Hari berikutnyaSore itu Lily dan timnya bersama tim media ARS akan mengikuti acara pameran produk yang diselenggarakan di sebuah mall ternama. Lily dan timnya berangkat lebih awal untuk mengamati serta mendiskusikan beberapa produk yang dipamerkan sebelum acara dimulai.Lily bersikap biasa ke Juna, meskipun Arsen memperingatkannya agar terus hati-hati ke pria itu. Dari awal acara berlangsung, semuanya berjalan lancar, hingga tiba-tiba ada wartawan yang mendekat ke Lily diikuti oleh beberapa wartawan lain. “Nona Lily, apa Anda bisa memberikan klarifikasi soal kasus antara Anda dan putri presiden yang saat ini sedang beredar?” tanya salah satu wartawan yang langsung menyodorkan alat perekam ke Lily. Lily sangat terkejut melihat para wartawan itu mengerumuninya, apalagi dia terpojok di salah satu stand dan tidak bisa menghindar. Lily semakin tak nyaman dan panik dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan padanya, apalagi semua pertanyaan itu seolah menyudutkan dirinya. “Maaf, ka
Arsen pergi dari restoran itu dengan perasaan puas. Pertemuannya dengan Atmaja dan Hana semakin menujukkan bahwa pasangan ayah dan anak itu tidak akur. Arsen langsung melajukan mobil menuju Rumah sakit tempat Hendra dibawa. Setibanya di sana, Arsen bergegas menuju UGD rumah sakit dan melihat Thomas sudah menunggunya di depan. “Pak,” Thomas langsung mendekat begitu melihat Arsen. “Hendra masih ditangani. Syukurlah, nyawanya tertolong.” “Lukanya?” “Kepalanya terbentur cukup keras, ada retakan ringan di tulang bahu kiri, dan beberapa luka lecet. Tapi menurut dokter, kondisinya stabil. Belum sadar, tapi tidak kritis.” Arsen mengangguk. “Ceritakan padaku kejadian kecelakaan itu.” “Saya kurang jelas, hanya mendengar suara benturan keras lalu menoleh, saat menyadari yang kecelakaan itu Hendra, saya lantas mendekat. Mobil boks yang menabraknya kabur," kata Thomas. Arsen mengepalkan tangan. Matanya menatap pintu ruang UGD yang tertutup rapat. Arsen merasa bersalah, jika ini perbuatan
Arsen baru saja merapikan jasnya dan bersiap meninggalkan ruang kerjanya ketika ponselnya berdering. “Pak,” suara Thomas terdengar serius di ujung sana. “Hendra kecelakaan. Saat ini saya sedang di dalam ambulance yang membawanya ke rumah sakit." Arsen menghentikan langkah. Dia merasa ada yang tidak beres. "Dia di bawa ke rumah sakit mana?" tanya Arsen. Thomas menjawab dengan menyebutkan nama sebuah rumah sakit. “Oke, aku akan menyusul ke sana.” Arsen memutus panggilan dan segera menuju lift. Begitu sampai di lobi gedung, langkahnya terhenti saat melihat seorang pria berbadan tegap dan berjas hitam mendekatinya. “Pak Arsen,” sapa pria itu yang ternyata adalah Eric. Arsen langsung menatap tajam. “Apa maumu?” “Pak Atmaja meminta waktu Anda sekarang," ucap Eric. Arsen tak menjawab. Dia hanya menatap tajam pada Eric. "Dia menungguku di mana?" Arsen bersikap dingin. Kemudian melangkah keluar, matanya tajam penuh antisipasi setelah Eric menyebutkan nama sebuah restoran
Lily menatap punggung Juna yang keluar dari ruangannya. Dia semakin curiga, dan Lily tidak suka Juna mendiktenya seperti ini.Lily akhirnya mengumpulkan stafnya untuk rapat. Beberapa staf tampak kebingungan ketika menerima pemberitahuan rapat yang mendadak itu, tapi tidak ada seorangpun yang berani bertanya.Rapat pun berlangsung.Lily duduk dengan kedua tangan bertaut, pandangannya menyapu seluruh staf divisi pemasaran yang hadir."Terima kasih sudah menyempatkan waktu di sela deadline pekerjaan kita yang padat. Aku akan langsung ke inti dari rapat ini."Beberapa staf menegakkan badan, bersiap mendengarkan Lily."Mungkin sejak pagi kalian bertanya-tanya kemana perginya Hendra. Aku ingin menyampaikan kalau mulai hari ini, Hendra tidak lagi menjadi bagian dari tim pemasaran."Keheningan seketika menyelimuti ruangan. Tatapan kaget tersebar cepat di antara para staf, tapi tidak ada satupun dari mereka yang bersuara.Lily melanjutkan dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya,"Alasan p
Pagi itu Hana berangkat ke kantornya pagi-pagi. Meninggalkan Keenan tanpa pamit, juga tanpa sarapan. Saat tiba di ruangannya, Laura sudah menunggu Hana bersama satu orang staf pria. Hana melihat sebuah kamera sudah disiapkan. Pagi itu dia ingin melakukan klarifikasi seperti apa yang sudah disarankan Thomas. Hana duduk di kursinya, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan sebum menatap pada kamera. "Aku siap," ucap Hana ke Laura. Laura pun menoleh dan memberi kode kepada staf pria yang ada di sana bersama mereka. Dia terus memerhatikan Hana yang mulai berbicara. Hana menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, bahkan dengan jelas menyebut kalau Lily adalah korban dari pemberitaan yang keliru. Namun, Hana tidak menyinggung soal kekerasan yang Adiyaksa lakukan. Hana juga berkata apa yang dia sampaikan merupakan sebuah fakta dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Baru beberapa menit diunggah di media sosial Hana, video itu sudah mendapatkan banyak penont
Lily merasa aneh. Sejak mengajaknya pulang, Arsen sama sekali tak bicara dengannya. Lily pikir mungkin karena Arsen sedang banyak masalah, atau jangan-jangan karena dalam sehari sudah beberapa kali Arsen mendengar hal tentangnya dan Bryan. Beberapa saat kemudian mereka tiba di mansion. Pelayan menyambut mereka dan Arsen langsung masuk mendahului. Lily merasa tingkah Arsen benar-benar aneh. Begitu juga Bibi Jess dan pelayan lainnya. Mungkinkah suaminya itu marah? Lily memilih untuk diam. Dia juga tak menanyakan apa-apa ke Arsen. Hingga malam harinya saat mereka hendak tidur, Lily melihat Arsen masih duduk di sofa memeriksa berkas. Lily memilih masuk ke kamar ganti. Dia sengaja mengganti bajunya dengan lingerie berwarna merah yang begitu seksi. Sehelai kimono tipis dengan warna yang sama membalut tubuhnya. Lily mematut diri di depan cermin, dia memerhatikan wajahnya kemudian merapikan rambut. Lily merasakan jantungnya berdebar-debar, sampai harus mengembuskan na