"Hmm mau ngomong apa?"
Sejujurnya ini salah, ajakan Reza saat ingin ngobrol denganku dan aku menyetujuinya, ini salah. Aku merasa masa lalu kelam terulang kembali dengan membohongi Akang. Harusnya aku menolak, tidak harusnya aku bilang ke Akang tentang ini. Aku justru menyembunyikannya dan malah menerima ajakan ngobrol ini.Aku pasti sudah gila. Aku pasti kehilangan akal warasku karena setuju duduk di bangku taman ini berdua dengan yang bukan suamiku. Kapan aku jujurnya? Kapan aku bisa bilang kalau ternyata Reza guru anak-anak kita, Akang? Cuma mampu membatin, gak bisa diungkapkan langsung."Sebentar aja, aku cuma mau bilang selamat katanya kamu lagi hamil lagi.""Hah?" Aku sedikit terkejut karena dia bisa tau itu dari mana? Bahkan ibu mertua dan anak aku aja baru tau tadi malam."Hehe jangan terkejut, aku tahu dari anak-anak kamu Rey. Tadi pas mau masuk kelas dia cerita kalau mereka mau punya adik."Mendengar penjelasan dari Reza, akhirnya aku paham dia bisa tahu privasi itu dari mana. Aku memang tau kalau ternyata kedua anakku sangat senang menerima kehadiran anggota baru dan katanya mereka gak sabar nunggu adiknya cepet-cepet keluar supaya bisa main sama mereka. Dan aku lupa, kalau anak-anak seperti mereka pasti masih senang cerita ke banyak orang kalau lagi bahagia atau sedih.Hah, ternyata mereka malah cerita sama Reza."Hehe mereka itu emang heboh saat aku bilang mau punya adik. Maaf ya, kalau mereka buat geram.""Eh, gak boleh gitu. Anak-anak itu lagi senang bercerita, jadi jangan dilarang-larang."Hening kembali, aku tak tahu apa yang harus aku katakan pada Reza karena tidak ada topik pembicaraan khusus yang harus aku utarakan. Karena reza sudah aku kubur ketika pertemuan terakhir kami di rumah sakit 4 tahuh lalu. Sejak saat itu aku bertekad tak mengenal Reza lagi.Tapi siapa sangka malah ketemu di sini."Hmm iya sih, tapi kalau banyak bawel juga bikin repot. Kamu kan gak suka anak kecil. Aku heran kenapa bisa jadi guru TK," guyonku sedikit mencairkan suasana."Haha awalnya aku pikir begitu, aku benci anak kecil yang heboh, berisik dan nakal. Tapi ketika dulu diminta gantiin tante kerja di sini selama satu bulan, eh malah ketagihan dan justru ambil kuliah pendidikan usia dini. Berakhirlah aku jadi guru TK di sini, tempat ngajar Tante yang keluar karena melahirkan. Aku penggantinya," tuturnya dengan rinci, bercerita seperti dia dan aku adalah sahabat lama yang sedang bertukar cerita. Padahal aku gak nanya, dan lebih ke arah gak mau tau.Tapi dengan legowonya Reza cerita dan bodohnya aku sibuk menyimak tanpa berniat menghentikan ceritanya."Jadi kamu kuliah lagi? Dari fotografer ke guru TK jauh banget nyebrangnya.""Itulah, aneh tapi aku suka. Eum maksudnya aku suka jadi guru TK, jangan melotot gitu dong."Sumpah, aku kaget saat dia bilang suka dan itu membuat aku spontan membelalakkan mataku ke dia."Eh sorry, kaget aja. Kata-kata kamu ambigu.""Gimana kabar ustadz Husein? Aku sering lihat ceramahnya di televisi, banyak belajar aku dari dia karena tausiyahnya yang bagus, bisa langsung dimengerti meski sekali dijelaskan. Tak heran kamu berubah sampai solehah seperti ini."Aku tau dia pasti terkejut, karena dia pernah melihat aku dititik binatangku. Iya, pakai baju kurang bahan dan memperlihatkan aurat buah dada juga paha terekspos bebas. Rasanya aku lebih hina dari binatang yang telanjang."Aku gak mau ingat masa-masa itu lagi, aku sudah taubat dan ingin di jalan lurus bersama suamiku. Jadi tolong jangan dibahas lagi.""Eh maaf Rey, aku gak bermaksud.""Hehe iya aku paham. Eum, kalau gitu aku pulang dulu ya, suamiku sudah ngasih pesan dan nyuruh aku pulang. Terima kasih sudah mendidik anakku."Aku dengan gamis dan jilbab panjangku pergi meninggalkan Reza yang berdiri mematung di bangku taman. Padahal dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman tapi aku menolaknya karena kita bukan muhrim.Kang Ceramah:"Rey habis kena macet, maaf pulangnya telat ya Akang."Aku langsung membalas pesan suamiku.***Author POV.Malam ini ketika ustadz Husein pulang dakwah, dia melewati supermarket karena merasa dahaga di tenggorokannya.Bukan tidak menyediakan, Rey justru sudah menaruh tiga botol Tumbler di sana namun semuanya habis.Akibat tidak bisa makan dengan normal, Husein berakhir dengan hanya meminum air putih. Akhir-akhir ini, nafsu makannya turun dan tak lupa mual-mual yang ia rasakan di pagi hari semakin pekat."Beli di situ ajalah."Tanpa pikir panjang lagi, Husein menepikan mobilnya di sebuah parkiran minimarket untuk membeli air mineral dan beberapa camilan kesukaan dia juga Reynata dan anak-anaknya yang mulai menipis.Husein juga membeli beberapa sabun untuk persediaan. Udah seperti emak-emak rumah tangga aja yang niat beli air, malah justru berakhir satu troli."Apa ya yang kurang? Hmm segini aja dulu deh, yang penting air putih saya sudah ada."Belanjaan dalam troli dia bawa ke kasir dan mulai melakukan pembayaran. Akhirnya dia menenteng dua kresek besar berwarna putih dengan berbagai macam isi kembali ke mobilnya."Hhmmm hikksss...huungghhh hikkss... jahaat.. kamu jahat..."Deg!Husein samar-samar mendengar suara tangis seseorang yang mengundang rasa penasarannya. Ini malam hari dan suasa sepi, meski dia percaya Allah ta'ala dan segala mahluk tak kasad mata lainnya tapi agak merinding juga kalau akhirnya mendengar suara tangisan wanita itu."Hikss jahat kamu.. penipu hikss..."Tanpa lelah, Husein membawa dua kelereng hitamnya mengitari wilayah itu demi menemukan seonggok daging pemilik suara tangisan itu. Tapi nihil, di sana tidak ada siapa-siapa."Hah, apakah ngidam ini berakhir dengan halusinasi-ASTAGFIRULLAH!!"Keresek yang dia pegang dengan spontan terjatuh ke bawah saat menemukan wanita menangis dengan bersender di pintu mobilnya. Wanita itu duduk dengan tak tahu bahwa pemilik mobil sudah datang.Pakaiannya kotor, karena banyak noda tanah di bagian bawah rok dan sandalnya."P-permisi.. anda siapa ya? Kenapa menangis di pintu mobil saya?"Wanita yang tengah putus asa itu mendongak mencari asal suara yang memanggilnya. Lalu terucaplah satu nama yang sudah dia lupakan sejak tiga tahun terkahir."Sarah??"****(Author POV)"Sarah?" Husein benar-benar tak sengaja menyebut nama itu karena hanya nama Sarah yang terpikir olehnya. Bukan berarti selama ini Husein punya celah untuk memikirkan Sarah, hanya saja wajah itu tampak tak asing menyapa indera penglihatannya. "Astaghfirullah, apa yang terjadi padamu mba Sarah?"Yang ditanya hanya diam dan belum bersedia menghentikan tangisannya, bahkan wanita itu juga masih enggan beranjak dari posisinya yang sedang terduduk menyender di pintu mobil Husein dengan wajah yang ditelusupkan ke lipatan tangan. "Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Jika ada yang melihat ini, saya yakin pasti akan mengundang kesalahpahaman dan berujung fitnah." Husein masih menenteng kantung kresek belanjaannya dan sibuk berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Pertama mungkin alangkah lebih baik jika dia meninggalkan wanita ini karena demi menghindari fitnah. Tapi ketahuilah, Husein bukan manusia tanpa hati yang tega meninggalkan hamba Allah apalagi terlihat sedang d
Karena setelah setengah jam tidak ada perubahan, maka Husein putuskan untuk mengakhiri pertemuan 'tak sengaja' ini sekarang juga. Ia berpikir ingin segera sampai di rumah dan menceritakan semua yang terjadi pada Reynata. Mungkin jika pada sesama wanita, Sarah akan lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya.Berhubung minimarket yang mereka datangi juga bersiap mau tutup, jadi alangkah baiknya kalau-"Ustadz.. boleh saya bicara?"Belum selesai Husein bermonolog dalam hatinya, rupanya Sarah membuka pembicaraan."Sebetulnya itu yang saya harapkan sejak tadi. Tiga puluh menit saya habiskan dengan sia-sia di sini, dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Meminta kamu menceritakan masalahmu jujur itu bukan hak saya, tapi saya tidak bisa meninggalkan kamu sendirian. Bahkan jika itu bukan kamu Mba Sarah, saya akan melakukan hal serupa." kata Husein saat merasakan kelegaan dalam hatinya dan mengucurlah segala unek-unek yang dia tahan selama tiga puluh menit lamanya."Maafkan saya.. saya ha
"Ini apartemen kamu mba Sarah, ini kuncinya."Jangan tanya bagaimana kondisi ustadz Husein saat ini, jauh lebih kacau dari Sarah yang mengalami musibah. Apa yang dilakukannya mungkin terlihat jahat pada sang istri, tapi nyata dia bisa menyelamatkan nyawa seseorang.Beberapa saat lalu, Sarah menolak bantuan Husein dan bersikeras tidak ingin berhubungan lagi dengan lelaki itu. Biar saja untuk malam ini Sarah memilih tidur di sembarang tempat sebelum mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya. Bahkan Sarah sudah pergi dari hadapan Husein.Tapi, lelaki itu tidak bisa begitu saja membiarkan Sarah pergi sendiri. Ingatannya entah kenapa melompat pada peristiwa beberapa tahun lalu saat nama baiknya tercoreng sebagai pelaku pemerkosa dan pembuahan.Husein tak mungkin lupa jasa Sarah yang bersaksi di hadapan banyak orang ketika berjuang membersihkan namanya lagi, dan itu akan jadi hutang budi seumur hidup. Bahkan Husein sempat rela akan menikahi perempuan itu sebagai syar
Warning!!!!!!!!!!Ceritanya akan sering ganti-gantian sudut pandang, Soalnya di season kedua ini akan fokus ke Reynata dan juga ke ustadz Husein. Jadi kalau sedikit pusing harap maklum ya readerrsssss..*****Mobil yang dikendarai Husein telah sampai dengan selamat di depan kediamannya dan ketika melirik jam tangan, sekarang tepat pukul sepuluh malam.Jawaban apa yang akan diberikan Husein ketika istrinya bertanya dari mana dan apa yang dilakukannya sampai pukul sepuluh malam?Yaps, jawabannya berdakwah. Apa Husein berbohong? Tentu tidak, karena sepanjang koridor menuju pintu apartemen Sarah Husein tidak henti-hentinya memberikan ceramah atau nasihat-nasihat pada wanita itu, dalam artian berdakwah agar perempuan itu senantiasa mengingat Allah di kala diterpa musibah seperti ini.Walau hanya pada satu orang, tetap dikatakan berdakwah kan?"Assalamualaikum... Ay??" Tidak terdengar sahutan berarti Husein menganggap Reynata sudah tertidur pulas dengan dua buah hatinya. Ia berjalan ke ara
"Ay, mau makan apa?" Saat ini Husein dan Rey duduk di sofa ruang tengah, atau ruang keluarga dan apa yang Rey lakukan adalah sedang mengeringkan rambut gondrong suaminya yang basah karena habis keramas. Rutinitas baru aku akhir-akhir ini yang sering dia lakukan adalah manjain Akang Husein lebih dari biasanya. Bahkan, untuk pakai baju aja Rey pengen dia sendiri yang pilihkan untuk suaminya.Gak jauh beda sih, dari dulu juga begitu tapi itu berlaku buat baju Koko, gamis, atau setelan jas untuk dakwah. Hanya yang sekarang, baju sehari-hari pun harus Rey yang pilih."Terserah deh. Akang bisanya masak apa?" Katanya, kali ini Husein yang mau berinisiatif menyiapkan makan siang kami juga untuk anak-anak.Reynata tidak menyuruhnya, yang semangat perang sama talenan dan pisau ya dia sendiri. Katanya, mau jadi suami idaman."Gimana kalau ayam BBQ pedas?""Gak lah, Rey mau mie sama jus aja."'Tadi katanya terserah' batin Husein."Saya agak kurang setuju ya, karena mie kurang baik buat kamu dan
Padahal baru saja Reynata selesai mengurus sang suami yang terkapar akibat mualnya, kini Rey harus menerima kenyataan kalau ustadz Husein harus pergi sebentar.Setelah menerima pesan masuk, Husein berkata kalau dia harus segera pergi."Mau ke mana sih?" "Saya ada urusan sebentar.""Ke mana, sama siapa? Lama enggak? Kira-kira pulangnya jam berapa?"Aneh, tidak biasanya Rey banyak tanya seperti itu. Dulu-dulu ketika Husein mau pergi keluar, ke mana pun Rey tidak pernah bertanya apa tujuannya, dia hanya bilang iya dan satu atau dua jam kemudian sang suami yang amat dicintainya itu sudah kembali pulang.Tapi sekarang saat Husein menyimpan rahasianya sendiri justru rasa takut itu muncul dan tak nyaman dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan istrinya. Husein hanya tidak mau banyak membungkus jawabannya, mencari perlindungan yang membuat dia perlu berbohong karena itu semua, dosa."Saya ada urusan sebentar, saya akan cepat kembali. Saya mau ajak kamu tapi lihat, sebentar lagi anak-anak
"Ini kunci kamar apartemen Pak Husein yang baru." ucap pegawai lelaki yang datang menghampiri kedua orang itu di meja bundar lobi.Jika kalian berpikir kalau kunci apartemen itu berupa kunci besi, kalian salah besar. Kunci mereka itu terbuat dari kartu yang harus di scene ulang dan memasukkan sidik jari ulang. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga-jaga siapa tahu ada yang menemukan kartu yang hilang dan membuka pintu apartemen dengan maksud jahat.Jadi jika semua diatur ulang seperti awalnya, maka kartu yang hilang tidak akan berfungsi. Mau tidak mau, Husein harus ikut ke atas untuk mendaftarkan ulang sidik jarinya dan password kamar.Selagi lift berjalan naik ke lantai empat, sepanjang itulah Husein menghadapi situasi yang cukup mengguncang. Ia menutup mulutnya dengan kuat karena ia tak tahan dengan bau jus buah alpukat milik salah satu penghuni apartemen lain. Ingat beberapa saat lalu Husein mabuk karena buah alpukat di rumahnya kan?Maka sekarang, ia harus merasakan mual lagi selagi ia
Reynata POV.~~~~Pagi indah telah menggantikan malam gelap dan tepat pukul tujuh pagi, keluarga harmonis ini sedang menikmati sarapan di meja makan karena aku sungguh lagi semangat buat masak enak. Ada sayur lodeh dan lontong sayur, juga sambel goreng kentang.Seperti biasa, setelah sholat subuh baik aku atau Akang gak ada yang memejamkan mata kembali, karena aku bakal sibuk berkutat dengan pisau dan penggorengannya di dapur demi menyiapkan sarapan dan bekal makan siang. Bekal makan siang buat siapa? Ya buat Akang lah, karena ternyata di bulan ini, akang Husein memiliki kesibukan baru. Kemarin kita sempet bicarain semuanya dan kesibukan itu akan dimulai bulan ini hingga beberapa bulan ke depan."Aku gak nyangka Kang, As-Salam mau dijadikan pesantren besar.. anak-anak di sana pasti bakal lebih maju, mengikuti perkembangan zaman dengan metode islamiyah.." Yaps, sesuai dengan apa yang aku bilang barusan, kalau kesibukan akang sekarang adalah terkait pembangunan pondok pesantren Assala