Share

S A T U

(Author POV)

"Sarah?"

Husein benar-benar tak sengaja menyebut nama itu karena hanya nama Sarah yang terpikir olehnya. Bukan berarti selama ini Husein punya celah untuk memikirkan Sarah, hanya saja wajah itu tampak tak asing menyapa indera penglihatannya.

"Astaghfirullah, apa yang terjadi padamu mba Sarah?"

Yang ditanya hanya diam dan belum bersedia menghentikan tangisannya, bahkan wanita itu juga masih enggan beranjak dari posisinya yang sedang terduduk menyender di pintu mobil Husein dengan wajah yang ditelusupkan ke lipatan tangan.

"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Jika ada yang melihat ini, saya yakin pasti akan mengundang kesalahpahaman dan berujung fitnah."

Husein masih menenteng kantung kresek belanjaannya dan sibuk berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Pertama mungkin alangkah lebih baik jika dia meninggalkan wanita ini karena demi menghindari fitnah. Tapi ketahuilah, Husein bukan manusia tanpa hati yang tega meninggalkan hamba Allah apalagi terlihat sedang dalam masalah.

Jika tertangkap kedua matanya, maka siapapun itu pasti akan Husein tolong. Kebaikan hatinya yang melekat membuat dia tak segan membantu jika melihat sesama hamba Allah sedang menderita. Selagi mampu dia tolong, maka Husein akan menolongnya.

Pernah waktu itu Husein menemukan wanita gelandangan yang kesakitan karena mau melahirkan, maka Husein dengan sigap mengantarkan wanita itu ke rumah sakit walau dengan bantuan ambulan. Husein menunggu dengan sabar di depan ruang bersalin sampai keluarga si gelandangan tiba dan memgambil alih posisi, bahkan Husein juga turut membiayai administrasi persalinan.

Husein juga pernah membantu anak yang kabur dari sekolah dan hampir ditangkap satpol pp. ketika ditanya apa yang terjadi, si anak bercerita kalau dia malu karena sepatunya jelek dan jadi bahan buly di sekolah. Maka saat itu Husein mengantar si anak kecil ke toko sepatu dan membelikan sepasang sepatu yang bermerek hingga anak itu kembali menemukan semangatny untuk bersekolah.

itu hanya contoh kecilnya saja, sebetulnya masih banyak lagi kebaikan Husein pada sesama mahluk ciptaan Allah tanpa sepengetahuan Rey dan keluarganya. Jadi ketika sekarang bertemu dengan Sarah dalam keadaan kacau seperti ini, maka hati terdalamnya tidak akan tega.

Apalagi Hussein ingat betul siapa Sarah dan jasanya dulu membantu masalah fitnah yang terjadi di kota Danhat.

"Tolong Mba sarah, jika tidak bisa menceritakan apa yang terjadi, tolong berhenti menangis. Jujur saya kebingungan sekarang, dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan."

Jika itu Reynata, Husein tak akan segan mendekat lalu memeluk tubuh istrinya, menghujani dengan banyak ciuman agar sang istri berhenti menangis. Kata Reynata, wanita itu hanya butuh pelukan saat hatinya rapuh. Tapi kan sekarang yang menangis bukan istrinya, jadi Husein tidak tahu cara mendiamkan wanita lain yang sedang menangis.

'Wah, istrinya nangis malah diliatin aja'

Salah seorang pejalan kaki yang lewat di antara mereka, menyempatkan diri untuk berkomentar yang bahkan tak seperti jalan pikirannya sendiri.

"Maaf ini bukan istri saya."

'Dih dih, masalah rumah tangga itu emang berat, tapi jangan sampai gak mengakui istrinya sendiri.'

"Tapi dia memang bukan ist..." Husein frustasi. Belum ada sejam dia berpikir kalau situasi ini akan berujung fitnah, sekarang sudah kejadian. Husein mengalihkan pandangannya ke Sarah, meminta supaya wanita itu juga menjelaskan yang sejujurnya kalau mereka tak ada hubungan apa-apa.

"Mba Sarah, tolong! ini saya tidak tahu harus bagaimana..."

Panik dan takut, itulaj yang sekarang sedang dirasakan Husein. Ia hanya Berharap Sarah menghentikan tangisannya agar orang-orang yang melintas tidak akan salah paham lagi.

"Hikss.. maafkan saya.."

Dilihatnya Sarah yang sedang mencoba mengatur nafas dan berusaha menghentikan tangisan. Lalu sekuat tenaga dia berdiri dan menghapus jejak air mata yang masih tertinggal di pipi.

"Ustadz Husein kan ini?"

Matanya yang sembab dan merah terangkat menatap Husein sedangkan ustadz tampan di depannya langsung menundukkan pandangan.

"Iya ini saya.. MasyaAllah, sudah dua tahun berlalu dan saya tidak menyangka mba Sarah ada di Bandung."

Hening, tidak ada yang menjawabnya lagi.

"Maaf ya ustadz, saya sudah membuat kesalahpahaman."

Sarah kembali mengusap air matanya dan saat itu, Husein menyerahkan sebotol air mineral untuk membantu menenangkan perasaan Sarah. Entah apa yang terjadi, Husein tidak mau tahu karena itu bukan haknya..Tapi, setidaknya Husein bisa pergi saat melihat wanita itu jauh lebih tenang.

Bodohnya Husein saat dia hanya membeli satu botol air mineral untuk dia minum saat perjalanan pulang dan sekarang botol minum itu sudah jadi milik Sarah.

****

HalSya

Bersambung bestai.. sehari empat bab, mau tidak??? tunjukkan komentar kalian ya, biar author semangat!!!!

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status