Bab 13

"Be ... benar. Makanya, kamu bisa bertemu denganku dan mengakhiri masa lajangmu, 'kan? Aku belum selesai bicara tadi, kamu yang tiba-tiba muncul ...," jelas Grace.

"Jadi, kemunculanku nggak tepat waktu, ya?" tanya Harry.

"Ya ... begitulah ...," sahut Grace. Mana mungkin dia berani bicara jujur? Dia takut dibunuh pria ini.

Harry tersenyum dalam hati melihat Grace yang panik. Mungkin dia merasa kesepian selama ini, jadi suasana hatinya menjadi lebih baik sejak kedatangan Grace.

"Kalau begitu, kamu lanjutkan sisanya. Aku mau dengar." Harry sengaja menyulitkan Grace. Dia tidak berniat melepaskannya begitu saja.

Grace sungguh kewalahan. Dia harus memuji Harry sekarang? Meskipun nilai bahasanya 100, Grace tidak bisa menemukan kata sifat yang cocok untuk pria ini.

Setelah ragu-ragu cukup lama, Grace akhirnya memaksakan diri untuk berkata, "Kamu ini gagah dan tegap. Kalau berada di samping, aku merasa sangat aman. Tubuhmu juga sangat proporsional. Kamu juga sangat hebat ...."

Grace tidak bisa melanjutkan lagi. Sementara itu, Harry terus menatapnya lekat-lekat. Ketika pria ini mencondongkan badan ke depan, Grace segera mundur. Namun, Harry langsung merangkul pinggang Grace dan membuatnya tidak bisa ke mana-mana.

Harry mendekatkan bibirnya ke samping telinga Grace. Napas yang panas itu membuat bulu kuduk Grace meremang. Saat berikutnya, terdengar suara nakal Harry. "Masa kamu sudah tahu aku hebat atau nggak?"

Grace tentu memahami maksudnya. Wajahnya sontak memerah dan panas, begitu juga telinganya. Melihat ini, Harry sengaja menggigit telinga Grace dengan ringan. Grace tidak merasa sakit, tetapi sekujur tubuhnya menegang.

Pria ini manusia atau anjing? Kenapa menggigit telinga orang? Grace buru-buru mendorongnya, lalu berucap dengan malu, "Aku ... aku harus kuliah."

"Aku lupa memberitahumu, malam ini kamu harus ikut aku ke rumah lama untuk bertemu calon mertua," ujar Harry yang sudah berhenti menggoda Grace. Dia memang sudah terlalu terburu-buru barusan.

Grace mengangguk dan tidak berani berlama-lama. Jadi, dia langsung membawa barang-barangnya dan pergi.

....

Malam harinya, Harry datang untuk menjemput Grace. Grace merasa sangat gugup karena harus bertemu calon mertua. Tangannya sampai berkeringat.

Ketika turun mobil dan melihat bangunan yang menjulang tinggi itu, Grace ketakutan hingga kakinya melemas. Dia tidak pernah berniat untuk menikah dengan keluarga kaya, tetapi sekarang malah menjadi calon menantu Keluarga Prayogo.

Ketika Grace hendak melangkah masuk, tangannya tiba-tiba digenggam oleh seseorang. Telapak tangan yang hangat ini seperti memberinya kekuatan yang membuatnya merasa lebih tenang.

Grace menoleh dan bertemu pandang dengan tatapan tajam itu. Hati Grace bergetar. Dia buru-buru mengalihkan pandangan.

Tatapan Harry seolah-olah bisa membaca isi pikirannya. Pria itu berkata dengan lembut, "Ada aku di sini, nggak usah takut."

Grace pun merasa jauh lebih tenang. Benar, tunangannya ada di sini, untuk apa dia merasa takut?

Keduanya masuk. Hanya ada pelayan di ruang tamu karena Aryan masih di lantai atas. Pelayan pun membawa Grace mengelilingi kediaman mewah ini. Ada bioskop pribadi, kolam renang, dan taman yang sangat luas.

Bunga melati bermekaran dengan indah di musim panas. Ketika angin malam berembus, tercium aroma wangi yang samar. Grace menyukai tempat ini, jadi menyuruh pelayan pergi dan berkeliling di sini sendirian. Dia tidak tahu bahwa ada sepasang mata yang sedang mengawasinya di kegelapan ....