Home / Fantasi / Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya / Menikahi Kaisar dan 9 Putranya

Share

Menikahi Kaisar dan 9 Putranya

Author: Strawberry
last update Last Updated: 2025-02-27 07:39:19

Perayaan pernikahan berlangsung dengan meriah.

Langit di atas mereka dipenuhi cahaya merah dan emas, seakan bintang-bintang pun ikut berpesta. Di sekeliling altar pernikahan, para bangsawan dunia iblis berkumpul, berpakaian indah dan penuh kemewahan, menonton dengan penuh takjub.

Arcelia berdiri di samping Kaisar Azrael, tangannya masih terasa lemas, jantungnya berdetak cepat saat upacara sakral dimulai.

Sumpah suci diucapkan.

Gema mantra kuno memenuhi udara.

Kain merah panjang membelit pergelangan tangan mereka berdua, mengikat takdir mereka dalam satu janji abadi.

Dan akhirnya, tibalah saatnya penutup pernikahan.

Ciuman Kaisar.

Arcelia bahkan belum sempat menarik napas ketika pria itu membungkuk, satu tangannya mencengkeram pinggangnya dengan lebih kuat, dan bibir panasnya menekan bibirnya dengan penuh kepemilikan.

Arcelia membelalakkan mata.

Dia… tidak pernah dicium sebelumnya.

Tidak tahu bagaimana caranya.

Sensasi panas langsung menjalar dari bibir ke seluruh tubuhnya. Napasnya tercekat, jari-jarinya mengepal, tapi tubuhnya tidak bisa melawan.

Ciuman Kaisar Azrael tidak lembut.

Bukan ciuman yang mencari persetujuan, bukan ciuman yang sekadar menyentuh.

Ini adalah ciuman seorang pemangsa.

Menuntut. Mengklaim.

Arcelia hampir terjatuh jika saja tangannya tidak segera bertumpu pada dada kekar Kaisar. Ia bisa merasakan otot-otot di balik pakaian sutra hitamnya, tubuh pria itu hangat dan kokoh, seakan terbentuk dari api dan baja.

Lalu, jemari besar Kaisar Azrael meremas pinggangnya.

Gemasss.

Arcelia mendesah lirih, tanpa sadar, lenguhan halus keluar dari bibirnya yang masih terkunci dalam ciuman.

Dan itu membuat Kaisar semakin buas.

Bibirnya menekan lebih dalam, mendominasi setiap inci bibir Arcelia, seakan ingin memastikan bahwa gadis itu tidak akan pernah bisa melupakan momen ini.

Arcelia kehilangan keseimbangan, tubuhnya semakin terhimpit dalam dekapan pria itu.

Dia tidak tahu harus melakukan apa.

Haruskah dia membalas?

Ataukah dia harus menarik diri?

Tapi tubuhnya menolak bergerak, seolah-olah hatinya sudah pasrah pada kenyataan ini.

Kaisar Azrael adalah miliknya.

Dan ia adalah milik Kaisar Azrael.

Sorak-sorai meledak di sekeliling mereka, menandakan akhir dari upacara suci ini.

Namun, Arcelia nyaris tidak mendengarnya.

Karena di saat itu, hanya ada satu hal yang memenuhi dunianya.

Ciuman Kaisar yang panas.

---

Arcelia tidak pernah terpikirkan bakal terjebak dalam pernikahan yang tak terduga ini.

Pernikahan yang mengikatnya dengan Kaisar Iblis.

Namun, keheningan tiba-tiba menyusup di telinganya ketika seorang wanita berpakaian sutra merah tua melangkah maju. Wajahnya tenang, matanya penuh penghormatan saat dia menundukkan kepala kepada Kaisar Azrael sebelum beralih menatap Arcelia.

Dengan suara lembut namun tegas, wanita itu berkata,

"Yang Mulia Permaisuri, dengan selesainya upacara ini, Anda kini telah menjadi bagian dari garis keturunan Kaisar Azrael. Sebagai permaisuri utama, tugas Anda adalah membawa darah baru bagi keturunan kerajaan."

Arcelia mengerjap.

Darah baru?

Wanita itu melanjutkan dengan ekspresi yang tak tergoyahkan. "Anda harus bersedia melahirkan penerus dari Kaisar Azrael dan kesembilan putranya."

Dunia Arcelia berhenti berputar.

Dia tidak salah dengar, bukan?

Kesembilan putranya?

Arcelia merasa seluruh tubuhnya membeku, bahkan lebih dingin dari saat dia terkunci di ruang bawah tanah keluarganya. Seketika, jantungnya berdetak begitu kencang hingga seolah akan meledak.

Dia menikahi Kaisar Azrael.

Tapi ternyata, bukan hanya dia.

Arcelia menatap sekelilingnya, matanya bergerak liar mencari kepastian. Di antara para bangsawan, kini ia menyadari keberadaan sembilan pria berdiri tegap, mengenakan jubah hitam dengan hiasan emas yang menunjukkan status mereka.

Mereka semua… putra Kaisar Azrael.

Mereka semua… suaminya?

Arcelia merasa sesak. Dia tidak paham bahwa apa yang dimaksud oleh wanita itu adalah simbol kesetiaan terhadap Kaisar dan semua pewarisnya.

Tangannya yang dingin tanpa sadar meremas sutra merah yang membalut tubuhnya, mencoba menemukan pegangan di tengah pusaran keterkejutan yang menyergapnya.

"Ti-Tidak mungkin…" Suaranya hampir tidak terdengar.

Namun, seolah menyadari gejolak dalam dirinya, lengannya yang masih terjebak dalam genggaman Kaisar Azrael ditarik lebih dekat.

Genggaman itu erat, posesif, seolah ingin memastikan Arcelia tidak akan pergi kemana-mana.

Napas hangat pria itu menyentuh pucuk kepalanya, dan dengan suara dalam yang bergetar bagai petir di kejauhan, Kaisar Azrael berkata,

"Kau bukan sekadar permaisuriku, Arcelia." Suara itu rendah, dalam, penuh otoritas.

Arcelia tidak berani mengangkat wajahnya, tapi dia bisa merasakan tatapan tajam Kaisar yang menusuk ke dalam jiwanya.

"Kau adalah satu-satunya permaisuri utama," lanjutnya. "Di antara sekian banyak wanita yang telah mencoba mengikat takdir dengan darah kerajaan ini, hanya kau yang dipilih oleh para leluhur. Kau adalah takdir kami, dan takdir tidak bisa dihindari."

Arcelia gemetar.

Dia ingin menyangkal.

Ingin menolak dan berteriak bahwa semua ini tidak masuk akal.

Namun, apakah ada gunanya?

Dari kecil, dia sudah hidup dalam penderitaan.

Disiksa, dikurung, dijadikan kambing hitam atas kemalangan keluarganya.

Dan sekarang, dia berada di dunia yang sama sekali berbeda—bukan lagi seorang gadis yang dipandang hina, tapi seorang permaisuri yang nasibnya terikat pada Kaisar Iblis dan kesembilan putranya.

Arcelia mencoba bernapas perlahan.

Dapatkah dia… menerima semua ini?

Dapatkah dia menjalani kehidupan baru ini, terlepas dari segala hal yang telah dia alami?

Namun sebelum pikirannya semakin dalam, sebuah tangan lain menyentuh pundaknya.

Arcelia tersentak, mendongak, dan bertemu dengan sepasang mata tajam yang berbeda dari Kaisar Azrael. Mata yang lebih muda, tapi tetap memiliki aura mengintimidasi yang sama.

Salah satu dari sembilan putra Kaisar menatapnya.

Tatapannya sulit ditebak.

Arcelia tidak tahu apakah itu ketertarikan, pengakuan, atau justru… penolakan.

Namun yang pasti, mulai saat ini, takdirnya telah berubah.

Dan tidak ada jalan untuk kembali.

---

Yang pertama muncul adalah sesosok naga hitam pekat, sisiknya berkilauan di bawah cahaya obor. Matanya keemasan, memancarkan keangkuhan dan kebuasan. Nafasnya berhembuskan kabut tipis, seakan api bergejolak dalam tubuhnya, siap melalap siapa saja yang mendekat.

Di sebelahnya, seekor serigala raksasa berbulu perak berdiri gagah. Sorot matanya tajam, penuh kewaspadaan seperti seorang pemburu ulung. Gigi-gigi tajamnya berkilat di bawah cahaya, sementara tubuhnya kokoh dengan otot-otot yang tegang, seakan siap menerkam kapan saja.

Kemudian, bayangan tinggi dengan sepasang tanduk melengkung muncul. Seorang iblis bertubuh besar dengan kulit sehitam arang dan mata merah menyala, ekspresinya datar, dingin, seakan tidak mengenal belas kasihan.

Sosok berikutnya adalah elf berkulit pucat dengan aura mistis. Rambutnya panjang, telinga runcingnya menyembul dari helaian perak. Matanya biru kehijauan, seperti hutan purba yang menyimpan ribuan rahasia.

Di sisinya, seorang pria bertubuh besar dengan kulit kehijauan berdiri dengan angkuh—seorang orc. Otot-ototnya begitu masif, tubuhnya bagaikan tembok yang tak tergoyahkan. Taring panjang mencuat dari bibirnya, memberikan kesan brutal dan tak tertandingi dalam pertempuran.

Lalu ada goblin dengan mata kuning bersinar, tubuhnya lebih kecil dibanding yang lain, namun aura yang dipancarkannya tidak kalah menakutkan. Ada sesuatu yang licik dalam caranya tersenyum, seakan ia bisa membaca setiap ketakutan yang tersembunyi di hati orang lain.

Dua sosok lainnya muncul—seorang pria berkulit gelap dengan ekor panjang dan mata reptilian, jelas merupakan darah dari kaum naga. Di sampingnya, sosok bayangan tanpa bentuk yang terus berubah, seakan tidak memiliki wujud tetap, hanya sepasang mata ungu yang bercahaya di tengah kegelapan. Vampire.

Dan yang terakhir—seekor burung raksasa dengan sayap api.

Arcelia tidak bisa bergerak.

Mereka bukan manusia. Mereka adalah monster.

Monster-monster yang hidup dalam cerita rakyat dunia lamanya, legenda menakutkan yang sering diperingatkan orang-orang agar dijauhi.

Sekarang, mereka berdiri di hadapannya.

Dan mereka… adalah suaminya?

Tubuh Arcelia bergetar tanpa bisa dikendalikan. Ini terlalu gila, terlalu mustahil.

Tapi sebelum pikirannya dapat menyusun kalimat untuk menolak, angin dingin berhembus.

Sembilan sosok itu mulai berubah.

Dari tubuh besar mereka, cahaya hitam berpendar, berputar seperti pusaran energi yang menyerap segala kehangatan di ruangan. Perlahan, wujud mereka meredup, menyusut… dan kemudian, berdiri di sana bukan lagi monster, melainkan sembilan pria dengan pesona yang bisa membuat siapa pun menahan napas.

Sosok pertama—yang tadinya naga hitam—berubah menjadi pria tinggi dengan rambut gelap dan mata keemasan. Tubuhnya kekar, posturnya sempurna, dan ada bekas sisik samar yang masih terlihat di sisi lehernya, memberikan sentuhan eksotis yang mengerikan sekaligus memikat.

Di sebelahnya, si serigala perak kini menjadi pria berambut putih dengan mata biru tajam, auranya liar namun menawan, seolah setiap gerakannya adalah perpaduan antara kebrutalan dan kelembutan.

Pria bertanduk yang tadi begitu mengintimidasi kini tampak seperti seorang bangsawan dengan wajah tajam dan ekspresi dingin. Bahkan tanpa wujud iblisnya, ada sesuatu yang membuatnya tampak lebih berbahaya daripada yang lain.

Si elf tetap terlihat anggun dengan rambut panjang dan sorot mata yang seakan bisa menembus jiwa. Sedangkan orc yang begitu besar dalam wujud aslinya kini menjadi pria dengan tubuh atletis yang memancarkan dominasi alami, dengan rahang tegas dan bekas luka samar di pelipisnya.

Goblin yang tadi tampak menyeramkan berubah menjadi pria dengan senyum miring penuh kelicikan, seakan menyimpan seribu rencana di balik matanya yang berkilau.

Sementara pria berkulit reptilian memiliki kilatan tajam di matanya, menunjukkan naluri naga yang masih melekat dalam dirinya. Sosok bayangan yang tak berbentuk kini menjadi pria berambut hitam pekat, dengan tatapan ungu yang seperti memanggil kegelapan dari dunia lain.

Dan terakhir, sang burung api kini menjadi pria dengan rambut merah keemasan dan mata menyala, kulitnya sehangat bara api, seolah dia sendiri adalah matahari yang turun ke bumi.

Mereka semua begitu rupawan.

Mereka semua begitu sempurna.

Arcelia merasa tenggorokannya kering.

Dia bisa mendengar para pelayan menahan napas di belakangnya, beberapa bahkan berbisik kagum.

Sembilan pria ini—makhluk yang baru saja berwujud monster—sekarang berdiri di hadapannya sebagai sosok yang bisa membuat gadis mana pun menyerahkan diri tanpa perlawanan.

Namun, tidak ada yang bisa menghapus fakta bahwa mereka masih monster.

Dan mereka adalah suaminya.

Arcelia berusaha keras untuk bernapas dengan normal.

Tatapan mereka menyapu dirinya, beberapa menatap dengan dingin, beberapa dengan rasa ingin tahu, dan ada juga yang tersenyum seolah menikmati keterkejutannya.

Dan di tengah mereka, Kaisar Azrael tetap berdiri di sisinya, masih dengan genggaman erat di pinggangnya.

Dia tidak berkata apa-apa, tapi ekspresinya cukup untuk mengatakan satu hal:

Selamat datang di takdir barumu, Arcelia. 

Mata Arcelia masih membulat sempurna.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Razi Maulidi
cerita yg menarik terus menarikku untuk membacanya
goodnovel comment avatar
Nindy Nilasari Putry
ceritanya menarik, bikin greget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Hilangnya Ratu

    Kaisar Azrael duduk gelisah di singgasananya yang dingin. Matanya menatap nanar ke arah pintu paviliun Ratu yang kosong. Hatinya diliputi kecemasan yang membuncah, terlebih setelah mengetahui bahwa Arcelia tak berada di tempatnya sejak pagi.“Arcelia… ke mana kau pergi?” gumamnya lirih, jari-jarinya mengepal.Ia menyesal. Menyesali ucapannya, tindakannya, bahkan napasnya pagi itu. Arcelia sudah bersikap lembut—terlalu lembut, seperti menyembunyikan sesuatu—dan kini dia menghilang.Laporan dari Lira hanya membuatnya semakin khawatir. “Yang Mulia,” ujar Lira dengan gugup, “Ratu… pergi tanpa pamit. Saya sempat melihat beliau melangkah ke luar lewat jendela menembus awan, sendirian.”Wajah Azrael menegang. “Kenapa kau tak menghentikannya?”“Saya pikir beliau hanya ingin menyendiri… seperti biasanya,” jawab Lira dengan kepala tertunduk. “Saya mohon maaf.”Azrael berdiri dari singgasana, tubuhnya dipenuhi energi yang tak tenang. “Tidak. Ini salahku. Aku membuatnya menjauh.”Tapi sebagai Kai

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Aeloria Lumira Surga Tersembunyi

    Aurelitha mengantarkan Arcelia ke sebuah tempat yang terasa seperti surga tersembunyi di balik kelopak dunia. Di sana, alam bernafas dalam harmoni—angin berembus lembut membawa aroma bunga liar, sementara suara gemericik air mengalun seperti musik dari zaman yang telah dilupakan.Di tengah hamparan padang berbunga emas, berdirilah Istana Kristal. Bangunannya memantulkan cahaya mentari yang menembus kabut, dinding-dindingnya transparan berkilauan, dan atapnya seperti dibentuk dari kelopak langit yang membeku. Saat Arcelia melangkah masuk, seluruh tubuhnya merasakan ketenangan luar biasa, seolah seluruh beban yang mengendap di hati perlahan terangkat.“Tempat ini akan membantumu membuka gerbang energi spiritual dalam tubuhmu,” bisik Aurelitha sambil tersenyum. “Di sini tak satupun makhluk merasakan lapar, mengantuk, lelah, semua yang bersifat keduniawian. Jadi, itulah tujuan Ratu di sini.”Arcelia duduk di tengah ruangan berbentuk lingkaran, lantainya dari batu kristal bening berkilau.

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Surga Terakhir Yang Terlupakan

    Arcelia tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Selama ini, dunia bawah yang ditinggalinya hanya dipenuhi warna-warna gelap—langitnya kelabu sepanjang hari, tanahnya hitam pekat seperti arang, dan istana iblis tempatnya tinggal menjulang dengan menara tajam yang menjilat awan, dibangun dari batu-batu obsidian yang dingin dan memantulkan cahaya seperti kaca. Di sana, segala yang hidup seolah harus tunduk dan diam di bawah bayang-bayang kekuasaan.Namun kini, di hadapannya, hamparan alam penuh warna terbentang bagaikan lukisan mimpi. Daun-daun memantulkan cahaya keemasan, bunga-bunga menyala lembut dalam warna pastel, dan makhluk-makhluk mungil beterbangan dengan sinar lembut yang menyertai gerak mereka. Arcelia terpukau. Detak jantungnya berdegup cepat, bukan karena takut—melainkan karena kagum.Dia memang tidak tahu jalan pulang, tapi pesona tempat ini membuatnya enggan berpaling.Tanpa ia sadari, beberapa makhluk mungil yang menghuni tempat itu mulai muncul dari balik semak dan batang

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Tersesat

    Pagi menyapa kediaman keluarga bangsawan Throne dengan sinar lembut yang menelusup di sela tirai. Lyrienne perlahan membuka mata, dan begitu kesadarannya pulih, ia tersentak—jubah sang Kaisar masih tergantung di kursi dekat ranjangnya.Dengan langkah pelan, ia mendekat. Diambilnya jubah hitam bersulam emas itu, dan tanpa sadar ia menekankannya ke wajah, menghirup dalam-dalam aroma yang masih tertinggal di sana. Wangi khas Azrael.Air mata jatuh, membasahi pipinya yang pucat.Sebesar itukah cinta Kaisar pada Ratu, sampai aku pun tak layak disentuh? bisiknya dalam hati.Dulu, ia tak pernah berharap lebih. Ia tahu posisi dirinya. Tahu Kaisar tak akan berpaling dari Ratu Arcelia. Tapi siapa yang mampu menahan pesona Azrael? Ia pun awalnya tidak berniat jatuh cinta. Namun perasaan itu hadir begitu saja—tumbuh diam-diam dan kini menyiksa.“Kaisar…” isaknya lirih, menciumi jubah itu dengan penuh rindu, “katakan… apa yang harus aku lakukan sekarang?”Ia memejamkan mata sejenak, membayangkan m

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Jubah Yang Tertinggal

    Kaisar Azrael melangkah keluar dari rumah Lyrienne, menyusuri kegelapan malam dengan satu tujuan: segera menuntaskan rindunya pada sang Ratu. Namun, langkahnya terhenti. Ia menoleh kembali… dan dalam diam, ia menyaksikan Lyrienne duduk bersandar di balik jendela, menangis dalam kesepian yang menyesakkan. Air mata perempuan itu jatuh tanpa suara, hanya menyisakan luka yang tak diungkapkan.Azrael tahu—meskipun tidak ada cinta untuk Lyrienne di hatinya, ia bisa saja menyentuhnya. Lelaki tidak selalu butuh cinta untuk melakukan itu, bukan? Terlebih, Lyrienne adalah perempuan cantik, lembut, dan berbudi luhur. Ia telah banyak berjasa bagi negeri Iblis. Hanya saja… dibandingkan dengan Arcelia, daya tarik Lyrienne tak mampu membakar hasrat terdalam Azrael.Ia seharusnya tak perlu merasa bersalah. Namun cinta kepada Arcelia justru menjadi batas, menjadi pagar yang mengekang tindakannya. Bukan karena takut—melainkan karena kesetiaannya yang sudah menjadi bagian dari jiwanya.Namun, bukankah i

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Terjebak Berdua Di Kamar

    Kecanggungan menggantung di udara. Lyrienne bukanlah perempuan frigid yang kebal terhadap pesona lelaki tampan—terlebih sosok mematikan yang kini duduk tak jauh darinya. Alih-alih tidur, ia justru sibuk menenangkan debaran jantungnya yang tak kunjung stabil.Begitu pula dengan Azrael. Ia adalah iblis perkasa, makhluk agung yang telah berkali-kali menaklukkan lawan jenis di ranjang. Tapi malam ini... ia harus berbagi kamar dengan seorang wanita cantik dan menggoda—tanpa boleh melakukan apa-apa.Mereka memang pernah melewati malam berdua di istana, namun saat itu pelayan dan penjaga berdiri di balik pintu paviliun, menjaga batas. Kini? Mereka berdua di rumah manusia fana, dalam keheningan, tanpa batasan nyata. Hasrat untuk mendekat, menyentuh, mencicipi kehangatan... menguat. Terlebih, rindu Azrael pada Arcelia semakin membara, dan kehadiran Lyrienne seakan menjadi celah yang menggoda untuk meluapkannya."Bagaimana ini?" tanya Lyrienne pelan, suaranya hampir seperti bisikan.Azrael meno

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status