Share

Part 5

Author: Yuni Fediani
last update Last Updated: 2024-07-06 13:56:43

“Jadi, kamu janjiin dia buat menceraikanku?!” tanya Qila dengan tatapan berapi melihatku, setelah ia melirik isi pesan yang terpampang di layar handphone.

Kemudian ia membuang muka dan membisu seribu bahasa.

“Emm—akan kuselesaikan urusanku dengan Hana!” gagapku menjadi salah tingkah.

Gegas aku mengambil handpone di dekatnya, yang menjadi awal mula masalah baru.

Duh, Hana! Kenapa ngirim pesan seperti itu. Qila kan, jadi marah lagi. Repot jadinya kalau udah begini!

“Ya! Kamu memang harus selesaikan urusan kamu dengan perempuan itu, Mas! Kalau kamu tetap mau melihat kebahagiaan Kiana memiliki keluarga yang utuh!” ucapnya dengan dada yang naik turun, pertanda ia menahan emosinya yang hampir meledak lagi.

“Iya, Sayang. Kamu nggak perlu khawatir. Aku janji akan segera selesaikan hubungan aku dengan dia,” jawabku sembari menggenggam tangannya.

Meski, setelah itu dia hempaskan dan pergi ke kamar.

Sorenya kami kembali pulang ke rumah. Suasana hubunganku dengan Qila masih terasa dingin. Dia memaafkanku tapi, mungkin hatinya belum menerima.

“Malam ini aku mau tidur sama Kiana,” ujarnya berhenti di depanku beberapa detik, lalu kembali melangkah sambil menarik koper berisi baju yang separuhnya belum dipakai, karena mungkin sebelumnya ia pikir akan lama jauh dariku.

“Ya,” jawabku singkat, kemudian terpaksa menarik kedua ujung bibirku ke atas.

Aku memaklumi jika ia masih ingin berjarak denganku. Yang terpenting saat ini ia tak meminta cerai lagi.

“Huufft! Sampai kapan Qila begini?" gumamku sembari merebahkan diri di atas ranjang.

Nada dering panggilan di handphone-ku berbunyi lagi. Tertera nomor kontak berinisial MH di sana. Aku berlari kecil ke arah pintu dan mengeluarkan kepalaku, menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan tak ada siapa-siapa di sekitar kamar, terutama Qila. Lalu jariku menyentuh layar benda pipih tersebut agar panggilan tersebut bisa terhubung dengan Hana.

“Hallo?” sapaku sambil menutup mulut dan handphone-ku dengan tangan.

“Hallo, Mas. Ketemu yuk! Aku kangen sama kamu,” suaranya sangat khas didengar.

Hana, wanita ini selalu bisa membuatku tersenyum dengan ucapan dan tingkahnya yang kadang manja. Buatku tak sadar bibir ini misem-misem sendiri.

“Kemarin kan udah ketemu, masa udah kangen lagi aja ...!”

“Iya, dong! ‘Pertempuran’ kita di hotel kemarin juga kan gagal, gara-gara istrimu datang. Lagian, memang kenapa, nggak boleh aku kangen sama calon suami aku sendiri?” Nada bicaranya semakin manja, dan membuat diri ini jadi bergairah.

Berbeda dengan Qila. Selepas pulang kerja, ia selalu sibuk mengurus Kiana. Kadang ia tertidur pulas karena kelelahan. Rutinitas kami yang berbeda waktu, kadang membuat kebersaman dengannya merenggang.

“Hehehe, kamu tuh, ya…! Aku masih suami orang, loh! Dan Yasha masih suami sah kamu.”

“Sebentar lagi juga aku akan gugat cerai dia, terus nikah sama kamu. Kamu, juga janji loh Mas, mau ceraikan istrimu buat aku!”

“Hemm … gimana, ya?”

“Ih Mas, kok gitu jawabnya? Pokoknya aku pengen ketemu sekarang juga!”

Sebenarnya aku tak ingin buat Hana kecewa jika dia tahu keputusanku gagal bercerai dengan Qila. Tapi, apa dia mau hidup denganku seandainya aku tak memiliki harta dan masa depan secerah sekarang bersama istriku?

“Hallo, Mas? Ya udah, aku nekat mau ke rumah kamu sekarang!” ancamnya setelah aku berhenti sejenak berbicara.

Duh! Bahaya juga kalau Hana ke sini.

“Oke! Besok kita ketemu. Nanti aku share lokasinya.”

“Nah, gitu dong, Sayang! See you ... muuachh!”

Percakapan kami berakhir, sampai detik ini pun aku belum bisa mengucap kata pisah pada Hana.

***

“Ibu berangkat duluan ya, Sayang!” Qila mengecup kening Kiana. Kemudian, punggung tanganku. Semarah apa pun dia, tetap selalu menjaga hormatnya padaku. Itulah, salah satu kelebihannya.

“Sayang, pulangnya mau aku jemput?” tanyaku sebelum ia menancapkan gas mobilnya.

“Nggak usah, Mas. Kayaknya aku pulang malam, ada meeting dengan klien dulu.”

“Ohh, ya udah. Hati-hati, Sayang!”

Aku membiarkan istriku pergi terlebih dahulu. Kemudian, aku siap mengantar Kiana ke sekolah, karena kebetulan jalan arah sekolahnya searah dengan kantorku.

“Ayo, sayang kita berangkat!”

Dengan girang Kiana naik dan duduk manis. Putriku itu persis seperti aku waktu kecil, energic, dan selalu ingin tahu. Sepanjang perjalanan pun ia bernyanyi dengan riang. Sejenak berpikir, aku tak bisa banyangkan jika hatinya hancur karena perpisahan kedua orang tuanya.

“Nah, udah sampai!” Aku turun dari mobil dan mengantar Kiana sampai depan pagar sekolah. Di sana beberapa guru sudah menyambutnya.

“Dadah, Ayah! Aku sayang ayah!” teriak putri kecilku seraya melambaikan tangan dengan wajah semringah. Aku pun membalas lambaian tangannya.

Sesampai di dalam mobil, lantas aku tak langsung melanjutkan perjalanan. Kurogoh handphone yang ada di dalam saku celana dan mengirim lokasi di mana aku bisa bertemu dengan Hana. Hotel biasa tempat aku bertemu, itu bukan jadi tempat favorit aku dan Hana lagi, karena kejadian waktu itu.

Qila pasti bisa tahu seandainya dia mencari lagi aku dengan Hana. Maka, kuputuskan ke tempat yang berbeda.

Kemudian kulanjutkan perjalanan.

Sampailah pada suatu hotel bernuansa alam yang estetik. Udara di sini pun lebih dingin, karena sudah masuk dataran tinggi. Tapi ternyata, Hana belum sampai. Lalu, aku menunggunya di lobby hotel karena aku ingin dia yang memilih kamarnya.

“Coba tebak siapa?” Seseorang menutup mataku dari belakang. Tanpa dijawab pun aku sudah yakin kalau itu Hana.

“Hahaha. Pake tebak-tebakkan! Siapa lagi yang aku tunggu kalau bukan kamu, Sayang!” aku mencubit ujung hidungnya saat Hana melepaskan tangan yang menutup mataku.

“Bisa aja, kamu!”

“Yuk kita booking, kamu mau kamar yang mana. Pilih aja!” Aku bangkit dari duduk, lalu merangkulnya menuju meja reseptionis.

Hana memilih kamar VVIP yang memiliki view keindahan luar biasa dan sangat exotic. Letaknya berada hampir di lantai paling atas. Tak masalah untukku, asal bersamanya dan buat dia bahagia.

“Ya ampun, di sini indah banget pemandangannya. Udaranya juga seger!” Hana mendekat ke jendela setelah masuk kamar.

“Pilihan siapa dulu …!” Aku melingkarkan tangan di pinggang kecilnya dari belakang.

“Bentar, Mas! Kamu liat itu, deh! Itu kayak mobil istri kamu.” Hana menunjuk ke bawah.

Sorot mataku mengikuti jarinya. Dugaan Hana sangat tipis, Qila tak mungkin tahu aku di sini.

“Yang punya mobil seperti Qila kan banyak. Udahlah, nggak mungkin dia ke sini!” kataku sembari menggendongnya ke ranjang.

“Aaa! Hahah!” Pekik Hana sambil berguling di tempat tidur.

“Kamu mau kan lanjutin ‘pertempuran’ kita yang tertunda kemarin, Mas?” Jari-jari lentiknya dimainkan di dadaku, merambat membuka kancing paling atas kemeja yang aku kenakan. Posisi dia sudah di atas tubuhku.

Sedang asik-asiknya, bel berbunyi. Seketika kami terkejut.

Siapa yang datang? Apakah itu Qila lagi?

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 31

    “Sebenarnya apa?” tanya Mirza penasaran.“Sebenarnya Mas Yasha tidak sakit, dia normal dan baik-baik saja. Selama ini akulah yang mengelabuinya. Aku yang menukar hasil pemeriksaan dirinya dengan hasil yang palsu,” terang Hana tanpa rasa bersalah.Mirza terkejut, tak percaya dengan apa yang dilakukan istri sirinya itu.“Nggak mungkin! Kamu pasti bohong. Sudahlah Hana, aku nggak akan bisa kamu kelabui seperti Yasha!” Sangkal Mirza menatap tajam.“Aku berkata benar, kamu nggak ada hak atas anak ini, Mas. Lagi pula, aku hanya ingin anakku hidup bahagia dan mewarisi harta ayahnya, Yasha. Jadi, mulai sekarang, kita coba lupakan saja hubungan kita,” tegas Hana.Mirza mengatur nafasnya yang serasa sesak tiba-tiba. Gumpalan darah berkumpul diwajahnya, seolah gambaran amarah yang tertahan. Sesekali ia menelan ludah, seakan menelan kepahitan yang baru saja di dengarnya, dan Hana bisa melihat itu.Ia paham apa yang dimaksud istri sirinya itu, Hana hanya ketakutan, dia dan calon bayi mereka akan h

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 30

    “Siapkan mobil, kita akan ke rumah sakit!”Perintah Yasha pada Dito sesampai di rumah. Setelah assisten rumah mengabarkan yang terjadi pada Hana tadi, Yasha bergegas pulang.“Hana, Hana. Bagunlah!”Yasha menepuk-nepuk pipi Hana. Kemudian menempelkan dua jarinya di sekitar leher, alhasil dugaannya dia masih bernyawa. Namun, hanya saja wanita yang baru saja ditalaknya itu tak kunjung sadar.“Apa yang sebelumnya terjadi?”“E—Ibu tadi mendadak mual dan mengeluh sakit kepala, Pak! Terus nggak lama dia pingsan, itu saja yang saya tahu!” jawab Bi Harti, Assissten Rumah tangga Yasha. Tidak banyak berfikir lagi, Yasha langsung membawa Hana ke dalam mobil yang sudah Dito siapkan untuk meluncur ke rumah sakit.Pasca pulang makan malam, Yasha dan Hana bertengkar hebat. Hana bersikeras tak ingin berpisah dari Yasha, sementara suaminya itu sudah menjatuhkan talak beberapa kali.Hana yang kecewa, mengurung diri dalam kamar. Tak mau makan, minum, bahkan mungkin ia tak membersihkan diri setelah dari

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 29

    “Hentikan pembicaraan kalian!” Bentak Mirza pada Qila dan Yasha.“Kenapa, ada masalah dengan pembicaraan kita?” tanya Yasha tegas.“Gue muak dengan kemunafikan lo,Yash!”“Gue munafik?” Tertawa tajam, “Apa lo nggak pernah ngaca, siapa yang lebih munafik antara gue sama lo!” sambung Yasha.Suasana memanas, sepertinya Yasha mulai tersulut emosi. Entah apa yang membuat Mirza meradang amarah tiba-tiba.“Kurang aj*r!”Mirza keluar dari bangku dan berusaha menyerang Yasha, tapi itu tak berhasil lantaran spontan ditahan oleh Hana.Istri rivalnya itu justru yang mengendalikan emosinya.“Sabar, tolong kamu jangan seperti ini!” Hana menarik tangan Mirza mundur ke belakang. Sementara Qila masih dalam posisinya.“Apa-apaan kamu, Mas! Kenapa kamu bersikap memalukan seperti ini pada tamu kita!” Qila berusaha menenangkan.“Mulai sekarang dia bukan tamuku, apalagi sahabatku!Mulai detik ini juga dia adalah rivalku!” hardiknya sambil menunjuk muka Yasha dengan telunjuknya.Mereka saling menatap tajam.

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 28

    Akhir pekan,“ Tumben masak banyak, biasanya istri pemalas kayak kamu cuma bisanya nyuruh-nyuruh si Yanti buat bikin makanan!” Celetuk Mirza sambil pandangannya berkeliaran di atas meja makan.Sajian makanan yang terpanjang lumayan banyak dan menggiurkan selera makan.Sikap Mirza makin lama makin susah ditebak, apalagi semenjak dia tahu Yasha mengalihkan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan Qila, walau itu hanya tipuan belaka.“Iya dong, Mas, kan malam ini kita akan kedatangan tamu istimewa,” jawab Qila masih menyabarinya.“Tamu istimewa? siapa? “ tanya Mirza heran.“Nanti juga kamu tahu, lebih baik kamu bersiap-siap saja, karena sebentar lagi mereka akan datang! ” jawab Qila.Beberapa detik kemudian, bel pintu berbunyi. Qila beranjak meninggalkan Mirza yang masih berdiri di hadapannyahadapannya untuk membuka pintu. Sementara Mirza yang masih dengan penasarannya mengintip dibalik tembok.“Jadi tamu itu.. Ah! Sial! Mereka nggak boleh lihat aku seperti ini! Aku harus berpenampi

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 27

    “Maaf, Pak! Tolong jangan begini!” Dito menahan bahu Mirza hingga membuat jasnya berantakan dengan tangannya. Namun, ia berhasil masuk sampai di depan meja kerja Yasha.“Minggir!” kesal Mirza membentak pegawai pribadi Yasha itu.“Maaf Pak Yasha, orang ini memaksa masuk. Saya sudah mencegahnya tapi--!”“Biarkan dia!” ucap santai Yasha sembari memberi kode agar Dito keluar ruangan saja.Mirza merapihkan jasnya dengan kasar setelah lelaki bertubuh gempal itu keluar ruangan.“Yasha! Apa maksud lo membatalkan kerja sama perusahaan gue secara sepihak!” tanya lantang Mirza.Yasha berdiri sembari menghela nafas pendek. Kedatangan Mirza sudah diduganya sebelum memutuskan kerja sama sepihak itu.“Kenapa, ada masalah dengan keputusan gue? Perusahaan ini milik gue, ya terserah gue dong mau bagaimana!” jawabnya dengana tatapan tajam.“Tapi lo nggak bisa seenaknya gitu dong! Gue udah abis-abisan keluarin modal, buat tender yang udah lo setujuin dari awal ini!” Mirza meradang.“Gue bakal balikin mod

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 26

    Sesampai di rumah.“Qil! Qila!” teriakan Mas Mirza dari luar pintu rumah serentak dengan gedoran keras pada pintu.“Ya, sabar!” sahutku.Ingin sekali aku mengacuhkannya jika sikapnya tidak mengganggu Kiana tidur.“Lama banget sih buka pintunya!” hentaknya sembari melangkah masuk.Semenjak aku mengetahui pernikahan sirinya dengan Hana, saat itu pula aku mengetahui kalau suamiku telah berubah seratus delapan puluh derajat. Pria yang selama ini aku kenal penyayang, lembut, sekarang tak kulihat setitik pun sifat itu darinya.Mas Mirza yang sekarang sangat kasar, kejam, bahkan ia tak ragu untuk membuatku terluka, dan yang aku takutkan sewaktu-waktu adalah keselamatan Kiana. Putri kecilku yang tak berdosa tak tahu jika nahkoda kebanggaanya itu telah berubah menjadi seorang perompak.Kemudian ia langsung nyelonong ke kamar. Dulu, setelah capek pulang kerja sekali pun, ia pasti sempatkan menengok Kiana di kamarnya, namun kali ini tidak. Bahkan, koper besarnya itu ditinggal begitu saja, tanpa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status