"Kamu nggak ngerti, kamu nggak ingat sama aku yang pernah ngejar-ngejar kamu saat SMA." Atisha menatap suaminya dengan serius, ia sama sekali tak tahu maksud suaminya."Kamu mah, dulu hanya melihat Jerome. Mengabaikan cowok lain yang sedang berusaha dekat sama kamu, padahal aku baru tahu suka dan cinta sama cewek itu apa, kompleks banget karena langsung mengecap sakitnya patah hati..." Rayyan berucap sambil menyentuh pelipisnya, tampak menerawang. Ternyata pengalaman buruk itu masih membuat hatinya meradang kala mengingatnya."Aku cowok yang pernah berkompetisi dengan kamu di salah-satu olimpiade mewakili SMA Gantara. Kamu ingat nggak? Cowok yang selalu berusaha ngedeketin kamu, nungguin kamu setiap pulang sekolah bahkan nekat nerobos masuk di sekolah kamu demi bisa kenal dekat dengan kamu, tapi selalu di cuekin dan kamu anggap nggak kasat mata. Terakhir di taman depan perpustakaan umum, waktu itu aku coba deketin kamu lagi dan jujur tentang perasaan aku, tapi malah nggak digubris pad
Saat membuka mata dan mengerjap, Atisha mendapati suaminya tersenyum lembut padanya. Pria itu menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah istrinya. "Mas." Atisha menatap lekat suaminya, kembali mengingat percakapan mereka sebelum ia jatuh tertidur. Ia Lalu menghembuskan napas dan memeluk sang suami mencari posisi nyaman. "Kok udah bangun sih, padahal tidur baru tiga puluh menit." Rayyan mengangkat tangannya yang bebas dan melirik jam tangannya. "Nggak nyaman yah tidurnya? Pindah di kasur aja yuk." Ajak Rayyan, Atisha hanya menggeleng."Udah jam berapa?" "Jam lima lewat." Rayyan mendekap hangat istrinya, pipinya menempel di kepala istrinya. Pria itu memejamkan mata sambil tersenyum tak dapat membendung keharuannya dengan kemajuan pesat dalam hubungan mereka setelah sekian lama. Mengungkapkan hal yang selama ini mereka pendam bertahun-tahun memang tidak mudah, bagai mengangkat bongkahan batu yang telah lama tertimbun. Namun sepadan dengan kelegaan yang kini mereka hirup ber
“Raf, hari ini jadwal kamu kosong tidak?” tanya perempuan paruh baya pada sang putra sulung yang tengah sibuk dengan gawainya.“Hmmm … kenapa? Mau dikenalin lagi sama anak teman Mama?” Pria itu Raffan, menatap curiga kearah sang ibu.“Ketemu sama anak teman mama dong Raf!” bujuknya semangat, kemudian duduk disamping Raffan."Enggak ah, Ma."“Orangnya cantik loh Raff, kamu ingat kan sama Aletha? Anak tante Nilam yang dulu sering main kesini. Sekarang Aletha udah balik dari Inggris setelah menyelesaikan kuliahnya di oxford. Rencananya mau menetap di Jakarta lagi, kamu ajakin Aletha jalan gih.”“Malas Ma. Masih enggak menyerah juga ngejodoh-jodohin,” kesal Raffan, berpindah ke sofa single, menghindari teror sang mama.“Raffan Ardian Ghifari, kamu itu ya ... dulu Mama sama Papa umur 28 itu udah punya kamu loh Raf. Nah, kamu pacar saja belum pernah ada yang dikenalkan ke mama.” Wanita itu ikut berpindah, bersandar di sisi sang putra sambil bersedekap dada. “Belum ada yang cocok Ma.” “Kam
Atisha menatap iba pada wanita yang tengah ia tangani. Perempuan itu tengah menjahit luka sobek yang cukup dalam pada pipi kiri pasiennya. Seorang wanita muda yang tengah terkulai. Butuh enam belas jahitan untuk menutup lukanya. Miris, saat perempuan lagi-lagi menjadi korban dari tempramen seorang pria, terlebih pria itu berstatus sebagai suaminya. “Jahat banget ya suaminya dok. Istrinya minta nafkah itu kan haknya. Bukannya di kasih eh, malah dianiaya. Sumpah kalau kayak gini saya jadi takut nikah dok, ngeri,” ucap suster yang menemaninya sejak tadi saat keduanya telah berada di selasar rumah sakit. “Nikah itu pilihan sih Wi,” jawab Atisha. Dirinya pun tak tau harus berkata apa. Selama ini ia antipati terhadap hubungan emosional yang melibatkan antara pria dan wanita. “Kalau dokter sendiri, ada keinginan untuk menikah tidak?” Dewi menatap Atisha penasaran, sementara perempuan itu memilih menatap arlojinya. “Oh iya Wi, jam praktik saya sudah berakhir nih. Dokter Lidya juga udah da
“Raffan kamu Keterlaluan! Menemui Aletha hanya untuk menyampaikan penolakan sama dia, mama malu tau nggak sama mbak Nilam.” Mamanya berenggut di meja makan, saat mereka tengah sarapan.“Ma, ini masih pagi loh,” tegur suaminya membuat wanita itu berdecak.“Tapi Pa, anak Papa itu benar-benar yah!.” Wanita itu menatap Raffan kecewa.“Mama yang keterlaluan, main jodoh-jodohin sama perempuan kayak gitu,” Raffan lalu menghabiskan setangkup roti yang di pegangnya dalam tiga kali gigitan.“Kayak gitu gimana? Aletha cantik iya, cerdas iya, fasionable juga, bibit bebet bobotnya jelas, nah kurangnya dimana coba?” Protes mamanya tak mau kalah.“Kurangnya satu Ma, pakaiannya yang kekurangan bahan,” ucap Raffan lalu berdiri setelah menyelesaikan sarapannya, mengabaikan Rayyan yang menahan tawa, entah apa yang lucu.“Hot banget dong Raf, yaa… kok ditolak sih?” Celetuk Rayyan, pura-pura kecewa.“Tuh kan Pa, kayaknya ada yang salah dengan Raffan. Kamu nggak menyimpang kan Raf?” Mamanya menatap putra s
“Tangan lo kenapa?” Tanya Rina menyaksikan sahabatnya yang sejak tadi tak henti mengibas-ibas. “Habis nampar orang gue!” Rina menghentikan suapannya, menatap Atisha penasaran. Ini kali pertama sahabatnya terdengar bar-bar. “Serius? Siapa?!” “Ada, cowok kurang ajar yang suka semaunya mentang-mentang punya banyak uang,” ucap Atisha yang sedang berbaring diatas sofa bed, keduanya berada di ruangan istirahat saat tengah malam. “Hahaha… bar-bar juga Lo.” Rina terkekeh membayangkan kemarahan Atisha saat berhadapan dengan cowok itu. “Kenapa lo nampar dia? Terus cowok itu gimana setelah lo tampar?” “Gak gimana-gimana gue pergi setelahnya. Cowok itu yang pernah gue ceritain, yang mobilnya ringsek karena ketabrak mobil gue.” “Cowok Bugatti?” Atisha hanya mengedikkan bahu. “Biaya reparasi mobilnya hampir tiga ratus juta dan gue cuma punya dua puluh juta, kebayang gak gimana despatarenya gue. Terus dia malah dengan enteng bilang, gue nggak harus bayar biaya ganti rugi asal gue mau jadi,”
Atisha duduk bersebrangan dengan Raffan, perempuan itu hanya mengangguk meminta penjelasan tanpa suara. “Saya ingin menikah untuk menyelamatkan harga diri saya, saya rasa kamu orang yang tepat untuk membantu saya,” ucapnya. Menatap Atisha yang masih menunggu kelanjutan penjelasannya. "Hanya pernikahan sekedar status, nggak lebih." Jelas Raffan saat mata gadis dihadapannya mendengus. “Orang tua saya selalu menjodohkan saya dengan perempuan manapun yang mereka pikir cocok dengan saya, tapi usaha mereka selama ini tidak berhasil karena saya selalu berhasil berkelit. Tapi bukannya jerah, ada saja anak teman mama yang disodorkan kesaya. Saya lelah dengan itu.” Raffan menghela nafas panjang, menatap Atisha yang balik menatapnya dengan alis tertaut. “Kenapa saya? Kita bahkan dua orang asing. Apa karena saya punya hutang ganti rugi, jadi jadi anda mau memanfaatkan saya?” Tanya Atisha sambil bersedekap dada. Tak dipungkiri dirinya masih kesal setengah mati pada pria dihadapannya, namun men
Surat Perjanjian Pihak pertama: Raffan Ardian Ghifari Pihak kedua: Atisha Namira Dalam hal ini, pihak pertama akan memenuhi segala permintaan pihak kedua sebagai syarat untuk melangsungkan pernikahan diantaranya: 1. Membebaskan tanggung jawab atas biaya ganti rugi kerusakan mobil Buggati Chiron milik pihak pertama. 2. Tidak akan saling ikut campur dengan kehidupan pribadi masing-masing. 3. Tidak ada sentuhan fisik apabila tidak diperkenankan pihak kedua. 4. Memiliki rumah bersama untuk ditempati berdua. 5. Menjaga dan melindungi pihak kedua dengan penuh tanggung jawab. 6. Kewajiban menafkahi secara lahir namun tidak secara batin. 7. Tidak ada kekerasan dalam rumah tangga. 8. Membebaskan ikatan perkawinan saat pihak kedua memintanya. 9. Apabila pihak pertama tidak memenuhi seluruh poin tersebut maka pihak kedua berhak atas seluruh harta kekayaan pihak dari pihak pertama. ~ “Hanya ini?” Tanya Raffan sebelum menandatangani surat perjanjian itu setelah membaca list yang d