Share

Egois

Penulis: Chokolate_21
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-20 14:34:13

Mila merasa sifat Waldi berubah sejak perdebatan kemarin sekarang Mila menjadi merasa bersalah, namun ia sangat gengsi untuk meminta maaf yang terjadi di dalam rumah itu hanyalah dua orang yang saling diam.

“Mila, aku ingin membicarakan sesuatu hal yang penting sama kamu.” Setelah lama diam akhirnya Waldi membuka suara.

Mila yang sedang sibuk dengan ponselnya pun menatap Waldi yang sedang duduk tidak jauh dari tempat Mila duduk. Wanita itu meletakkan ponselnya untuk mendengarkan Waldi berbicara.

“Besok kita harus pindah dari sini,” kata Waldi, masih dengan raut wajah yang sama datarnya.

“Pidah? Tapi kenapa secepat ini?” Mila sangat terkejut dengan keputusan Waldi yang meminta pindah secara mendadak seperti ini padahal baru kemarin Mila menempati kos-kosan tersebut. Meskipun kecil, tapi Mila nyaman tinggal di sana.

“Iya, karena dua minggu lagi aku akan menikah dengan Zoya,” ujar Waldi, tidak ada raut wajah lebih yang terlihat hanyalah raut wajah datar.

“Apa?” dua kali Mila dibuat terkejut oleh lelaki itu. Mengapa mendadak seperti ini? Mila benar-benar tidak tahu dengan jalan pikiran lelaki yang sedang duduk bersamanya saat ini. Menikahinya dan menikah dengan gadis pilihan mamanya tanpa mau melepaskan salah satunya, lelaki itu sangat egois.

“Aku minta maaf karena ini sangat tidak mungkin aku tolak. Mama sakit dan meminta agar aku menikah dengan Zoya.” Kali ini ada perubahan di wajah lelaki itu, ada sedikit gurat kesedihan di sana, tapi tidak membuat Mila luluh.

“Aku tidak mau dimadu, jika kamu tetap pada keputusan orang tua kamu, maka tolong lepaskan aku.” Mila tidak tahu rasa apa yang sedang ia alami saat ini, Mila hanya merasakan sesak di dalam sana. Seumur hidupnya Mila tidak pernah mempunyai mimpi dimadu oleh suaminya.

“Aku tidak bisa melepasmu dan aku juga tidak bisa menolak permintaan Mamaku, Mila. Aku mohon mengertilah, aku sedang bingung sekarang.” Waldi mengusap wajahnya frustasi, lelaki itu benar-benar bingung karena tidak bisa memilih.

“Kamu adalah laki-laki egois yang hanya ingin menangnya sendiri!” ke dua mata Mila sudah merah sebentar lagi akan ada cairan bening yang keluar, tapi gadis itu mencoba menahannya agar tetap terlihat tegar di depan Waldi.

“Aku minta maaf Mila, caci aku sepuasnya agar kamu lega dan memaafkan aku.”

“Sampai kapan pun aku tidak akan memaafkan kamu. Pertemuan kita sudah salah, tapi sekarang kamu malah memasukkanku ke dalam masalahmu yang aku sendiri tidak tahu bagaimana awal ceritanya.” Misya membaringkan tubuhnya membelakangi Waldi. Wanita itu kecewa dengan keputusan yang Waldi ambil.

Sudah Waldi duga reaksi Mila akan seperti ini, lelaki itu hanya bisa menghela napasnya kasar membuang rasa sesak yang sejak tadi bersemayam di dalam dirinya. Kali ini Waldi tidak bisa menolak, lelaki itu benar-benar terjebak dalam situasi yang cukup rumit.

***

Keesokan harinya, seperti yang dikatakan Waldi pada malam itu kini mereka berdua sudah pindah rumah. Sampai detik ini antara Waldi dan Mila tidak ada percakapan, ke duanya masih sama-sama diam.

Rumah yang akan menjadi tempat singgah Mila memang lebih besar dari rumah sebelumnya, tapi Mila merasa hidupnya akan semakin sengsara ketika berada di dalamnya. Apa artinya hidup dikelilingi dengan harta, tapi tidak membuat hati tenang?

“Ayo masuk,” kata Waldi, lelaki itu melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka.

Waldi memang sengaja memilih rumah sendiri dan sang mama pun menyetujui asalkan Waldi mau menikah dengan Zoya secepat mungkin.

“Di sini ada beberapa kamar ….”

“Aku ingin memilih kamarku sendiri.” Mila memotong ucapan Waldi cepat.

Waldi menganggukkan kepalanya setuju. “Baiklah, kamu bebas memilih kamar yang ada di mana saja.”’

Waldi menghela napas kasar, berpisah ranjang bukan lah keinginan Waldi, ia mau dirinya dan Mila tetap berada di dalam kamar yang sama, tapi Mila malah memilih kamar yang berbeda. Mila masih kecewa dengan Waldi dan belum bisa menerima keadaan sekarang.

“Aku mau langsung ke rumah sakit, tidak apa kan kalau aku tinggal dulu?” Waldi bertanya dengan mata terus menatap Mila.

“Tidak apa, pergi lah.” Mila menjawabnya tanpa menatap sang suami yang sejak tadi menatapnya.

“Kamu tidak ingin ikut?” Waldi berharap Mila ikut bersamanya ke rumah sakit untuk menjenguk sang mama.

“Tidak.”

Mendengar jawaban singkat Mila membuat Waldi paham, wanita itu sedang tidak ingin diganggu. Waldi pun bergegas berangkat ke rumah sakit untuk menjenguk sang mama yang sejak tadi menghubunginya meminta Waldi untuk ke rumah sakit.

***

Sesampainya di rumah sakit Waldi langsung disambut penuh bahagia oleh Zoya. Ternyata yang sejak tadi menunggu adalah Zoya bukan Irana, tipu daya wanita itu memang sangat hebat.

“Dari mana saja sih kamu? Dari tadi Zoya sudah menunggu,” kata Irana, ketika sang putra datang langsung melayangkan pertanyaan.

“Ada perlu sebentar tadi Ma,” jawab Waldi wajahnya terlihat malas.

“Waldi, aku sudah menyiapkan baju untuk pernikahan kita dan kamu juga tidak perlu khawatir mulai dari gedung sampai souvenir sudah aku persiapkan.” Zoya sangat antusias menceritakan persiapan pernikahan mereka berdua, tapi tidak dengan Waldi yang sebenarnya muak dengan Zoya dan situasi yang sedang terjadi sekarang. Akibat keputusan sebelah pihak dari sang mama membuat hubungan Waldi dan Mila menjadi semakin jauh.

“Diamlah Zoya! Kepalaku semakin bertambah pusing mendengar suaramu.” Waldi berbicara dengan tegas meminta agar Zoya diam dan tidak membahas masalah pernikahan. Sampai detik ini Waldi masih mencari cara agar pernikahannya dengan Zoya batal, tapi sayangnya kali ini Waldi tidak menemukan cara karena sang mama sedang sakit.

Zoya langsung mengerucutkan bibirnya, padahal tadi ia sangat bahagia menunggu kedatangan Waldi berharap lelaki itu juga akan bahagia mendengar kabar yang disampaikan terkait persiapan pernikahan mereka.

“Waldi, kamu tidak boleh bersikap seperti itu sama Zoya, dia kan calon istri kamu.” Irana mencoba menasehati sang putra jangan terlalu keras dengan Zoya karena Irana tahu betul bagaimana calon menantunya itu.

Waldi hanya diam, dia sangat malas berada di satu ruangan bersama Zoya, tapi untung saja sang papa yang bernama Jeff datang.

“Ada apa sih ribut-ribut? Ini kan di rumah sakit tidak enak didengar sama yang lain,” kata Jeff, keributan yang terjadi di dalam ruang rawat istrinya itu terdengar sampai luar.

“Ini loh Pa, Waldi nadanya ketus banget sama Zoya.” Irana mengadu kepada sang suami mengenai perilaku Waldi kepada Zoya.

Jeff hanya menghela napas pelan, entah sampai kapan keluarganya terasa dingin seperti ini. Padahal dulu keluarganya terlihat ceria dan harmonis.

“Mungkin Waldi sedang kelelahan Ma,” kata Jeff, lelaki itu mencoba untuk membuat situasi tenang agar tidak ada keributan yang terjadi.

“Waldi ayo ikut Papa, ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 85

    “Kevin, lo kebiasaan banget sih taro handuk sembarangan kaya gini.” Pagi-pagi sekali rumah yang biasa sepi sekarang selalu dihiasi oleh teriakan melengking Zoya dengan permasalahan yang sama. setelah mandi Kevin kebiasaan menaruh handuk selalu di atas kasur sehingga membuat kasurnya basah.“Kenapa sih, sayang? Masih pagi ini marah-marah terus,” kata Kevin, berjalan sampai menghampiri Zoya seperti tidak ada dosa lelaki itu.“Udah berkali-kali aku bilang, handuk jangan taruh di kasur, nanti basah jadi jamuran.” Zoya berjalan ke kamar mandi untuk menaruh handuk itu pada tempatnya.“Marah-marah nih, nanti makin cantik gimana? Jangan-jangan kamu udah mau PMS ya, makanya moodnya naik turun gini?” Kevin menarik Zoya untuk duduk di pangkuannya. Masih dengan wajah yang ditekuk Zoya tidak mau menatap lelaki di depannya.“Wajahnya kok masih cemberut gitu sih, sayang?” Kevin mencoba membujuk Zoya supaya mau menatapnya, tapi hasilnya tetap gagal karena Zoya masih marah sama Kevin.“Lagian, harus b

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 84

    Sebeluma akhirnya Mila memutuskan untuk menemui Waldi, ada banyak pertimbanga yang harus ia pikirkan. Setelah shalat dan berdoa meminta petunjuk kepada Allah, entah mengapa pikiran Mila langsung tertuju pada Waldi.“Aku ingin di posisi ini lebih lama sebelum kita ada di sidang perceraian besok,” kata Waldi, saat berada di dalam dekapan Mila yang selama ini ia rindukan. Waldi menangis di sana, ia tidak bisa menahan air matanya mengingat kebodohannya sampai membuat calon anak mereka tiada.Mila hanya diam. Tangan kanannya yang lembut dan mungil it uterus mengusap punggung suaminya yang lebar. Lagi-lagi Mila ingat besok adalah hari perceraian mereka. Keputusan terakhir sebelum berpisah secara agama dan negara.“Maafkan aku,” kata Waldi, lelaki itu tetap terus meminta maaf kepada Mila atas kesalahannya kemarin. Waldi sadar kesalahannya itu tidak bisa dimaafkan, tapi ia masih tetap berharap ada ruang kesempatan untuk dirinya memperbaiki semuanya.Mendengar kata maaf yang keluar dari mulut

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 83

    Satu bulan telah berlalu, kondisi Mila yang semakin membaik setiap harinya membuat Yalina dan Adra senang dengan perkembangan itu. Sejak pulang dari rumah sakit, Mila sudah kembali tinggal bersama orang tuanya, sementara Waldi tinggal di rumah sendiri. Selama satu bulan itu Mila tidak tahu bagaimana kondisi Waldi dan tidak mau tahu juga. Rasa sakitnya masih terasa mendalam sampai saat ini.“Mila, besok adalah putusan sidang perceraian kalian. Apakah kamu yakin dengan keputusan ini?” tanya Adra kepada sang putri untuk mendapatkan jawaban sekali lagi yang lebih meyakinkan. Mila tetap memutuskan untuk berpisah dengan Waldi, karena ia merasa sudah tidak ada yang bisa diperbaiki lagi.“Mila yakin, Abi. Mila tahu, perceraian tidak diajarkan dalam agama kita, tapi jika terus dipaksa bersama maka Mila yang terus mendapatkan dosa,” jelas Mila. Keputusan yang tidak bisa diganggu gugat lagi.“Apakah kamu tahu bagaimana kondisi Waldi selama satu bulan terakhir ini?” tanya Adra lagi.Mila menggele

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 82

    Pagi-pagi sekali ke dua orang tua Kevin berkunjung ke rumah, sebenarnya mereka berdua ingin berangkat ke kantor karena arah yang sama jadi mampir lebih dulu ke rumah anak mereka.“Wah, wah, ada apa gerangan ini kok pagi-pagi udah keramas aja, barengan lagi,” celetuk Heros pada saat melihat Zoya dan Kevin rambutnya sama-sama basah.Mendengar ucapan papa mertuanya membuat ke dua pipi Zoya merah merona karena malu.“Papa ini seperti tidak pernah merasakan jadi pengantin baru saja,” kata Anya, sambil menyenggol pelan siku sang suami.“Sepertinya sebentar lagi kita akan menimang cucu, Mah,” kata Heros, penuh semangat.“Apa sih, Pah,” ujar Kevin, meminta ke dua orang tuanya untuk berhenti menggodanya.Kevin tidak tahan melihat ke dua pipi Zoya yang sudah merah, ingin rasanya Kevin menangkup ke dua pipi itu menggunakan tangan besarnya lalu memberi sedikit cubitan. Namun, sayangnya ke dua orang tua mereka masih ada di sana.“Mama sama Papa tumben main ke sini nggak bilang-bilang dulu?” tanya

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 81

    Malam ini untuk pertama kalinya Zoya dan Kevin menempati kamar utama yang sudah sejak lama Kevin siapkan untuk istrinya nanti. Kamar yang menjadi saksi pergulatan panas mereka tadi siang yang akhirnya membawa ke duanya pada hubungan rumah tangga yang semakin erat.“Vin, lampunya nggak akan lo matiin, ‘kan?” tanya Zoya wajahnya penuh rasa takut terakhir kali lampu kamar dimatikan saat tidur, paginya Zoya demam sampai di bawa ke rumah sakit.“Kalau pakai lampu tidur aja gimana?” tanya Kevin.Zoya nampak berpikir lalu pada akhirnya mengangguk. “Boleh. Tapi lo tidurnya jangan jauh-jauh dari gue ya, gue takut gelap.”Kevin terkekeh pelan. “Dengan senang hati aku akan memberikan pelukan hangat, sayang.”“Ih, aku kamu? Kok gue geli ya dengerinya,” kata Zoya wajahnya terlihat tidak nyaman dengan panggilan baru itu. Wajar saja Zoya belum terbiasa, karena memang keseharian mereka hanya memanggil lo dan gue.“Loh, kenapa harus geli? Kita kan sudah suami istri, emang kamu nggak mau kehidupan rum

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 80

    Keluarga Waldi dan Mila sudah sampai di rumah sakit, ketika diberi tahu Mila mengalami kecelakaan tentunya mereka syok berat bahkan Yalina sempat tidak sadarkan diri di rumah. “Kamu keterlaluan, Waldi!” Jeff murka setelah Waldi menjelaskan semuanya. Menurut Jeff, apa yang dilakukan Waldi memang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia.Jeff memutuskan untuk duduk supaya emosinya reda dari pada ia menjadi pusat perhatian karena membuat keributan di rumah sakit.“Setelah anakku keluar dari rumah sakit, ceraikan dia!” perintah Adra. Lelaki itu juga naik pitam karena cinta putri semata wayangnya dikhianati oleh Waldi. Waldi yang sebelumnya sudah mendapatkan restu dari keluarga, tapi dengan mudahnya mengkhianati begitu saja.“Abi, Waldi mohon beri satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Semua yang kalian dengar tidak seperti yang kalian kira,” kata Waldi, lelaki itu mencoba untuk meluruskan masalah, tapi semuanya sudah terlanjur berantakan.“Apa lagi yang mau kamu perbaiki, Wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status