Share

Sosok Kiayi Umar

"Halo Ayah, innalilahi wainnailaihi roji'un Yah, bapak Umar meninggal dunia." Aku langsung mengabari Ayah agar dia bisa menyempatkan waktu untuk pulang ke Bandung.

"Ya Allah Nak, sabar ya. Ingsyallah surga jaminan beliau itu. Kamu semangati Husein ya Rey, dia pasti sedih sekali."

"Iya Ayah, ini Reynata dalam perjalanan ke rumah sakit. Sudah dulu ya, mau sampai."

Aku segera mematikan sambungan telepon dan berlari ke arah ruang IGD, karena satu-satunya yang ada di pikiran aku saat ini adalah Akang.

Di depan ruangan UGD, aku melihat banyaknya orang yang berlalu lalang menghalangi mataku. Aku terus mencari ke mana Akang, dan ternyata dia hanya duduk termangu di kursi ruang tunggu di balik tirai dengan pandangan yang kosong. Aku gak pernah lihat dia kayak gini sebelumnya dan itu membuat aku merasa sakit.

"Akang..." Tanpa berlama-lama lagi, aku segera mendekat dan menghapus air mata ini, karena aku pun harus menguatkan dia yang pasti merasa sedih karena ditinggalkan oleh bapaknya.

"Rey? Ko
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status