Share

7. Tidur Bersama

last update Last Updated: 2021-04-08 14:47:10

"Boleh saya mencium kamu?"

Bola mata Laili membesar, nafasnya pun seakan terhenti saat sang suami meminta izin untuk menciumnya. Tanpa bisa berkedip, Laili merasakan nafas Arya semakin dekat di hidungnya. Aroma sambal goreng hati dan semur daging yang ia makan saat sukuran pernikahan mereka tadi.

"M-mas, belum sikat gigi ya?" tanya Laili pelan membuat Arya kaget, lalu merenggangkan tubuhnya.

"Hah!" Arya membaui hawa mulutnya di telapak tangan. Benar saja, masih terasa bau amis. Lelaki itu pun menyeringai, lalu berdiri dari duduknya.

"Saya sikat gigi dulu," ujar Arya langsung berjalan ke kamar mandi. Laili hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan suami tuanya yang seperti beneran pengantin baru.

Sambil menunggu Arya selesai, Laili merapikan mukena serta sajadahnya. Ia berjalan ke arah meja kecil untuk menyimpan peralatan sholat, kemudian berjalan ke meja rias untuk menyisir rambutnya. Arya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar, karena ia mencuci wajahnya.

Dengan berani, Arya memeluk Laili dari belakang, membuat Laili berjengkit kaget.

"M-mas," panggilnya dengan suara serak. Sungguh ia malu diperlakukan seperti ini, apalagi dengan lelaki yang biasa menjadi Tuannya.

"Kamu cantik kalau rambutnya digerai gini. Mulai besok, rambutnya digerai saja. Saya suka." Arya menyentuh rambut basah Laili.

"Mmm...baik."

"Kenapa selalu dikepang sih?" tanya Arya lagi.

"Biar ga banyak yang naksir," jawab Laili sambil menahan tawa.

"Percaya diri sekali gadis kecilku ini."

Cup

Arya sudah mengecup pipi Laili yang kini bersemu merah. Dituntunnya Laili menuju ranjang pengantin. Tidak hanya Laili, Arya pun sama berdebarnya saat ini. Luar biasa sekali hidupnya, bisa memiliki kesempatan belah durian dua kali. Langkah kaki Laili. mau tidak mau akhirnya menurut. Sangat lembut Arya memperlakukan Laili, apalagi Laili masih sangat muda. Ia tidak ingin Laili trauma.

"Umur kamu berapa?"

"Delapan belas tahun, dua hari lagi," jawab Laili sambil menunduk, kini keduanya sudah duduk saling berhadapan di atas ranjang.

"Mau hadiah apa?" tanya Arya serius.

"Saya sudah mempunyai hadiah yang sangat istimewa," jawab Laili pelan, sambil memberanikan diri menatap suaminya.

"Dari siapa?" kening Arya berkerut, ada raut kaget tercetal di wajah tampannya.

"Dari Allah."

"Maksudnya?"

"Ini hadiah saya." Laili dengan berani memeluk tubuh tingga besar Arya. Membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya yang terasa hangat.

"Dasar ABG! Bisa-bisanya merayu orang tua," gumam Arya dengan wajah merona. Tangannya ikut mendekap Laili dengan hangat.

"Papaaa!"

Sayup-sayup, suara Ririn masuk ke dalam kamar Laili.

"Papaaa!" teriak Ririn lagi.

Arya dan Laili saling pandang, keduanya bahkan segera merenggangkan pelukan dan kembali bersikap canggung.

"Saya ke kamar dulu ya?" ujar Arya yang merasa tidak enak dengan Laili. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum.

Cup

Arya mengecup hangat kening Laili.

"Terimakasih untuk pengertiannya," ujar Arya sebelum ia benar-benar keluar dari kamar istri keduanya.

Dengan langkah malas, Arya berjalan kembali ke kamarnya, sedangkan Laili memilih menutup pintu kamar tanpa menguncinya. Ada rasa tidak nyaman di hatinya. Apakah ia cemburu? Tidak, ia tidak boleh cemburu pada Ririn. Ia harus selalu ingat pesan dari ibunya Arya saat tadi pagi memberikan restunya.

Sampai kapanpun, Ririn adalah nyonya rumah dan kamu bukan siapa-siapa. Melainkan madunya yang harus berbaik hati membalas jasa Ririn.

Perkataan yang dibisikkan Bu Warti, ibu dari Arya yang kini jadi mertuanya juga. Membuat Laili tak juga bisa memejamkan kedua matanya. Laili memilih keluar kamar, hendak ke dapur membuat susu coklat. Telinganya menangkap suara parau dari dalam kamar majikannya yang terdengar seperti desahan. Ia yang tidak paham itu apa, hanya mengangkat bahu, lalu turun ke dapur.

Laili membawa segelas susu hangat ke naik ke atas, maksud hati mau dibawa ke kamarnya. Kembali ia melewati kamar Ririn dan juga Arya, ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar. Entah setan apa yang membuatnya ingin menguping pembicaraan di dalam kamar majikannya. Sambil memantau keadaan yang telah sepi, Laili mendekatkan telinganya di pintu.

"Terimakasih, Mas. Kamu selalu bisa memuaskanku. Beri aku waktu sampai aku rela kamu meniduri Laili."

"Iya, Sayang."

"Kamu gak papakan?"

"Iya, gak papa."

"Janji kamu hanya mencintaiku, Mas?"

"Janji."

Laili menyesal telah menguping pembicaraan di dalam sana. Hatinya seakan kembali patah, rasanya sama persis saat melihat Danu bergandengan tangan dengan adik kelasnya. Laili bergegas pergi dari sana, lalu masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Dihapusnya satu dua air mata yang membasahi pipi.

"Ini baru awal Laili. Kamu harus lebih tegar dari ujian yang lebih berat sebagai istri kedua," gumamnya pelan sambil meneguk perlahan susu coklat panas yang ia buat.

Setelah susu coklat habis, Laili memilih naik ke atas ranjang lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang terasa dingin. Maklum saja, tidak terbiasa pakai AC, selalu kipas angin yang menemani tidurnya. Sekarang, setelah ia menjadi nyonya kedua dan menempati kamar tamu, maka mau tidak mau, ia terpaksa menyalakan AC kamar. 

Laili lelah, ia memilih memejamkan mata setelah mbaca doa mau tidur. 

Pendengarannya terusik, saat mendengar suara ketukan pintu. Dengan memicing ,Laili melihat jam di dinding sudah pukul dua dini hari. Siapa yang mengetuk pintu? Laili menyalakan lampu kamar, lalu bergegas turun.

Ceklek

Ceklek

"Mas, ada apa?"

Bukannya menjawab, Arya malah masuk ke dalam kamar Laili lalu menutup pintunya, bahkan kembali menguncinya.

"Eh, mau ngapain, Mas? Nanti ketahuan Nyonya." Laili sedikit bergidik ngeri.

"Laili, biarkan malam ini saya tidur di sini," bisik Arya.

"Nanti, kalau Nyonya mencari Tuan, eh...mencari Mas, bagaimana?"

"Ririn tidak akan terbangun, ia terlalu lelah hari ini." Arya sudah naik ke atas ranjang sambil tersenyum pada Laili. 

"Matikan lampunya!" titah Arya. Laili menurut, berjalan ke arah saklar lampu lalu mematikannya. Ia pun naik ke atas ranjang dengan malu-malu.

"Biarkan malam ini saya tidur sambil memeluk kamu," bisik Arya yang sudah membawa Laili ke dekapannya.

****

Ahaaayy😂

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Laela Ariella
Cakep kayanya nanti laili bener2 jatuh cinta kod arya
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
lanjutt thorr
goodnovel comment avatar
Impatimag
s ririnmah. munapik siapa atuh yng mau berbagi suami itumah akal"tips"biar tau suami nya kepantau dari pads dari wanita d liar Sana....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi Suami Majikan   49. Ekstrapart Malam Pertama Laili dan Arya

    Arya membaringkan pelan tubuh Laili di atas ranjang baru miliknya yang berukuran tidak terlalu besar. Lelaki itu sangat ingin menunaikan kewajibannya malam ini, tapi juga sangat gugup. Arya khawatir Laili merasa kaget sekaligus kesakitan. Apa yang harus ia lakukan nanti jika hal itu benar terjadi? Dengan tangan gemetar dan sesekali melirik pintu, Arya memiringkaan wajah Laili agar mendekat padanya. Detak jantung istri mudanya itu bahkan terdengar begitu jelas ke dalam indera pendengarannya. Pertanda Laili dan dirinya sama-sama gugup. “Kita harus belajar mencintai mulai hari ini,” bisik Arya tepat di depan bibir Laili. Embusan napas keduanya seakan berlomba bagaikan habis berlari jauh. Pelan dan hati-hati, Arya mendekatkan bibirnya ke bibir Laili yang masih tertutup rapat bagaikan dilem. Dikecupnya tipis, lalu dirasakannya tubuh istri mudanya yang sedikit terlonjak kaget. “Tak apa. Jangan takut. Ayo sini, lihat wajah saya,” bisik Arya mesra dengan

  • Dinikahi Suami Majikan   48. Ekstrapart

    Pesta pernikahan Laili dan Arya berlangsung meriah. Banyak sanak-saudara berkumpul dan banyak juga teman sejawat. Ya, setelah dua bulan Laili melahirkan bayi kembarnya secara normal, Arya memberikan pesat pernikahan meriah untuk Laili. Berikut dengan status sebagai istri yang sah secara agama dan negara.Senyum lebar Laili terus saja mengembang di atas pelaminan sana. Dengan gaun pernikahan putih modern ala boneka, Laili tampil sangat cantik. Bahkan sang suami tak bisa berpaling dari melirik istri mudanya yang sangat cantik. Tak lupa dua bayi kembar mereka ikut berada di dalam keranjang bayi dihias begitu cantik, berdampingan dengan kursi pengantin.Banyak ucapan selamat, serta pujian yang tamu berikan pada Laili dan Arya. Tak elak lagi, Arya menjadi bulan-bulanan teman-teman seumurannya karena berhasil mendapatkan daun muda yang sangat cantik. Suasana meriah, mewah, serta ramah, begitu mengesankan bagi siapa saja yang menghadiri pernikahan Laili dan Arya. Banyak makan

  • Dinikahi Suami Majikan   47. Hadiah dari Arya

    Acara peresmian toko akseseoris Laili berjalan dengan lancar, walaupun hanya berlangsung selama satu jam. Bayi Maura dan Maira yang masih sangat kecil membuat Arya dan Laili tak mau berlama-lama di sana. Setelah potong pita dan makan cake bentuk jepitan rambut, mereka semua kembali ke rumah dengan hati senang. Laili bahkan tak henti melirik suaminya dengan tatapan penuh sukur.Mimpi apa ia kemarin, sehingga mendapat kejutan yang sangat istimewa dari suaminya. Kapan suaminya menyiapkannya? Padahal suaminya tak pernah lembur di luar semenjak ia melahirkan."Pa, terimakasih," ucapnya dengan mata kembali berkaca-kaca."Bunda sukakan?""Anes juga suka, Pa. Sukaa ... banget," potong Anes dengan seringai lebar. Di tangannya ia sedang memilin kunciran rambut motif hello kity."Kalau Bunda repot urus dedek bayi kembar, biar Anes yang di toko ya," ujar Anes dengan polosnya."He he he ... Mau ngapain Anes di toko?""M

  • Dinikahi Suami Majikan   46. Laili Melahirkan

    "Pa, mau BAB ini!" rintih Laili yang kini sudah berbaring gelisah di brangkar kamar bersalin."Tahan, Sayang. Memang seperti itu, sabar ya." Arya berusaha menenangkan dengan mengusap rambut Laili dengan lembut."Uuh ... Pa, ini mau cepirit beneran!" Laili gelagapan dengan rasa mulas yang mirip seperti mulas ingin BAB."Pa." Keringat bercucuran dengan deras, membasahi kening dan lehernya, padahal ruangan bersalin memiliki pesnin pendingin ruangan yang cukup baik."Eeeemm ....""Jangan ngeden ya, Mbak. Masih pembukaan enam, sabar ya. Empat pembukaan lagi," terang suster sambil tersenyum."Sus, ini bukan mules mau lahiran kayaknya. Saya mau BAB beneran, Sus. Tolong! Masa saya BAB di sini? Pa, uuh ... Mules, Pa. Mau BAB beneran, Pa," rengek Laili kimi dengan derai air mata."Ssst ... Jangan buang tenaganya! Sabar, tahan sedikit lagi.""Papa sabar,sabar terus. Sini Papa aja yang gantiin, ih ... Orang sakit beneran ini. Pokokny

  • Dinikahi Suami Majikan   45. Ririn Koma

    Arya masih terus memandangi wajah istrinya yang pucat pasi dengan luka di kening. Sudah tiga jam berlalu dan Laili belum sadar juga. Untunglah luka Laili tidak terlalu parah, hanya saja sepertinya Laili syok berat dengan kecelakaan yang menimpa dirinya dan juga Ririn. Kandungan Laili juga sudah di cek, kedua janinnya aman walau tadi sempat ada benguran cukup hebat.Keduanya ditabrak oleh motor yang dikemudikan oleh orang mabuk. Motor lelaki besar, menghantam kedua wanita itu hingga terpental. Jika Laili terpental ke trotoar, maka Ririn terpental hingga menubruk tiang listrik yang ada di seberang, dengan kondisi sekarang kritis. Pelaku penabrakan sudah digelandang ke kantor polisi dterdekat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang lalai, hingga mengakibatkan nyawa orang lain hampir melayang."Pa.""Ya Allah, alhamdulillah, Bunda udah sadar." Arya lega melihat Laili membuka mata."Haus, Pa," rengek Laili dan sigap Arya mengambilkan minum untuk istrin

  • Dinikahi Suami Majikan   44. Kecelakaan

    Sehari pulang dari rumah sakit, Laili sudah benar-benar berdamai dengan suaminya dan sangat menikmati perannya sebagai istri dari Arya Jovan, apalagi saat pagi hari seperti ini. Entah dari mana datangnya, ataukah bawaan hamil semata. Untuk pertama kalinya, Laili memakaikan suaminya pakaian dalam, kaus, dan juga celana panjang, tak lupa memasang gesper sebagai pelengkap ketampanan pria dewasa.Mirip saat Laili memakaikan Anes baju, begitulah yang ia lakukan pada suaminya. Arya tak sedikit pun menolak, lelaki itu malah tertawa-tawa saat yang dilakukan Laili, menurutnya sangat konyol tapi mengasikkan. Yang lebih menggelikan lagi adalah, Arya dipakaikan minyak telon lengkap dengan bedak tabur. Mulai dari perut, dada, punggung, hingga leher. Sehingga harum Arya seperti harumnya Dira. Apa Arya protes? Tidak. Ia lebih mengikuti maunya Laili, dari pada istrinya stres dan berakibat fatal pada kandungannya."Dah, selesai," kata Laili sembari menepuk tangannya yang penuh de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status