Beranda / Rumah Tangga / Dinikahi Lelaki Kaya / Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Share

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Penulis: Chokolate_21
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-20 14:33:47

Mila terlihat sedang berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri koridor kampus yang sempat menjadi tempatnya menimba ilmu selama beberapa tahun. Mila datang ke kampus karena ada keperluan yang harus segera ia selesaikan. Namun, siapa sangka kedatangan Mila ke kampus malah bertemu dengan seorang laki-laki yang dulunya pernah menjadi ketua kelompok tugas kuliahnya.

“Eh, kamu Mila ‘kan?” lelaki yang mempunyai paras tampan, putih, dan mempunyai lesung pipit itu menyapa Mila dengan ramah. Senyum yang terpancar selalu saja membuat hati para kaum hawa meleleh di saat itu juga.

Mila menatap laki-laki di depannya dengan wajah bingung. Gadis itu mencoba untuk mengingat siapa sosok yang sedang berdiri di depannya.

“Ya ampun, kamu Kevin ‘kan? Yang dulu pernah jadi ketua kelompok tugas kampus.”

Lelaki bernama Kevin itu pun menganggukkan kepalanya. “Iya. Syukur lah kalau kamu masih ingat sama aku.”

“Masya Allah, kita bisa bertemu lagi setelah beberapa tahun tidak berjumpa,” kata Mila.

***

Pertemuan singkat di koridor kampus membuat Kevin dan Mila memutuskan untuk berbincang lebih lama di salah satu kafe yang ada di sekitaran kampus.

“Selamat loh kamu sudah lulus,” kata Kevin, mengawali percakapan.

“Terima kasih. Selamat juga buat kamu yang sudah lulus.”

Terjadi keheningan beberapa saat di antara ke duanya. Sebenarnya ada hal yang ingin Kevin tanyakan, tapi lelaki itu canggung untuk bertanya.

“Emm, Mil, aku mau tanya sesuatu, boleh?”

“Boleh, mau tanya soal apa?”

“Sebelumnya aku minta maaf, karena aku hanya ingin memastikan, takutnya kesalahpahaman ini malah semakin runyam. Apa benar kamu sudah menikah dan pernikahan itu terjadi karena kamu digerebek masa berduaan dengan lelaki di sebuah ruko kosong?”

Mila terdiam kaku di tempatnya saat mendapatkan pertanyaan dari Kevin. Sudah Mila duga kabar buruk itu langsung menyebar ke seluruh kampus bahkan mungkin ada saja orang yang melebih-lebihkan cerita dari kejadian yang sesungguhnya.

“Iya, aku memang sudah menikah dan karena masalah penggerebekan itu juga aku dinikahkan dengan lelaki yang tidak aku kenal. Tapi, cerita yang sesungguhnya tidak seburuk yang kamu dengar, sama sekali aku tidak melakukan zina dengan lelaki itu bahkan sampai detik ini aku masih berstatus gadis. Kejadian kemarin hanya kesalahpahaman, tapi malah berujung aku menikah dengan lelaki asing,” jelas Mila, di akhir ceritanya Mila menghela napas kasar mencoba untuk berdamai dengan keadaan.

“Sabar Mila, semua ini ujian. Allah sedang merencanakan sesuatu yang membahagiakan di depan sana,” kata Kevin, mencoba memberi semangat Mila agar mentalnya tidak jatuh.

“Oh, jadi ini yang katanya pergi ke kampus karena ada urusan, tapi malah duduk berdua dengan lelaki lain di sini?”

Mila menoleh ke belakang saat telinganya mendengar suara orang yang ia kenal. Benar saja Waldi sedang berada di sana menatapnya penuh amarah. Lelaki itu memang terlihat tersenyum, tapi senyum yang terpancar terlihat sangat beda.

“Bagus Mila,” ujar Waldi, diiringi tepuk tangan dengan sorot mata yang masih tertuju pada Mila.

“Ngapain kamu ke sini?” tanya Mila, terkejut dengan kedatangan Waldi.

“Kenapa? Kaget ya lihat aku datang ke sini?” tanya Waldi.

“Di rumah aku khawatir sama keadaan kamu dan kamu malah enak-enakan duduk berdua sama laki-laki itu?” Waldi menggelengkan kepalanya tidak percaya ternyata Mila sama saja seperti gadis di luar sana. Waldi mengira ia bertemu dengan gadis yang tepat.

Mila membereskan barang-barangnya kemudian berdiri menghampiri Waldi. Membawa lelaki itu pergi karena tidak enak hati jika berdebat di depan Kevin.

“Kamu ini apa-apaan sih, kenapa nggak kabarin aku dulu kalau kamu mau datang ke sini?” tanya Mila, setelah membawa Waldi ke tempat yang lebih sepi.

“Kenapa?” Waldi bertanya diiringi kekehan mengejek.

“Ingat perjanjian kita sebelum menikah tidak boleh mencampuri urusan masing-masing,” kata Mila, lalu gadis itu pergi meninggalkan Waldi sendiri di sana.

“Kamu benar Mila, tapi hati ini tidak bisa,” gumam Waldi, lirih sambil menatap punggung Mila yang semakin menjauh.

***

Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam, tapi tidak ada tanda-tanda jika Waldi kembali, sementara Mila duduk di atas kasur dalam keadaan gelisah karena sejak tadi Waldi tidak bisa dihubungi.

“Sebenarnya pergi ke mana sih dia? Ponselnya juga tidak aktif.” Mila bergumam lirih sambil terus melihat ponselnya yang menyala berharap Waldi akan balik meneleponnya, tapi nyatanya tidak.

“Assalamualaikum.”

Mila langsung berlari keluar dari kamarnya ketika mendengar suara orang mengucapkan salam dari luar dan benar saja suara itu milik Waldi yang baru saja masuk rumah.

“Waalaikumsalam. Dari mana saja? Kenapa aku telepon tidak diangkat?”

Baru saja Waldi membuka sepatunya sudah dihujani pertanyaan oleh Mila. Lelaki itu hanya menatap Mila sekilas, tanpa menjawab pertanyaan istrinya ia pun pergi ke dapur untuk mencari air dingin.

“Bukankah kita tidak boleh mencampuri urusan masing-masing?” kemudian Waldi masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Mendengar ucapan Waldi membuat Mila membeku di tempatnya berdiri. Ada perasaan sakit ketika perhatiannya hanya dianggap sebelah mata saja oleh lelaki itu. Apakah siang tadi Waldi juga merasakan hal yang sama? itulah pertanyaan yang muncul di dalam pikiran Mila. Sambil menunggu Waldi selesai mandi, Mila memutuskan untuk masuk ke kamar.

Dua puluh menit kemudian, Waldi masuk ke kamar dalam keadaan handuk yang melilit di pinggang. Melihat kondisi Waldi membuat Mila langsung menutup wajah menggunakan ke dua tangannya.

“Kenapa tidak sekalian pakai baju di kamar mandi sih?” omel Mila, masih menutup wajahnya.

“Lupa,” jawab Waldi, singkat. Lelaki itu berjalan mendekati lemari, mengambil pakaiannya kemudian keluar lagi dari kamar.

Di malam itu Waldi dan Mila tidak tidur di ranjang yang sama melainkan Waldi mengalah tidur di luar ditemani para nyamuk yang siap menyantap darahnya.

***

Keesokan paginya, Mila sudah bangun dari tidurnya bersiap pergi ke tukang sayur karena di dalam kulkas tidak ada sayuran yang bisa diolah untuk sarapan pagi ini. Namun, pada saat Mila membuka pintu, Mila melihat ada seorang perempuan dengan pakaian yang sangat sexy sedang berdiri tepat di depan pintu kos-kosan.

“Maaf, sedang mencari siapa ya?” tanya Mila, dengan sangat ramahnya gadis itu tersenyum kearah perempuan yang sedang menatap Mila sinis.

Perempuan itu mengulurkan tangannya. “Kenalin gue Zoya, calon istrinya Waldi yang sudah mendapat restu dari orang tua Waldi.”

Mila pun membalas uluran tangan itu disertai perasaan tidak menentu yang muncul di dalam hatinya. “Oh, jadi kamu orangnya.”

“Sudah sampai ternyata, langsung pergi saja mumpung mataharinya belum terlalu panas.”

Suara dari belakang membuat Mila menoleh, ternyata Waldi sudah berpakaian rapi dan wangi. Mau kemana lelaki itu? Pertanyaan itu yang terlintas di pikiran Mila.

“Kamu mau kemana?” tanya Mila.

“Bukan urusan kamu,” jawab Waldi, sambil memakai sepatunya.

“Aku pergi dulu, kamu baik-baik di rumah,” ujar Waldi yang sudah selesai memakai sepatinya.

“Oke. Hati-hati di jalan,” kata Mila. Sampai detik ini Mila masih tidak tahu mengapa hatinya merasa sakit ketika melihat Waldi dan Zoya pergi berdua. Ditambah lagi Waldi tidak mengatakannya sejak awal.

Mila masih diam di tempatnya sampai Waldi dan Zoya benar-benar tidak terlihat oleh matanya.

Mila menghela napasnya kasar. “Ah, sudahlah, lebih baik aku pergi ke tukang sayur."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 85

    “Kevin, lo kebiasaan banget sih taro handuk sembarangan kaya gini.” Pagi-pagi sekali rumah yang biasa sepi sekarang selalu dihiasi oleh teriakan melengking Zoya dengan permasalahan yang sama. setelah mandi Kevin kebiasaan menaruh handuk selalu di atas kasur sehingga membuat kasurnya basah.“Kenapa sih, sayang? Masih pagi ini marah-marah terus,” kata Kevin, berjalan sampai menghampiri Zoya seperti tidak ada dosa lelaki itu.“Udah berkali-kali aku bilang, handuk jangan taruh di kasur, nanti basah jadi jamuran.” Zoya berjalan ke kamar mandi untuk menaruh handuk itu pada tempatnya.“Marah-marah nih, nanti makin cantik gimana? Jangan-jangan kamu udah mau PMS ya, makanya moodnya naik turun gini?” Kevin menarik Zoya untuk duduk di pangkuannya. Masih dengan wajah yang ditekuk Zoya tidak mau menatap lelaki di depannya.“Wajahnya kok masih cemberut gitu sih, sayang?” Kevin mencoba membujuk Zoya supaya mau menatapnya, tapi hasilnya tetap gagal karena Zoya masih marah sama Kevin.“Lagian, harus b

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 84

    Sebeluma akhirnya Mila memutuskan untuk menemui Waldi, ada banyak pertimbanga yang harus ia pikirkan. Setelah shalat dan berdoa meminta petunjuk kepada Allah, entah mengapa pikiran Mila langsung tertuju pada Waldi.“Aku ingin di posisi ini lebih lama sebelum kita ada di sidang perceraian besok,” kata Waldi, saat berada di dalam dekapan Mila yang selama ini ia rindukan. Waldi menangis di sana, ia tidak bisa menahan air matanya mengingat kebodohannya sampai membuat calon anak mereka tiada.Mila hanya diam. Tangan kanannya yang lembut dan mungil it uterus mengusap punggung suaminya yang lebar. Lagi-lagi Mila ingat besok adalah hari perceraian mereka. Keputusan terakhir sebelum berpisah secara agama dan negara.“Maafkan aku,” kata Waldi, lelaki itu tetap terus meminta maaf kepada Mila atas kesalahannya kemarin. Waldi sadar kesalahannya itu tidak bisa dimaafkan, tapi ia masih tetap berharap ada ruang kesempatan untuk dirinya memperbaiki semuanya.Mendengar kata maaf yang keluar dari mulut

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 83

    Satu bulan telah berlalu, kondisi Mila yang semakin membaik setiap harinya membuat Yalina dan Adra senang dengan perkembangan itu. Sejak pulang dari rumah sakit, Mila sudah kembali tinggal bersama orang tuanya, sementara Waldi tinggal di rumah sendiri. Selama satu bulan itu Mila tidak tahu bagaimana kondisi Waldi dan tidak mau tahu juga. Rasa sakitnya masih terasa mendalam sampai saat ini.“Mila, besok adalah putusan sidang perceraian kalian. Apakah kamu yakin dengan keputusan ini?” tanya Adra kepada sang putri untuk mendapatkan jawaban sekali lagi yang lebih meyakinkan. Mila tetap memutuskan untuk berpisah dengan Waldi, karena ia merasa sudah tidak ada yang bisa diperbaiki lagi.“Mila yakin, Abi. Mila tahu, perceraian tidak diajarkan dalam agama kita, tapi jika terus dipaksa bersama maka Mila yang terus mendapatkan dosa,” jelas Mila. Keputusan yang tidak bisa diganggu gugat lagi.“Apakah kamu tahu bagaimana kondisi Waldi selama satu bulan terakhir ini?” tanya Adra lagi.Mila menggele

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 82

    Pagi-pagi sekali ke dua orang tua Kevin berkunjung ke rumah, sebenarnya mereka berdua ingin berangkat ke kantor karena arah yang sama jadi mampir lebih dulu ke rumah anak mereka.“Wah, wah, ada apa gerangan ini kok pagi-pagi udah keramas aja, barengan lagi,” celetuk Heros pada saat melihat Zoya dan Kevin rambutnya sama-sama basah.Mendengar ucapan papa mertuanya membuat ke dua pipi Zoya merah merona karena malu.“Papa ini seperti tidak pernah merasakan jadi pengantin baru saja,” kata Anya, sambil menyenggol pelan siku sang suami.“Sepertinya sebentar lagi kita akan menimang cucu, Mah,” kata Heros, penuh semangat.“Apa sih, Pah,” ujar Kevin, meminta ke dua orang tuanya untuk berhenti menggodanya.Kevin tidak tahan melihat ke dua pipi Zoya yang sudah merah, ingin rasanya Kevin menangkup ke dua pipi itu menggunakan tangan besarnya lalu memberi sedikit cubitan. Namun, sayangnya ke dua orang tua mereka masih ada di sana.“Mama sama Papa tumben main ke sini nggak bilang-bilang dulu?” tanya

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 81

    Malam ini untuk pertama kalinya Zoya dan Kevin menempati kamar utama yang sudah sejak lama Kevin siapkan untuk istrinya nanti. Kamar yang menjadi saksi pergulatan panas mereka tadi siang yang akhirnya membawa ke duanya pada hubungan rumah tangga yang semakin erat.“Vin, lampunya nggak akan lo matiin, ‘kan?” tanya Zoya wajahnya penuh rasa takut terakhir kali lampu kamar dimatikan saat tidur, paginya Zoya demam sampai di bawa ke rumah sakit.“Kalau pakai lampu tidur aja gimana?” tanya Kevin.Zoya nampak berpikir lalu pada akhirnya mengangguk. “Boleh. Tapi lo tidurnya jangan jauh-jauh dari gue ya, gue takut gelap.”Kevin terkekeh pelan. “Dengan senang hati aku akan memberikan pelukan hangat, sayang.”“Ih, aku kamu? Kok gue geli ya dengerinya,” kata Zoya wajahnya terlihat tidak nyaman dengan panggilan baru itu. Wajar saja Zoya belum terbiasa, karena memang keseharian mereka hanya memanggil lo dan gue.“Loh, kenapa harus geli? Kita kan sudah suami istri, emang kamu nggak mau kehidupan rum

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 80

    Keluarga Waldi dan Mila sudah sampai di rumah sakit, ketika diberi tahu Mila mengalami kecelakaan tentunya mereka syok berat bahkan Yalina sempat tidak sadarkan diri di rumah. “Kamu keterlaluan, Waldi!” Jeff murka setelah Waldi menjelaskan semuanya. Menurut Jeff, apa yang dilakukan Waldi memang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia.Jeff memutuskan untuk duduk supaya emosinya reda dari pada ia menjadi pusat perhatian karena membuat keributan di rumah sakit.“Setelah anakku keluar dari rumah sakit, ceraikan dia!” perintah Adra. Lelaki itu juga naik pitam karena cinta putri semata wayangnya dikhianati oleh Waldi. Waldi yang sebelumnya sudah mendapatkan restu dari keluarga, tapi dengan mudahnya mengkhianati begitu saja.“Abi, Waldi mohon beri satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Semua yang kalian dengar tidak seperti yang kalian kira,” kata Waldi, lelaki itu mencoba untuk meluruskan masalah, tapi semuanya sudah terlanjur berantakan.“Apa lagi yang mau kamu perbaiki, Wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status