sehingga membuat wajah Haidar tertoleh ke samping. "Ibu," cicit Haidar dengan wajah syok melihat ibunya dengan tega menampar nya dengan sangat keras. Napas Maisarah tersengal-sengal setelah melayangkan tangannya ke pipi Haidar, rasa puas menyelimuti hatinya karena berhasil melampiaskan amarahnya pada Haidar. Haidar kembali menitikkan air mata saat matanya menatap dalam mata Maisarah yang tidak sedikitpun menunjukkan penyesalan karena sudah menampar nya. Siska juga terkejut melihat suaminya di tampar oleh ibu kandungnya sendiri hanya karena protes atas ketidakadilan yang diterimanya selama ini. Ia sungguh tidak menyangka jika mertuanya begitu mengagungkan Ghufron sampai sebegitunya, dan tidak peduli dengan anak pertamanya yang selama ini selal

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 164

    Alatas berniat membuntuti Haidar pulang, akan tetapi panggilan telepon dari ayahnya membuat ia mengurungkan niatnya tersebut. "Iya, Yah! Al pulang sekarang!" jawab Alatas dengan patuh dan menutup panggilan tersebut sambil bergegas menuju motornya di parkiran. "Kira-kira ada hal apa ya, sampai Ayah ngotot banget mau aku pulang cepat? Dari nada suaranya terdengar seperti ada masalah besar," gumamnya sambil memasang helm.Alatas pun menghidupkan motornya, lalu melesat cepat meninggalkan parkiran menuju tempat tinggalnya bersama sang ayah saat ini.Sementara itu, Haidar kembali ke rumah dengan hati kesal karena tidak mendapatkan apa yang sudah ia rencanakan."Gimana, Bang?" tanya Siska saat menyambut kepulangan Haidar yang memasang wajah lesu dan lecek."Iya, Dar! Apa yang dikatakan anak itu? Apa kamu berhasil membuatnya mengatakan dimana Dea sekarang?" cerca Maisarah ikutan bertanya dengan tidak sabaran.Kepala Haidar langsung pusing mendengar pertanyaan beruntun Ibu dan istrinya. R

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 163

    "Panggil saya Kaisar saja, Om! Rasanya gak enak didengar kalau Om panggil saya terlalu hormat begitu," ucap Kaisar dengan muka yang tetap datar. "Tapi...," bantahan Fajar terhenti saat Kaisar menaikkan tangannya pertanda kode jika ia memang tidak menginginkan panggilan tersebut. Fajar menghela napas pasrah seraya berkata," Oke lah, karena mungkin usia kita hanya selisih beberapa tahun, saya panggil kamu Kaisar saja dan kamu panggil saya Abang! Saya juga gak tua-tua amat di panggil Om, kecuali untuk Dea dan Alatas." Kaisar mengangguk tanda setuju, Pandangan Kaisar kembali pada Wirata yang terlihat melamun seperti memikirkan sesuatu. "Kaisar, kapan orang-orangmu bisa melakukan yang kamu bilang tadi? Abang rencananya mau mendaftar gugatan cerai Bang Wira besok pagi, karena hari ini mau melengkapi syarat-syaratnya dulu," tanya Fajar dengan nada suara tidak terlalu kencang. "Kapan Abang mau! Sepulang dari sini aku akan menghubungi mereka untuk bersiap-siap! Ini kartu namaku, dan

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 162

    "Om, bukannya mau menyembunyikannya, tapi aku gak mau Om menjadi emosi saat bertemu wanita itu! Yang jelas, kedua orang itu masih dalam kondisi aman!" jawab Kaisar dengan segala pertimbangannya. Wirata terdiam, menimbang baik buruknya jika ia bertemu dengan orang yang membuat anaknya menderita. "Om, Saat ini ada hal yang lebih penting dari wanita itu yaitu keadaan Dea," ucap Kaisar lagi agar membuka pikiran Wirata. "Dea? Apa yang terjadi sama Dea? Apa Dea baik-baik saja?" tanya Wirata dengan nada suara yang terdengar kencang dan wajah khawatir. "Tenang, Bang! Biarkan Tuan muda bicara dulu," ujar Fajar dengan menepuk pelan punggung tangan Wirata untuk menenangkan pria baya itu. "Dea dirawat di rumah sakit sekarang ini Om! Kita punya kabar baik dan kabar buruk untuk Om, dan aku harap Om tidak lagi mengurus masalah wanita jahat itu selain memikirkan Dea," ucapnya lagi yang membuat Wirata semakin terlihat tidak sabaran. "Katakan saja kabar baik dan buruknya! Jangan buat Om b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status