“Kamu masih ingat? Ayo turun!” ajak Reinhard yang lebih dulu turun dari mobil dan melangkah memutar untuk membukakan pintu di samping Ilona.
Ilona yang masih mengerjap bingung langsung keluar dari mobil setelah Reinhard membukakan pintu untuknya. Lelaki itu mengambil alih Ruby seperti biasa. Reinhard seakan tak membiarkannya menggendong Ruby di tempat umum, kecuali jika lelaki itu yang membawa belanjaan.Reinhard memimpin langkah memasuki cafe yang penuh kenangan mereka itu. Sedangkan Ilona yang memilih berjalan di belakang mulai menelisik bangunan di hadapannya. Tak banyak yang berubah sejak terakhir kali dirinya menginjakkan kaki di cafe ini.City Light Cafe. Tempat Ilona dan Reinhard bertemu pertama kali. Kala itu Ilona mampir bersama teman-temannya dan pesanan Caramel Macchiato less sugar-nya wanita itu tertukar dengan pesanan customer di meja lain. Dan yang mengantar pesanannya adalah sang barista sendiri, Reinhard.City Light Cafe memangReinhard pun terkejut atas perbuatannya sendiri. “Maaf. Ada yang sakit?” Reinhard spontan menarik Ilona ke rengkuhannya. Lelaki itu hanya ingin menghindari sentuhan wanita itu. Namun, malah tak sengaja mendorong Ilona. Ada beberapa hal yang perlu dirinya selesaikan dan ia tak ingin keputusannya goyah. Ilona tak kalah terkejut. Matanya mengerjap berulang kali. Dorongan itu memang tidak sakit. Namun, sangat mengejutkan dan menyentil dadanya. Ia merasa tindakannya tidak kurang ajar hingga Reinhard harus mendorongnya. Lelaki itu bisa menolak baik-baik. “Kamu marah?” Ilona mengulang pertanyaannya dengan sorot penasaran. Ia kembali menegakkan tubuhnya. Reinhard tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ketika lelaki itu masih menaruh dendam padanya saja, dia tak pernah mengabaikannya. Reinhard malah menggunakan segala cara untuk menarik perhatian Ilona dan membuat wanita itu meradang. Namun, belakangan ini Reinhard selalu menghindarinya. Entah
“Rey, kamu mau makan siang apa? Aku bingung. Ada rekomendasi? Mungkin aku akan terlambat, tapi—”[“Kalau begitu, tidak usah datang.”] Jawaban Reinhard tiba-tiba memotong ucapan Ilona. Ilona terdiam selama beberapa saat mendengar respon yang cukup mengejutkan itu. Matanya mengerjap beberapa kali. Ia sampai menjauhkan ponselnya dari telinga untuk memastikan jika dirinya tidak salah menghubungi orang. Dan nomor itu memang milik Reinhard. Biasanya, Reinhard yang memaksanya datang ke kantor meskipun dirinya sudah beralasan malas. Bahkan, jika dirinya tidak memasak pun, biasanya Reinhard akan menawari untuk reservasi restoran atau memesan makanan via delivery. Yang terpenting Ilona dan Ruby tetap datang ke kantor lelaki itu. Begitu pun tadi pagi. Reinhard sudah mengingatkan dirinya agar tidak lupa datang ke kantor. Tadi pagi Ilona memang tidak menanyakan menu yang Reinhard inginkan. Namun, biasanya juga Reinhard baru mengirim list menu makanan yang d
“Kamu masih ingat? Ayo turun!” ajak Reinhard yang lebih dulu turun dari mobil dan melangkah memutar untuk membukakan pintu di samping Ilona. Ilona yang masih mengerjap bingung langsung keluar dari mobil setelah Reinhard membukakan pintu untuknya. Lelaki itu mengambil alih Ruby seperti biasa. Reinhard seakan tak membiarkannya menggendong Ruby di tempat umum, kecuali jika lelaki itu yang membawa belanjaan. Reinhard memimpin langkah memasuki cafe yang penuh kenangan mereka itu. Sedangkan Ilona yang memilih berjalan di belakang mulai menelisik bangunan di hadapannya. Tak banyak yang berubah sejak terakhir kali dirinya menginjakkan kaki di cafe ini. City Light Cafe. Tempat Ilona dan Reinhard bertemu pertama kali. Kala itu Ilona mampir bersama teman-temannya dan pesanan Caramel Macchiato less sugar-nya wanita itu tertukar dengan pesanan customer di meja lain. Dan yang mengantar pesanannya adalah sang barista sendiri, Reinhard. City Light Cafe memang
“Apa maksudmu?” Reinhard membalikkan pertanyaan Ilona dengan kening berkerut. Ilona menggeleng pelan. “Aku hanya bertanya. Menurutmu bagaimana dengan musuh dalam selimut? Mereka akan sulit ditemukan jika tidak benar-benar teliti.”Ilona berusaha tetap santai dan menetralisir kegugupannya. Sebenarnya, tanpa ditanyakan pun ia sudah tahu bagaimana respon Reinhard. Namun, ia juga ingin mendengar respon lelaki itu secara langsung. Sebab, itu yang akan terjadi suatu saat nanti. Hubungan Ilona dengan kakaknya memang tidak terlalu baik. Namun, tak mungkin ia blakblakan membongkar apa yang lelaki itu lakukan di hadapan Reinhard. Sebab, itu sama saja seperti menggali lubang kuburnya sendiri dan Ilona tak mau itu terjadi. Lebih tepatnya, tak ingin ikut campur. Jika nantinya Reinhard akan mengetahui kenyataannya tersebut, tentunya bukan dari mulutnya. Apa pun yang akan Reinhard lakukan nanti, biarlah menjadi urusan lelaki itu dengan kakaknya. Mem
“Aku baru tahu kalau Meisya adalah adik Reinhard, Bu. Aku juga tidak tahu dia hamil. Dia menghilang setelah mengakhiri hubungan kami.” Adrian berusaha melakukan pembelaan atas rahasia besar yang dirinya simpan selama ini. Setelah bertahun-tahun berlalu dan Adrian memilih menyimpan rahasia besarnya sendiri meskipun telah mengetahui berita tentang Meisya dari televisi, akhirnya lelaki itu memberanikan memberitahu ibunya. Dan sejak saat itu, ibunya selalu membahas hal ini dalam obrolan mereka. Hingga saat ini, Adrian masih dilanda penyesalan mendalam. Ia tidak tahu kalau ternyata Meisya menanggung beban besar seorang diri sebelum mengakhiri hidup. Jika ia tahu wanita itu telah berbadan dua, dirinya pasti bertanggungjawab. Sayangnya, di saat Meisya tiba-tiba mengakhiri hubungan mereka, Adrian tengah sibuk dengan keluarganya. Ayahnya bangkrut dan sakit parah. Sehingga ia benar-benar fokus dengan keluarganya dulu dan bekerja serabutan demi membiayai pengobata
“Nyonya Anindya menunggu Nyonya Ilona di ruang tengah.”Begitu kembali sepulang dari rumah sakit, sang kepala pelayan langsung menemui Ilona yang baru turun dari mobil. Memberikan informasi yang membuat Ilona terkejut bukan main. Namun, sebisa mungkin Ilona tetap berekspresi santai. Pantas saja ada mobil asing yang terparkir di pelataran rumah. Ilona sempat mengira jika itu adalah salah satu koleksi mobil Reinhard yang baru. Ilona memang tidak dapat mengenali mobil sang mertua. Sebab, mereka sangat jarang bertemu. Sebenarnya, Ilona pun tak ingin bertemu dengan sang mertua. Terutama jika tidak ada Reinhard di antara mereka. Bukannya takut, hanya saja setiap pertemuan mereka pasti berakhir buruk. Oleh karena itu, Ilona malas bertemu dengan mertuanya. “Reinhard sudah pulang?” tanya Ilona. Meskipun sebelumnya sang kepala pelayan mengatakan Anindya menunggunya, Ilona tak percaya. Pasalnya, tak mungkin wanita paruh baya itu sudi menemuinya.