Share

Kaisar Iblis

Author: Strawberry
last update Huling Na-update: 2025-02-27 07:21:34

Arcelia membuka mata.

Pemandangan di hadapannya membuat pikirannya kacau. Langit di atasnya berwarna ungu tua dengan kilatan cahaya keemasan yang bergerak seperti gelombang di lautan. Udara di sekitarnya hangat, berbeda jauh dari dingin yang menusuk tulang yang baru saja ia rasakan. Dan di sekelilingnya…

Perempuan-perempuan itu.

Mereka berdiri dengan anggun, kulit mereka berkilau seperti terbuat dari mutiara hidup. Mata mereka bercahaya samar, seakan menyimpan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar manusia biasa. 

Pakaian mereka begitu minim, hanya menutupi bagian dada dengan kain tipis yang bahkan tak sepenuhnya menutupi tubuh mereka. Bagian bawahnya berupa celana dengan juntaian kain transparan yang melambai seperti ekor, bergerak lembut seiring angin yang berbisik.

Arcelia menelan ludah, pikirannya berusaha mencerna situasi ini.

Siapa mereka?

Di mana ini?

Ingatan terakhirnya adalah sosok merah yang mengatakan satu kalimat yang menjadi teka-teki baginya, “Beraninya kalian memperlakukan Yang Mulia kami seperti ini?” setelah itu kesadarannya memudar, tenggelam dalam kehampaan. Dan dia berpikir kalau dia sudah mati.

Tubuhnya masih terasa lemah, tapi anehnya, rasa sakit dari luka-luka yang menganga di sekujur tubuhnya tak lagi menyiksanya. Ia mengangkat tangannya dengan ragu, menatap telapak tangannya yang dulu penuh lebam dan luka bakar—kini hanya ada kulit bersih yang terasa baru.

“Apa ini…?” bisiknya, suara seraknya nyaris tak terdengar.

Salah satu perempuan itu mendekat, melangkah ringan seolah tak menyentuh tanah. Matanya yang berkilau menatap Arcelia dengan tatapan yang sulit diartikan—bukan ancaman, bukan pula kehangatan, melainkan sesuatu di antara keduanya.

“Selamat datang,” suara perempuan itu lembut, seperti angin yang membawa bisikan bintang. “Kau akhirnya tiba.”

Tiba?

Tiba di mana?

Arcelia menatap mereka semua, rasa bingung dan curiga bercampur aduk di dadanya. Apakah ini surga? Atau neraka dalam bentuk lain?

Ia tak tahu jawabannya.

Namun satu hal yang pasti—ia tidak lagi berada di dunia yang selama dia kenal. ‘Apakah ini neraka? Jika iya, kenapa tak ada api yang menjilatinya’.

Arcelia menatap ke sekeliling, hatinya masih kacau oleh kebingungan. Udara di ruangan ini hangat, dipenuhi aroma bunga yang samar, bercampur dengan wangi dupa yang membakar pelan di sudut ruangan. Cahaya merah keemasan dari lentera-lentera besar memantul di dinding yang dihiasi ukiran rumit—simbol-simbol yang asing baginya, seperti bahasa yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Di hadapannya, seorang perempuan bersorban merah berdiri dengan penuh hormat. Mata keemasan perempuan itu bersinar lembut, seakan menyembunyikan sesuatu di balik ketenangan wajahnya.

"Siapa kamu?" Arcelia akhirnya bertanya, suaranya serak karena kelelahan dan ketakutan yang masih menggantung dalam pikirannya.

Perempuan itu membungkuk anggun, lalu menatapnya dengan penuh penghormatan. "Yang Mulia," katanya, suaranya selembut hembusan angin, "Anda adalah permaisuri Kaisar Azrael di Negeri Iblis. Saya harus mempersiapkan Anda untuk acara pernikahan."

Kata-kata itu menghantam Arcelia seperti badai. Negeri Iblis? Negeri bawah yang selama ini sangat ditakuti oleh manusia di dunianya.

Permaisuri Kaisar Azrael?

Negeri Iblis?

Pernikahan?

Otaknya menolak mencerna kenyataan ini. Baru saja ia berpikir bahwa dirinya sudah mati—mungkin ia memang sudah mati—tetapi mengapa sekarang ia harus menikah dengan Kaisar Iblis? Bagaimana bisa hidupnya yang penuh penderitaan di dunia manusia tiba-tiba berakhir di tempat ini, dengan gelar yang begitu agung?

Perempuan itu melangkah mendekat, diikuti dua pelayan berbaju merah lain yang membawa kain-kain sutra. Salah satu dari mereka membimbing Arcelia berdiri, tubuhnya masih terasa lemah, namun perlahan ia mengumpulkan kekuatannya.

Di depannya, sebuah cermin besar berdiri tegak, nyaris setinggi langit-langit. Bingkainya berukir naga berwarna hitam pekat, seolah hendak keluar dari kayu dan menerkam siapa pun yang menatap terlalu lama. Cermin itu tidak sekadar memantulkan bayangan—ada sesuatu dalam pantulannya, sesuatu yang seakan lebih hidup dari sekadar refleksi biasa.

Arcelia menatap dirinya sendiri untuk pertama kalinya.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya… ia benar-benar melihat dirinya.

Selama ini, ia hanya mengenal tubuhnya sebagai sosok yang kurus, lemah, dan penuh luka. Rambutnya selalu kotor dan kusut, kulitnya tertutup memar dan bekas pukulan, matanya redup tanpa harapan. Ia tak pernah melihat pantulan dirinya selain di genangan air berlumpur atau bayangan di kaca jendela kotor rumah bibinya.

Tapi sekarang—

Dia cantik.

Tidak, bukan hanya cantik. Dia sempurna.

Kulitnya sebening porselen, halus tanpa cacat. Rambutnya panjang, berkilau bak sutra hitam yang jatuh lembut di punggungnya. Mata ungunya besar dan dalam, bercahaya seakan menyimpan langit malam yang penuh bintang. Bibirnya merah alami, melengkung dengan keanggunan yang tak disadari sebelumnya. Tubuhnya yang dulu terlihat ringkih kini tampak proporsional, ramping dengan lekuk yang sempurna.

Apakah ini benar-benar dirinya?

Arcelia mengangkat tangan, menyentuh pipinya sendiri. Kulitnya terasa nyata, hangat. Ini benar-benar dirinya. Selama ini, kecantikannya tersembunyi di balik kekejaman dunia yang menelannya.

Pelayan-pelayan berbaju merah mulai bergerak, membawakan pakaian untuknya. Sutra merah berkilauan disampirkan di bahunya, lalu perlahan mereka mulai membantunya mengenakan pakaian yang tampak terlalu indah untuk seorang gadis yang pernah dianggap pembawa sial.

Gaun itu berwarna merah tua, dengan aksen emas yang menghiasi setiap sulamannya. Bagian atasnya sedikit terbuka, menampilkan kulit lembut di bahunya, sementara potongannya dirancang untuk menonjolkan setiap lekuk tubuhnya dengan sempurna. Kain tipis menjuntai dari pinggulnya, transparan, bergerak seperti kabut yang mengikuti setiap langkahnya.

Arcelia mengerjap, wajahnya sedikit memanas saat menyadari bagaimana penampilannya sekarang. Ia tak pernah mengenakan sesuatu yang semewah ini, apalagi sesuatu yang membuat dirinya tampak begitu… menggoda.

Salah satu pelayan menaruh mahkota di kepalanya. Bukan mahkota yang berat dan penuh permata seperti yang ia bayangkan, melainkan sebuah hiasan kepala berwarna hitam dengan ukiran halus, dihiasi batu merah tua yang berpendar samar seperti bara api.

Arcelia menatap dirinya sekali lagi.

Ia terlihat… seperti ratu.

Namun, pikirannya masih berputar.

Mengapa semua ini terjadi? Mengapa ia harus menikah dengan Kaisar Azrael? Apa artinya ini semua?

Bayangan akan sosok Kaisar Iblis muncul dalam benaknya.

Mungkinkah dia adalah makhluk mengerikan dengan wajah penuh tanduk dan tubuh dipenuhi sisik kasar? Mungkinkah dia memiliki mata hitam yang menatap dengan kehampaan, atau taring yang siap mencabik-cabik siapa pun yang berada di dekatnya?

Arcelia menggigit bibirnya.

Tapi… bukankah ini lebih baik daripada kembali ke dunia lamanya?

Bukankah lebih baik menjadi seorang ratu di tempat asing ini, daripada kembali menjadi seorang gadis yang dipukuli, dicaci, dan disiksa tanpa alasan?

Setidaknya, di sini, ia memiliki sesuatu.

Kedudukan. Kekuatan.

Namun, harga apa yang harus ia bayar untuk itu?

Pelayan yang pertama kali berbicara menatapnya dengan tatapan lembut. "Yang Mulia," katanya, "Segera, Kaisar akan datang untuk menjemput Anda."

Arcelia menarik napas dalam.

Apakah ini benar-benar awal dari kehidupannya yang baru?

Ataukah ini hanya neraka lain dalam bentuk yang berbeda?

---

Muncul sosok lelaki gagah, dengan tubuh kekar dan tanduk hitam yang melengkung gagah di atas kepalanya. Mahkota emas hitam yang berukir rumit bertengger di antara tanduk itu, seperti tanda yang menegaskan bahwa dia adalah penguasa absolut di tempat ini.

Mata merahnya menyala, penuh dominasi dan kekuasaan.

Arcelia seharusnya takut. Seharusnya merasa terintimidasi, ingin lari, atau setidaknya mundur selangkah. Tapi anehnya, tidak.

Justru… ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tetap berdiri di tempat.

Matanya menelusuri wajah pria itu—tidak, bukan pria, tapi makhluk yang lebih dari sekadar manusia biasa. Kaisar Iblis. Penguasa dunia kegelapan.

Namun, dia tidak seburuk yang Arcelia bayangkan.

Tidak ada kulit bersisik atau mata berlendir yang menyeramkan. Tidak ada taring panjang yang siap mencabik-cabik siapa saja yang mendekat. Sebaliknya, wajahnya begitu rupawan, seolah dipahat oleh tangan para dewa. Rahangnya tegas, hidungnya tinggi, bibirnya melengkung tipis dalam ekspresi yang sulit ditebak.

Lebih tampan dari siapa pun yang pernah Arcelia lihat.

Bahkan lebih rupawan dari Eden.

Jantungnya mencelos saat membandingkannya dengan cinta pertamanya. Eden, putra bibinya—satu-satunya cahaya yang pernah ia harapkan di dunia manusianya. Tapi harapan itu justru membuatnya menderita, karena mencintai Eden dianggap sebagai dosa. Sebagai seorang gadis malang yang dianggap pembawa sial, Arcelia tidak pantas menaruh hati pada seorang pria seperti Eden.

Dan karena itulah, siksaan yang ia terima semakin kejam.

Namun, saat ini, melihat Kaisar Azrael berdiri di hadapannya, tatapan yang dingin dan penuh kuasa itu seakan menembus jiwanya, membuatnya bertanya-tanya… apakah hatinya masih menyimpan bayangan Eden?

Arcelia tersenyum, tanpa sadar, tanpa ragu.

Seperti ada dorongan dalam dirinya yang menginginkannya.

Kaisar Azrael menatapnya dalam diam.

Ia tidak berbicara.

Tidak satu kata pun keluar dari bibirnya.

Lalu, dalam satu langkah panjang, dia sudah berada di hadapan Arcelia. Sebelum gadis itu bisa memahami apa yang terjadi, tubuhnya yang ringan diangkat dengan mudah, seolah ia tidak lebih berat dari sehelai bulu.

Tangannya yang besar dan kokoh membungkus pinggangnya dengan kuat.

Arcelia terkesiap.

Dia belum pernah diangkat seperti ini sebelumnya. Belum pernah merasakan seseorang menyentuhnya dengan cara seperti ini—bukan dengan kekerasan, bukan dengan niat menyakiti, tetapi dengan kepemilikan.

Tatapan Kaisar Azrael tetap tak terbaca. Namun, ada sesuatu di sana. Sesuatu yang membuat Arcelia menahan napas.

Tanpa satu kata pun, Kaisar membawanya pergi. 

Arcelia harus siap dengan kejutan lain yang mungkin saja akan membuatnya menjadi sosok yang benar-benar berbeda.

Strawberry

Hallo...Novel pertama di GN dukung aku, ya!

| 3
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Razi Maulidi
cerita yg menarik kk
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Ini Bukan Cinta

    Senja merah darah menyelimuti langit dunia bawah, ketika kabut halus turun perlahan menyelimuti taman dalam istana. Ratu Arcelia melangkah pelan di antara batu-batu hitam yang ditumbuhi bunga berapi kecil—tanaman khas dunia bawah yang hanya mekar saat matahari tak terlihat selama seminggu penuh.Ratu Arcelia berjalan dengan pikiran yang masih kacau, dan itu karena Pangeran Api. Dengan reaksi alami Kaisar Azrael tadi malam, tanpa harus mengucapkan kata larangan, Arcelia paham, mungkin dia memang sudah melangkah terlalu jauh dan tidak ada batasan, sehingga membuat seorang pangeran yang introvert salah paham.Di bawah pohon berduri kristal yang tampak seperti patung pahatan, berdirilah Pangeran Api. Seperti biasa, tubuhnya tegap, diam, dengan sorot mata tajam yang menyembunyikan sesuatu di balik ketenangannya.“Pangeran Api,” sapa Arcelia, suaranya lembut namun berwibawa.Pangeran itu menoleh perlahan. Tak ada senyum, hanya anggukan hormat.“Aku tidak ingin kau memiliki pemikiran ataupun

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Malam Panas - Cemburu dan Cinta

    “Dan jangan sekalipun… kau membuat lelaki lain jatuh hati padamu.”Suara Azrael berat, dalam, nyaris seperti gumaman kutukan yang mengendap dalam jiwa. Tatapan matanya kini tak lagi sekadar sendu, melainkan tajam, membakar, menyala merah seperti bara.Dengan satu gerakan, seolah Arcelia tak berbobot, Kaisar mengangkat tubuh sang Ratu ke dalam gendongannya. Ia melangkah mantap ke dalam paviliun, pintu batu menutup sendiri di belakang mereka.Langit dunia bawah tertutup kabut ungu kelam, bulan darah menggantung tepat di puncak. Malam seakan ikut bersekongkol—menyembunyikan segalanya dalam bisu yang sakral.Di dalam ruang megah yang hanya diterangi api iblis yang membara di dinding, Arcelia diturunkan ke atas ranjang besar berlapis kain gelap. Tirai-tirai tebal melambai pelan, menyelimuti mereka dalam dunia kecil yang hanya milik mereka berdua.“Jika kau berani menyembunyikan hatimu dariku…” bisik Azrael, suaranya lebih halus dari sutra, namun penuh ancaman lembut. “Maka malam ini, aku a

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Kau Milikku

    Malam turun di atas istana dunia bawah, menyelubungi langit hitam berapi dengan kilatan merah keemasan dari lahar yang mengalir di kejauhan. Arcelia duduk di taman istana, tempat yang jarang dikunjungi selain oleh dirinya sendiri. Taman itu adalah satu-satunya bagian istana yang ia ubah—dengan tanaman-tanaman gelap yang bisa tumbuh di bawah cahaya neraka, dan bunga api biru yang hanya mekar saat bulan darah muncul.Langkah kaki berat tapi anggun terdengar dari arah pintu gerbang taman.Arcelia tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang, biasanya juga ada Lucien atau Kaelthor atau pangeran lainnya. “Pangeran Api…” gumamnya lembut, tapi tak kaget saat yang dilihatnya datang adalah Pangeran Api lagi. Arcelia masih memandangi bunga yang mekar pelan di hadapannya. “Kau datang lagi.”“Ratu belum istirahat. Hamba hanya ingin memastikan,” jawabnya. Suaranya tetap berat dan datar, tapi di balik nada datarnya, ada nada halus yang mulai mengandung perhatian.Arcelia menoleh, menatap mata m

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Peringatan Untuk Ratu Api

    Malam di dunia bawah adalah lukisan kekal dalam warna merah dan hitam. Langit kelam berpendar cahaya dari sungai lava yang mengalir tenang di kejauhan, sementara menara istana berdiri angkuh, dibalut bayangan dan bara.Di dalam kamarnya yang megah, Arcelia bersandar di dada Kaisar Azrael. Kulit mereka masih berselimut hangatnya keintiman yang baru saja mereka bagi. Nafasnya belum sepenuhnya tenang, tapi pikirannya melayang jauh.Azrael mengusap punggung Arcelia perlahan, memperhatikan ekspresi damai namun penuh renungan di wajah ratunya.“Kau terlihat tidak tenang malam ini,” gumam Azrael, suaranya berat, serak karena cumbu yang masih membekas.“Benarkah?” tanya Arcelia terdengar sangat santai karena mereka sedang di atas tempat tidur.“Hm….” Kaisar Azrael mengangguk.Arcelia menoleh sedikit, menatap matanya. “Boleh aku mengusulkan sesuatu?”Kaisar tersenyum kecil. “Kau boleh menguasai seluruh neraka jika kau mau, Ratu-ku.”Pipi Arcelia merona merah, ia tersenyum lemah, lalu menghela

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Cinta Yang Tak Seharusnya

    Kembali ke Istana Bawah….Istana hitam yang berdiri megah di jantung dunia bawah itu tampak lebih hidup dari biasanya. Namun, bukan karena pesta, melainkan karena kehadiran Ratu mereka—Arcelia. Sosoknya yang agung berjalan berdampingan dengan Kaisar Azrael di lorong panjang berhiaskan obor biru yang berkobar dengan api neraka.Suasana tenang, tapi ada sesuatu yang mengintai dari balik kegelapan. Sesuatu yang belum selesai. Sesuatu yang belum didamaikan.Dari balkon tinggi yang menghadap jurang lava abadi, berdiri seorang pria dengan rambut seperti bara membara, matanya menyala merah darah, kulitnya gelap berkilat seperti logam terbakar. Ia adalah Pangeran Api, satu-satunya putra dari Ratu terdahulu yang telah lama meninggal.Ia memandangi pasangan kaisar dan ratu dari kejauhan. Dalam diamnya, hatinya bergejolak seperti lautan magma.“Begitu mudahnya dia melupakan Ibu…”“Begitu cepatnya dia menyerahkan segalanya untuk perempuan itu…”Tak ada yang tahu isi pikirannya. Pangeran Api adala

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Mengunjungi Paman Liam

    “Kamu siapa?” tanya Eden dengan nada curiga. Namun, sorot matanya tidak bisa membohongi rasa terpesonanya. Sekilas, ia tersihir oleh kecantikan gadis yang berdiri di ambang pintu. Kecantikannya... nyaris tidak nyata.Lyrienne tersenyum anggun, lalu membungkuk hormat pada Liam dan Marla dengan sikap sopan nan berwibawa.“Perkenalkan, saya Lyrienne Throne, satu-satunya putri dari keluarga bangsawan Throne. Saya datang untuk menyampaikan permohonan maaf atas penolakan yang saya sampaikan sebelumnya.”Nada bicaranya tenang, penuh penghormatan, dan tanpa cela.Liam mengangguk pelan, tersenyum bijak. “Tidak perlu meminta maaf, Nona Lyrienne. Setiap orang memiliki hak untuk memilih. Perjodohan bukanlah sebuah paksaan.”“Paman sungguh bijaksana. Terima kasih atas pengertiannya.” Lyrienne lalu menoleh pada Marla, masih dengan senyuman anggun. “Bibi, saya membawa tonik herbal dan beberapa lembar sutra terbaik dari utara. Saya harap Bibi berkenan menerimanya sebagai bentuk penghormatan saya.”Ma

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Darah Kuno

    Tak ada yang benar-benar tahu, mengapa kesialan selalu mengikuti Arcelia ke mana pun ia melangkah—mengapa orang-orang yang menyayanginya selalu berakhir dalam kesakitan atau kehilangan. Tak ada yang tahu… kecuali satu orang: ibunya. Sayangnya, rahasia itu dikubur bersama jasad sang ibu, tak pernah terucap pada siapa pun.Dulu, selama sepuluh tahun pernikahan mereka, Bennet dan istrinya hidup dalam cinta yang tulus, namun tanpa kehadiran seorang anak. Setiap tahun yang berlalu tanpa tangisan bayi menjadi luka sunyi dalam hati sang ibu. Ia tahu Bennet tak pernah menyalahkannya—ia adalah pria yang penuh kesabaran dan ketulusan. Tapi rasa bersalah itu tumbuh seperti benalu, menggerogoti hatinya dari dalam.Suatu hari, dalam keputusasaan yang lembut, ia pergi diam-diam ke sebuah kuil tua di luar perbatasan kota. Di sana, ia berdoa dalam sunyi, membawa persembahan kecil berupa bunga dan air murni. Dalam keheningan dupa dan desir angin lembah, seorang biksu tua mendatanginya—langkahnya tenang

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Kenangan Di Balik Sepi

    Malam itu sunyi. Ruang kerja keluarga Sterling diterangi cahaya lampu gantung yang temaram. Liam duduk sendiri di kursinya, menatap ke luar jendela di mana hujan rintik mulai turun, mengiringi denting kenangan yang datang tanpa permisi.Tangannya menggenggam cangkir teh yang sudah lama dingin. Pandangannya kosong, tapi hatinya mulai berat oleh bayangan masa lalu.“Bennet…” gumamnya pelan, seolah menyebut nama itu bisa membangkitkan kembali sosoknya.Liam teringat dengan jelas—saudaranya, Bennet Sterling, lelaki berhati emas yang tak pernah mengenal ambisi berlebihan seperti dirinya. Seseorang yang lebih memilih kejujuran dan ketulusan daripada kekuasaan atau nama besar.Bennet adalah kebanggaan keluarga. Tidak banyak bicara, tapi tindakan dan sikapnya selalu meninggalkan jejak mendalam di hati siapa pun yang mengenalnya.“Kau terlalu baik untuk dunia ini, Bennet...”Kenangan melayang ke masa lalu. Saat itu, Bennet membawa pulang seorang wanita cantik dari kerajaan tetangga. Seorang ba

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Cerita Dua Dunia

    Setelah momen di taman yang penuh perasaan, Azrael menggandeng tangan Arcelia, membawanya perlahan kembali ke kamar kerajaan. Malam di Dunia Bawah terasa lebih hangat dari biasanya, seolah ikut merestui kedekatan mereka.Di dalam kamar, cahaya kristal bercahaya lembut menggantung di langit-langit, aroma bunga malam memenuhi udara.Azrael mendudukkan Arcelia di tepi ranjang, lalu berlutut di hadapannya—hal yang membuat Arcelia langsung panik dan meraih tangan Kaisar.“Kaisar Azrael! Jangan seperti itu! Apa kata para iblis kalau tahu Kaisarnya bersimpuh di hadapan Ratu?” bisik Arcelia panik, tapi wajahnya justru merah padam.“Aku tak peduli. Kau bukan hanya Ratu, kau belahan jiwaku. Biar mereka belajar, bahwa cinta bahkan bisa menundukkan penguasa tergelap sekalipun.”“Aduh... Kaisar, Kau benar-benar budak cinta,” gumam Arcelia, geli sekaligus tersentuh.Azrael berdiri, lalu menarik Arcelia ke pelukannya, mengayun lembut seperti menari di tengah kamar.“Malam ini, aku tidak ingin jadi K

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status