"Bismillah ya sayang, kami semua menunggu kamu di sini." Mataku dan mata Akang saling bertatapan sendu, sebelum akhirnya pintu general operation itu menutup rapat seakan memisahkan duniaku dan dunianya. Aku ketakutan....Aku merasa dingin dan membeku di sekujur tubuh saat sendirian di tempat yang gak aku sangka, akan aku datangi."Saya kasih anastesi dulu ya Bu. Tolong pejam secara perlahan, dan tidur saja dengan tenang, Bu."Ahli anastesi itu memasukan obat bius yang membuat aku sedikit-sedikit menutup kelopak mata dan akhirnya gak ingat apa-apa lagi.*****Selanjutnya, Cerita Akan Mengalir Dari Sudut Pandang Ketiga. Saksikan Terus ya Ketegangan Ini!Awalnya semua baik-baik saja, operasi berjalan lancar dan dokter kandungan berhasil mengeluarkan janin kecil itu. Tapi di tengah jalannya operasi, hal buruk terjadi.Di layar, terdengar bunyi yang memberitahu tingkat saturasi oksigen rendah lalu menurun secara drastis. Salah satu perawat memberitahu bahwa Reynata mengalami pendarahan
Dokter yang berada di atas tubuh Reynata sedang berusaha memancing detak jantungnya dengan CPR, tetapi garis itu tetap lurus beriringan dengan bunyi yang sama sejak tadi."Bagaimana ini Dok? Kami juga belum mendapatkan donor darah pasien, apa yang harus kami lakukan?" tanya asisten dokter yang sepertinya tak memiliki jalan lain saat memperhatikan monitor Reynata.Dokter hanyalah manusia biasa, bukan Tuhan dengan segala kekuatan. Jika dia sudah berusaha semaksimal mungkin namun Allah berkehendak lain, maka apa boleh buat? Mungkin sudah jalannya pasien meninggal di meja operasi."Beritahu keluarga untuk pasrah, tekanan jantung pasien tidak kembali lagi."Garis lurus pada layar, menunjukkan bahwa Reynata telah mengalami henti jantung.**Saat para dokter berusaha menyembuhkan penyakit dengan medis, maka Husein mencoba membantunya dengan lantunan ayat suci Alquran yang ia baca sejak tadi di dalam ponselnya, karena dalam Quran surah Yunus ayat 57, pelipur lara bagi seseorang yang memiliki
Untuk sementara, karena baru saja keluar dari ruang operasi, maka Reynata masih disimpan di ruang ICU untuk mengontrol setiap perkembangan yang terjadi pada tubuh perempuan itu.Tidak boleh dijenguk, dan tidak boleh ada satupun keluarga yang diizinkan masuk selama masa observasi terjadi, karena virus dari luar bisa saja terkontaminasi dan akan berakibat sepsis pada pasien.Mereka hanya bisa melihat tubuh Reynata yang terbaring menggunakan selang oksigen dari balik kaca bening, agar keluarga masih bisa ikut memantau meski berada di luar ruangan."Bapak pamit pulang dulu ya, sebab tidak ada yang mengimami sholat di pondok. Nanti, kami akan gelar doa bersama supaya Reynata segera diberikan kabar baik."Rupanya, setelah semalaman berada di rumah sakit, keputusan yang terbaik adalah tidak menimbulkan korban lain lagi, artinya salah satu dari mereka harus beristirahat agar bisa bergantian jaga. Lagi pula, sesuai peraturan rumah sakit bahwa penunggu pasien tidak boleh lebih dari dua. "Baik
"Karena rahimnya yang bermasalah, maka sepertinya istri ustadz tidak bisa memiliki anak. Jika kali kedua janin menempel kembali di luar kandungan, maka terpaksa rahim kami angkat."Innalilahi wainnailaihi roji'un.. Seketika Husein ingat Hadist Ulama' yang satu ini.“Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di hadapan-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari). Jelas ini cobaan untuk rumah tangga dirinya, sampai manakah hamba Allah ini beriman dan bertakwa pada Allah."Kalau saya tidak masalah Dok, saya tahu ini ujian. Namun saya tidak siap ketika istri saya nanti tahu, sebab hal yang menjadi ketakutan dia selama ini sedang terjadi," papar ustadz muda itu seraya menitikkan air matanya."Ustadz, antum adalah orang baik. Maka cobaannya pun pasti berat, namun yakinlah Allah pasti akan mengangkat derajat antum lebih tinggi dari kami. Ingsyallah, keaj
Point of view kembali pada Reynata Adizti selaku tokoh utama dalam cerita ini.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Padahal kelopak mata adalah bagian tubuh yang paling ringan dan yang paling sering bergerak, tapi gak tau kenapa, saat ini justru kelopak mata aku kerasa berat banget, kek dilem tembak gitu deh!Aku sampai kerahkan semua tenaga cuma buat membuka dua kelopak mata ini, tapi susahnya minta ampun. Belum lagi, bicara dan gerakan jari-jari tangan lainnya, banyak banget beban orang habis nelen anastesi ini, huftt.Coba ya, 1,2,3! Belum berhasil kebuka, aku cuma dengar suara-suara alat mesin dan suster yang teriak manggil-manggil dokter.Oke, kita coba lagi.1...2..3.. Yes, aku mulai melihat sedikit cahaya.Alhamdulillah. Setelah sekian abad, yang tadinya gelap gulita, akhirnya aku bisa juga melihat cahaya yang terang dengan kedua retina mataku."Ibu Reynata, apa ibu mendengar ucapan saya?" Aku mengangguk pelan."Kalau dengar, coba Ibu ikut gerakan senter ini." Dokter pun menggerakkan
Udahan nangisnya, kalau diterusin kasian suster-suster yang jomblo nanti, bukannya kerja malah minta nikah.Itulah alasannya kenapa orang bilang kalau nikah itu 10% aja enak, 90% sisanya enak banget. Dalam pernikahan ada seseorang yang nunggu kamu ketika kamu sedang diambang kematian, ada seseorang yang menangis karena belum siap kehilangan kamu, dan ada seseorang yang selalu berharap kamu akan kembali di sisinya. So sweet kan, makanya nikah mblo!"Ibu Reynata kita pindahkan dulu ke ruang perawatan ya Pak, kalau di sini terus nanti tidak bisa dijenguk sanak saudara."Akang dan aku nyengir karena dapat sindiran halus dari para suster yang sejak tadi jadi penonton teater dadakan dari kita.Semua alat yang menempel di tubuhku sudah di lepas, dan aku tidak perlu pakai selang apa-apa lagi.Kata suster, saturasi oksigen aku berangsur-angsur baik, dan kembali ke angka normal."Sebelum dokter menyatakan luka operasi Ibu Reynata membaik, maka belum diperkenankan pulang ya Pak, Bu. Sebaiknya p
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga, pertemuan antara aku dan ayah yang sudah di tahan dari enam bulan yang lalu. Ketika ayah mau ke Jakarta, selalu saja ada hambatannya. Dan kemarin, padahal aku sudah pesan tiket untuk ke Batam, eh malah berakhir di ruang operasi ini.Pada akhirnya, Allah membuat ayah yang datang ke Jakarta, walaupun harus diisi dengan nangis-nangisan. "Ayah kok lama ya Kang, jauh ya hotel sama rumah sakitnya?" tanyaku yang kelihatan gusar banget menanti ayah dan ibu. Sebetulnya, kita berdua memang udah sering bercerita tentang apapun lewat sambungan telepon kecuali perihal kandunganku kemarin, tapi tetap aja rasanya pasti beda kalau bertemu secara langsung."Sabar Ay, kan mereka juga perlu siap-siap kah atau apa dulu, sholat dulu mungkin. Sabar ya!" Akang selalu berhasil menenangkan dan menjauhkan pikiran negatif ku itu."Bantu aku duduk bisa?""Suah kuat duduk memangnya?""Kuat lah, istrinya siapa dulu!" godaku padanya, dan Husein membantu aku duduk te
Dalam Al Quran Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 dikatakan bahwa: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."Bahkan sampai diulang dua kali, dengan alasan apa lagi sampai kita tidak percaya bahwa akan ada kebahagiaan setelah musibah?Ayat itu terjawab dengan tunai saat ini langsung di depan mataku.Semua keluargaku berkumpul, bercanda ria, tertawa dan bahagia dengan leluasa. Sepertinya sakit yang diberikan padaku ini, adalah jalan terjalinnya sebuah silaturahmi.Mungkin kalau aku berbohong dan tetap pergi ke Batam, semua tidak akan berakhir sebahagia ini.Kemungkinan terburuknya, aku enggan kembali ke Bandung, bahkan bisa jadi malah meminta cerai pada Akang, dan memilih hidup kembali dengan kedua orang tuaku seperti dulu.Soalnya buat apa aku kembali? Toh aku juga sudah bukan istri dan menantu yang sempurna bagi mereka, nantinya aku pasti insecure habis-habisan.Tapi ini enggak, setelah mereka mengetahui penyakitku, mereka jus