(Satu Minggu sebelumnya.)
"Kamu datang, Ayangku?"Seorang wanita cantik, berjilbab hitam dengan gamis warna tosca tua berdiri dari sofa di sebuah ruangan pribadi, guna menyambut kehadiran suaminya yang saat ini akan mengisi ceramah acara pernikahan aktor ternama Andika Ramadhan dan Sofia Ar-Raniry yang merupakan teman Husein sendiri.Mereka berangkat terpisah, karena mengharuskan Reynata lebih lama tinggal di rumahnya, mengurus kedua buah hati yang entah kenapa sedang datang manjanya. Ibu mertua Reynata rencana mau berlibur di rumah istri almarhum kiayi Manshori, maka dari itu ia perlu ektra keras menenangkan hati anak-anak yang sedih ditinggal neneknya."Hai suamiku.. maaf telat ya. Soalnya tadi sedikit macet dan aku gak tau jalan tercepat menuju gedung ini," jawab Reynata seraya mengalungkan lengannya di leher sang suami."Tak apa Ay, yang penting kamu datang. Bagaimana anak-anak? Sudah tenang?""Alhamdulillah sudah bisa diajak kompromi, Akang tahu gak, Rey bangga banget sama Akang. Ternyata suamiku sesukses ini. Baik jadi kepala rumah tangga, dan kepala pondok pesantren. Peluk sini!""Subhanallah.. Istriku, permata hatiku..."Karena gemas, Husein meraih tubuh Reynata dan membawa dia ke dalam pelukannya.Meski dirasa dunia seperti milik berdua, tapi Husein harus sadar kalau sebentar lagi acara dimulai. Dia terpaksa melepaskan pelukannya dan harus pergi lebih untuk mengikuti sesi briefing sejenak karena kata teman sejawat lain, akan ada sesi kejutan.Setelah diingat-ingat, Minggu depan adalah tepat lima tahun usia pernikahan Husein dan Reynata. Tidak terasa, sudah selama itu mereka membina rumah tangga yang sejatinya penuh dengan ujian. Tapi berkat cinta, ketulusan, dan juga rasa percaya yang tinggi, mereka sanggup menghadapinya badai yang telah datang.Walau tidak menutup kemungkinan jika di masa mendatang, badai lain juga pasti akan datang lagi. Dengan frekuensi yang bisa saja lebih besar.Ketika Husein pamit sebentar bertemu rekan yang lain, Reynata kembali mendudukkan tubuhnya di sofa, sambil mengambil air mineral untuk melegakan dahaganya."Ahh, anda ibu Reynata? Ternyata ini toh pasangan dari ustadz tampan itu?"Suara wanita yang tidak Reynata kenal terdengar di telinganya. Reynata merasa bahwa wanita itu seperti sedang merendahkan dirinya dengan tatapan yang sungguh tak enak dilihat. Bahkan dia menyebutkan suaminya ustadz tampan dengan gamblang. Sejak kapan para wanita segenit ini?"Iya benar saya istrinya. Tapi, kamu siapa ya? Bukannya ini ruangan pribadi ustadz Husein? Kenapa kamu bisa masuk?"Jelas saja Rey sangat terkejut, karena ruangan pribadi seperti ini tak sembarang orang bisa masuk."Aku lihat ustadz Husein sedang mengobrol dengan teman-temannya, dan perkenalkan, saya Karina dan saya pikir anda terlihat istimewa, eh ternyata...." Si wanita dengan nama Karina itu menggantungkan kalimatnya."Maaf, apa kamu bilang?" tanya Reynata, dia tersenyum tipis "Aku pikir aku tidak kenal kamu, jadi bisa tolong keluar dari ruangan ini?""Hahaha, kalau mau tahu, aku salah satu jemaah ustadz Husein yang rutin mengikuti setiap kajiannya. Tapi boleh enggak aku ngomong sebentar tentang suami kamu yang memiliki senyum indah itu? Kelihatan banget, sepertinya dia tertarik sama aku!"Deg!!!Reynata jelas terkejut, namun sebisa mungkin dia mencoba menyamarkan eskpresinya. Dia sedikit membenci wanita ini, oh Reynata bisa membaca ekspresi si wanita yang sepertinya lagi mengada-ada. Suatu ekspresi mengejek yang tidak terlalu kentara. Kesimpulannya, dia menyukai Husein, tetapi mungkin Husein tidak menggubrisnya."Oh ya? Waw, padahal ustadz Husein punya jadwal padat, tapi keren banget kamu bisa ikut ke mana dia ceramah."Sejatinya Reynata sudah sangat marah, tapi ia tetap harus menahannya karena dia tahu ini, tempat umum. Dia tidak mau membuat keributan yang akan membuat nama suaminya tercoreng.Tak lama, terasa rangkulan dengan wangi misik yang Rey suka dan sangat ia kenali mengalihkan pandangan si cantik. Dia tersenyum melihat suaminya sudah berdiri lagi di sampingnya."Akang udah selesai?"Husein membalas senyuman penuh kehangatan. "Ayok, udah mau mulai acaranya.""Sebentar, bisa Akang pertegas ke wanita di hadapan kita ini? Ya semacam amandemen yang bisa membuat si wanita tidak kegeeran lagi!" pinta Rey, menohok. "Katanya akang tertarik sama dia. Iya toh?""Pada siapa? Oh, Mba Karina!" Husein terheran, ternyata ada orang lain selain mereka berdua. Jadi sejak tadi, apakah Karina menjadi tak kasat mata? Atau semua perhatian Husein hanya tertuju pada Rey, saja?Sementara wanita yang berdiri di hadapan mereka, menatap sepasang suami istri itu dengan jengah."Apa Akang tersenyum ke semua orang atau ke dia aja? Kasih tahu, jangan berharap banyak karena Akang udah ada pawang yang galak.""Hehehe.." Husein tertawa sambil mengelus pipi sang istri. "Seperti apa yang sering saya katakan duhai istriku, saya hanya akan mencintai kamu, karena kamu sudah saya ambil dengan cara paling mulia. Jadi, jika ada yang salah paham dengan senyuman saya, maka salahkan hatinya, bukan sayanya. Paham?"Mendengar itu, Rey langsung tersenyum amat lebar sambil menoleh ke arah perempuan yang wajahnya merah padam itu."Kamu dengar? Jadi, berhenti berharap atau menghayal memiliki ustadz Husein karena sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa berdiri di sisinya. Permisi!"Husein dan Reynata jalan beriringan menuju venue aula utama, menyaksikan proses demi proses pernikahan sang sahabat sampai selesai. Setelah foto bersama, Husein pamit undur diri untuk mengisi acara berikutnya. Ia perlu murojaah kitab, untuk memantapkan apa yang akan dia sampaikan nanti sore.Dengan berat hari, Husein pamit lebih dulu dan saat ini mereka berdua sedang berada di mobil menuju ke rumah."Akang, masa akhir-akhir ini aku ngerasa aneh. Maaf ya, asi aku sering keluar dan basah di baju. Padahal kan sesi menyusi aku sudah selesai sejak lama."Husein sedikit terkejut namun matanya masih fokus ke jalan, "Masa sih? Sejak kapan?""Seminggu inilah, gak setiap hari sih, tapi kayak sering aja. Seminggu itu empat kali aku ngerasa baju depan aku basah tapi bukan keringat," terang Reynata dengan antusias.Husein terdiam tapi sepertinya dia sedang berpikir semua kemungkinan dari permasalahan sang istri, yang pada akhirnya mengarah ke satu jawaban yang menurut Husein paling masuk akal."Ay, mungkin enggak sih kamu lagi isi?"****"Uweek...uweek... uughh.. huweek..."Suara itu memekak sekali, sampai-sampai aku yang terlelap di alam mimpi langsung terbangun dan secepat kilat melihat ke arah kamar mandi. Ruang di sebelahku yang biasanya terisi ustadz tampan, kini kosong.Aku rasa itu suaranya."Akang..." Buru-buru aku turun dari kasur dan menghampiri suamiku yang sedang berjongkok di kloset kamar mandi."Akang kenapa? Sakit?"Uweek.. ohok.. uwek.."Gak tau Ay, aku tiba-tiba mual dan isi perutku keluar semua." Tubuhnya lemas dan terduduk di lantai kamar mandi yang untungnya saja kering. Aku melihat saliva nya tersisa di sudut bibir dan kulap menggunakan tissue toilet. Maaf ya Akang, ini darurot. Kuambil yang terdekat saja."Akang ada makan apa hari ini? Masuk angin? Makan yang kadaluarsa?" Aku menerka-nerka dan mungkin dia salah makan."Saya tadi sih makan gado-gado Ay, jadi ini banyak yang keluar kacangnya," tutur suami berparas subhanallah itu."Berarti Akang lagi gak bisa makan kacang. Yaudah yuk ke kasur, aku
Hari senin ini, aktivitas aku lebih sibuk dari biasanya karena hari ini hari pertama si kembar masuk sekolah. Sedari bangun tidur dan sholat subuh, aku masih berkutat di dapur menyiapkan sarapan. Aku juga menyiapkan snack sebagai cemilan karena makan siang disediakan dari sekolahnya.Jujur akulah yang paling excited banget karena aku gak sabar lihat mereka berlarian di sekolahnya. Pasti lucu, dan aku bakal mengabadikan momen itu."Anak-anak udah gede ya Kang, kangen mereka yang masih merangkak, apalagi pas belajar jalan, Rey sampai nangis sangking bahagianya." Ketika terasa sebuah tangan melingkar di pinggangku, buru-buru kuajak bicara karena aku tahu itu pasti Akang. Ya iyalah siapa lagi yang berani memelukku selain dia? Masa Suga BTS, kan gak mungkin. Lagian dia lagi Tour kali di New York. Kok tahu? Iyalah, dia kan suami halu saya. Awokwowk."Kamu nangis? Sama saya juga, saya nangisnya itu karena dua hal. Pertama ya karena mereka sudah bisa jalan, yang kedua karena saya jauh, saya
Dunia itu luas.Tidak, dunia itu sempit.Dunia itu sempit!Tidak, kataku dunia itu luas. Sangking luasnya, aku sampai sekarang belum bisa ketemu sama Jimin BTS walaupun diannya pecicilan ke mana-mana. Tapi, di dunia yang seluas ini, kenapa aku harus bertemu dengan masa lalu yang sangat-sangat ingin aku lupakan.Reza!Bagaimana bisa dia di sini, di depanku dan menjadi guru di sekolah baru anakku?Seantero jagat raya, kenapa harus bertemu dia lagi?"Reynata, kamu kan ini? Aku.. aku gak nyangka kita bertemu lagi." Dia berdiri tegak menghadap ke arahku dengan kata-kata yang sedikit terputus-putus.Dan aku pun sama, mendadak beku ketika melihatnya. Eentah mau jawab apa aku benar-benar gak tau. Kaget iya, sungkan juga iya, gak enak sama Akang iya pakek banget. Aku jadi ngerasa bersalah masukin si kembar ke sini, harusnya aku cari tahu dulu guru-gurunya. Aku benar-benar bimbang, apa yang harus aku katakan sama Akang, kalau ternyata guru anaknya adalah mantan kekasih aku sendiri."Reza, iya
Nyam...nyamm.. eumhh.. nyamm..Tampaknya lelaki kelebihan hormon itu menikmati sekali kuah bakso yang dicampur dengan eskrim coklat sesuai keinginannya sambil cekikikan melihat video aku meracik bakso tadi. Matanya fokus dan sesekali hilang ketika tawanya semakin lebar. Dia seperti lagi makan makanan terenak di dunia padahal aku yang lihatnya aja sungguh eneg, tapi dia sepertinya ketagihan banget. Aku bahkan gak tertarik nanya gimana rasanya, yang pasti rasanya aneh."Enak ih beneran, pedes manis dingin gitu..""Benar enak? Ini aneh loh Akang, mana ada kuah bakso dikasih eskrim coklat.""Siapa bilang gak ada? Ini buktinya saya makan. Kamu cobain deh, rasanya langka."Dia menaikkan sendok dan menyodorkan bakso dengan kuah aneh itu ke mulutku, tapi secepat kilat aku menutupnya dan menolak mentah-mentah suapan itu."Akang ah, Rey gak mau. Akang makan aja sendiri ya, silakan dihabiskan sampai kenyang.""Ih sesuap aja Ay, please.""Gak mau.. Ayaaaahhh Akang jahat.""Kok malah panggil mert
"Hmm mau ngomong apa?"Sejujurnya ini salah, ajakan Reza saat ingin ngobrol denganku dan aku menyetujuinya, ini salah. Aku merasa masa lalu kelam terulang kembali dengan membohongi Akang. Harusnya aku menolak, tidak harusnya aku bilang ke Akang tentang ini. Aku justru menyembunyikannya dan malah menerima ajakan ngobrol ini. Aku pasti sudah gila. Aku pasti kehilangan akal warasku karena setuju duduk di bangku taman ini berdua dengan yang bukan suamiku. Kapan aku jujurnya? Kapan aku bisa bilang kalau ternyata Reza guru anak-anak kita, Akang? Cuma mampu membatin, gak bisa diungkapkan langsung."Sebentar aja, aku cuma mau bilang selamat katanya kamu lagi hamil lagi.""Hah?" Aku sedikit terkejut karena dia bisa tau itu dari mana? Bahkan ibu mertua dan anak aku aja baru tau tadi malam. "Hehe jangan terkejut, aku tahu dari anak-anak kamu Rey. Tadi pas mau masuk kelas dia cerita kalau mereka mau punya adik." Mendengar penjelasan dari Reza, akhirnya aku paham dia bisa tahu privasi itu dari
(Author POV)"Sarah?" Husein benar-benar tak sengaja menyebut nama itu karena hanya nama Sarah yang terpikir olehnya. Bukan berarti selama ini Husein punya celah untuk memikirkan Sarah, hanya saja wajah itu tampak tak asing menyapa indera penglihatannya. "Astaghfirullah, apa yang terjadi padamu mba Sarah?"Yang ditanya hanya diam dan belum bersedia menghentikan tangisannya, bahkan wanita itu juga masih enggan beranjak dari posisinya yang sedang terduduk menyender di pintu mobil Husein dengan wajah yang ditelusupkan ke lipatan tangan. "Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Jika ada yang melihat ini, saya yakin pasti akan mengundang kesalahpahaman dan berujung fitnah." Husein masih menenteng kantung kresek belanjaannya dan sibuk berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Pertama mungkin alangkah lebih baik jika dia meninggalkan wanita ini karena demi menghindari fitnah. Tapi ketahuilah, Husein bukan manusia tanpa hati yang tega meninggalkan hamba Allah apalagi terlihat sedang d
Karena setelah setengah jam tidak ada perubahan, maka Husein putuskan untuk mengakhiri pertemuan 'tak sengaja' ini sekarang juga. Ia berpikir ingin segera sampai di rumah dan menceritakan semua yang terjadi pada Reynata. Mungkin jika pada sesama wanita, Sarah akan lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya.Berhubung minimarket yang mereka datangi juga bersiap mau tutup, jadi alangkah baiknya kalau-"Ustadz.. boleh saya bicara?"Belum selesai Husein bermonolog dalam hatinya, rupanya Sarah membuka pembicaraan."Sebetulnya itu yang saya harapkan sejak tadi. Tiga puluh menit saya habiskan dengan sia-sia di sini, dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Meminta kamu menceritakan masalahmu jujur itu bukan hak saya, tapi saya tidak bisa meninggalkan kamu sendirian. Bahkan jika itu bukan kamu Mba Sarah, saya akan melakukan hal serupa." kata Husein saat merasakan kelegaan dalam hatinya dan mengucurlah segala unek-unek yang dia tahan selama tiga puluh menit lamanya."Maafkan saya.. saya ha
"Ini apartemen kamu mba Sarah, ini kuncinya."Jangan tanya bagaimana kondisi ustadz Husein saat ini, jauh lebih kacau dari Sarah yang mengalami musibah. Apa yang dilakukannya mungkin terlihat jahat pada sang istri, tapi nyata dia bisa menyelamatkan nyawa seseorang.Beberapa saat lalu, Sarah menolak bantuan Husein dan bersikeras tidak ingin berhubungan lagi dengan lelaki itu. Biar saja untuk malam ini Sarah memilih tidur di sembarang tempat sebelum mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya. Bahkan Sarah sudah pergi dari hadapan Husein.Tapi, lelaki itu tidak bisa begitu saja membiarkan Sarah pergi sendiri. Ingatannya entah kenapa melompat pada peristiwa beberapa tahun lalu saat nama baiknya tercoreng sebagai pelaku pemerkosa dan pembuahan.Husein tak mungkin lupa jasa Sarah yang bersaksi di hadapan banyak orang ketika berjuang membersihkan namanya lagi, dan itu akan jadi hutang budi seumur hidup. Bahkan Husein sempat rela akan menikahi perempuan itu sebagai syar