Share

Dinikahi Ustadz Tampan 2
Dinikahi Ustadz Tampan 2
Penulis: HalSya

Sudah Ada Pawangnya

(Satu Minggu sebelumnya.)

"Kamu datang, Ayangku?"

Seorang wanita cantik, berjilbab hitam dengan gamis warna tosca tua berdiri dari sofa di sebuah ruangan pribadi, guna menyambut kehadiran suaminya yang saat ini akan mengisi ceramah acara pernikahan aktor ternama Andika Ramadhan dan Sofia Ar-Raniry yang merupakan teman Husein sendiri.

Mereka berangkat terpisah, karena mengharuskan Reynata lebih lama tinggal di rumahnya, mengurus kedua buah hati yang entah kenapa sedang datang manjanya. Ibu mertua Reynata rencana mau berlibur di rumah istri almarhum kiayi Manshori, maka dari itu ia perlu ektra keras menenangkan hati anak-anak yang sedih ditinggal neneknya.

"Hai suamiku.. maaf telat ya. Soalnya tadi sedikit macet dan aku gak tau jalan tercepat menuju gedung ini," jawab Reynata seraya mengalungkan lengannya di leher sang suami.

"Tak apa Ay, yang penting kamu datang. Bagaimana anak-anak? Sudah tenang?"

"Alhamdulillah sudah bisa diajak kompromi, Akang tahu gak, Rey bangga banget sama Akang. Ternyata suamiku sesukses ini. Baik jadi kepala rumah tangga, dan kepala pondok pesantren. Peluk sini!"

"Subhanallah.. Istriku, permata hatiku..."

Karena gemas, Husein meraih tubuh Reynata dan membawa dia ke dalam pelukannya.

Meski dirasa dunia seperti milik berdua, tapi Husein harus sadar kalau sebentar lagi acara dimulai. Dia terpaksa melepaskan pelukannya dan harus pergi lebih untuk mengikuti sesi briefing sejenak karena kata teman sejawat lain, akan ada sesi kejutan.

Setelah diingat-ingat, Minggu depan adalah tepat lima tahun usia pernikahan Husein dan Reynata. Tidak terasa, sudah selama itu mereka membina rumah tangga yang sejatinya penuh dengan ujian. Tapi berkat cinta, ketulusan, dan juga rasa percaya yang tinggi, mereka sanggup menghadapinya badai yang telah datang.

Walau tidak menutup kemungkinan jika di masa mendatang, badai lain juga pasti akan datang lagi. Dengan frekuensi yang bisa saja lebih besar.

Ketika Husein pamit sebentar bertemu rekan yang lain, Reynata kembali mendudukkan tubuhnya di sofa, sambil mengambil air mineral untuk melegakan dahaganya.

"Ahh, anda ibu Reynata? Ternyata ini toh pasangan dari ustadz tampan itu?"

Suara wanita yang tidak Reynata kenal terdengar di telinganya. Reynata merasa bahwa wanita itu seperti sedang merendahkan dirinya dengan tatapan yang sungguh tak enak dilihat. Bahkan dia menyebutkan suaminya ustadz tampan dengan gamblang. Sejak kapan para wanita segenit ini?

"Iya benar saya istrinya. Tapi, kamu siapa ya? Bukannya ini ruangan pribadi ustadz Husein? Kenapa kamu bisa masuk?"

Jelas saja Rey sangat terkejut, karena ruangan pribadi seperti ini tak sembarang orang bisa masuk.

"Aku lihat ustadz Husein sedang mengobrol dengan teman-temannya, dan perkenalkan, saya Karina dan saya pikir anda terlihat istimewa, eh ternyata...." Si wanita dengan nama Karina itu menggantungkan kalimatnya.

"Maaf, apa kamu bilang?" tanya Reynata, dia tersenyum tipis "Aku pikir aku tidak kenal kamu, jadi bisa tolong keluar dari ruangan ini?"

"Hahaha, kalau mau tahu, aku salah satu jemaah ustadz Husein yang rutin mengikuti setiap kajiannya. Tapi boleh enggak aku ngomong sebentar tentang suami kamu yang memiliki senyum indah itu? Kelihatan banget, sepertinya dia tertarik sama aku!"

Deg!!!

Reynata jelas terkejut, namun sebisa mungkin dia mencoba menyamarkan eskpresinya. Dia sedikit membenci wanita ini, oh Reynata bisa membaca ekspresi si wanita yang sepertinya lagi mengada-ada. Suatu ekspresi mengejek yang tidak terlalu kentara. Kesimpulannya, dia menyukai Husein, tetapi mungkin Husein tidak menggubrisnya.

"Oh ya? Waw, padahal ustadz Husein punya jadwal padat, tapi keren banget kamu bisa ikut ke mana dia ceramah."

Sejatinya Reynata sudah sangat marah, tapi ia tetap harus menahannya karena dia tahu ini, tempat umum. Dia tidak mau membuat keributan yang akan membuat nama suaminya tercoreng.

Tak lama, terasa rangkulan dengan wangi misik yang Rey suka dan sangat ia kenali mengalihkan pandangan si cantik. Dia tersenyum melihat suaminya sudah berdiri lagi di sampingnya.

"Akang udah selesai?"

Husein membalas senyuman penuh kehangatan. "Ayok, udah mau mulai acaranya."

"Sebentar, bisa Akang pertegas ke wanita di hadapan kita ini? Ya semacam amandemen yang bisa membuat si wanita tidak kegeeran lagi!" pinta Rey, menohok. "Katanya akang tertarik sama dia. Iya toh?"

"Pada siapa? Oh, Mba Karina!" Husein terheran, ternyata ada orang lain selain mereka berdua. Jadi sejak tadi, apakah Karina menjadi tak kasat mata? Atau semua perhatian Husein hanya tertuju pada Rey, saja?

Sementara wanita yang berdiri di hadapan mereka, menatap sepasang suami istri itu dengan jengah.

"Apa Akang tersenyum ke semua orang atau ke dia aja? Kasih tahu, jangan berharap banyak karena Akang udah ada pawang yang galak."

"Hehehe.." Husein tertawa sambil mengelus pipi sang istri. "Seperti apa yang sering saya katakan duhai istriku, saya hanya akan mencintai kamu, karena kamu sudah saya ambil dengan cara paling mulia. Jadi, jika ada yang salah paham dengan senyuman saya, maka salahkan hatinya, bukan sayanya. Paham?"

Mendengar itu, Rey langsung tersenyum amat lebar sambil menoleh ke arah perempuan yang wajahnya merah padam itu.

"Kamu dengar? Jadi, berhenti berharap atau menghayal memiliki ustadz Husein karena sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa berdiri di sisinya. Permisi!"

Husein dan Reynata jalan beriringan menuju venue aula utama, menyaksikan proses demi proses pernikahan sang sahabat sampai selesai. Setelah foto bersama, Husein pamit undur diri untuk mengisi acara berikutnya. Ia perlu murojaah kitab, untuk memantapkan apa yang akan dia sampaikan nanti sore.

Dengan berat hari, Husein pamit lebih dulu dan saat ini mereka berdua sedang berada di mobil menuju ke rumah.

"Akang, masa akhir-akhir ini aku ngerasa aneh. Maaf ya, asi aku sering keluar dan basah di baju. Padahal kan sesi menyusi aku sudah selesai sejak lama."

Husein sedikit terkejut namun matanya masih fokus ke jalan, "Masa sih? Sejak kapan?"

"Seminggu inilah, gak setiap hari sih, tapi kayak sering aja. Seminggu itu empat kali aku ngerasa baju depan aku basah tapi bukan keringat," terang Reynata dengan antusias.

Husein terdiam tapi sepertinya dia sedang berpikir semua kemungkinan dari permasalahan sang istri, yang pada akhirnya mengarah ke satu jawaban yang menurut Husein paling masuk akal.

"Ay, mungkin enggak sih kamu lagi isi?"

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status