Share

Mengumpulkan bukti.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-12 21:11:45

Setelah melakukan visum, Adiba menyarankan untuk sekalian tes darah. Memeriksa apa aku terjangkit penyakit yang sekarang menggerogoti tubuh Mayang dan Ardiaz.

Sekitar satu jam lebih kami menunggu dan bersyukur hasilnya sangat melegakan. Ternyata meski Mas Fagan sangat mencintai mantan tunangannya itu tapi dia masih bisa menjaga batasan yang tidak boleh dia langgar.

Tidak seperti Ardiaz, sudah menjalin hubungan terlarang dengan calon kakak iparnya, adik iparku itu juga melanggar larangan agama. Menurut pengamatanku adik Mas Fagan itu memang agak bandel dan suka bikin onar.

Aku mengenal Ardiaz saat kami membantu di acara pernikahan salah satu sepupu kami. Saat itu aku dan Ardiaz menjadi pasangan kembang mayang. Aku masih disekolah sedangkan Ardiaz baru memasuki bangku kuliah.

Ardiaz sangat humble dan sangat ramah, berbeda dengan Mas Fagan yang cool dan sedikit bicara. Awal-awal kenal aku agak menghindar. Ya, bisa dikatakan aku seperti Mas Fagan. Hanya dengan orang tertentu saja aku bisa akrab dan banyak bicara.

Namun setiap ada pertemuan dengan keluarga besar Eyang selalu memintaku untuk bersikap ceria dan penurut supaya Papa tidak membawaku pergi dari rumah Eyang.

Berteman dengan Ardiaz adalah salah satu siasat yang di buat Eyang agar aku terlihat ceria dan ramah.

Aku masih ingat ancaman Papa saat terakhir kalinya aku membuat masalah, "Aku tidak akan mentolerir lagi kesalahan kamu di masa depan. Sekali lagi kamu membuat onar aku akan mengirim kamu jauh dari kota ini. Kalau perlu keluar dari negara ini. Kali ini aku tidak akan kecolongan lagi seperti Mamamu dulu."

Bukan karena takut aku menurut, lebih karena Eyang yang tak ingin jauh dariku. Demi Eyang.... Hanya demi Eyang aku mencoba untuk bertahan. Menikahi Mas Fagan pun demi Eyang.

"Mbak, Jangan ngelamun!" Adiba menepuk tanganku.

"Apa?" Kulihat gadis berambut sebahu itu menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.

"Sekarang Mbak mau ke mana?"

"Anterin aku ke rumah temanku saja."

"Siapa?"

"Zaskia. Dia baru pulang kemarin dari luar kota."

Zaskia adalah temanku semasa sekolah. Kami sangat akrab dan kompak. Tidak hanya Zaskia, aku juga kenal baik dengan ayah ibu dan kakaknya.

Kemarin Zaskia menghubungiku, dia sedang libur semester dan memintaku untuk berkunjung ke rumahnya. Rencananya besok aku akan menemuinya sekalian pulang ke rumah Eyang.

"Rumah sahabat Mbak itu bukannya satu kota sama Eyang Farida?"

"Hemm .... dari sini, hanya sekitar satu setengah jam. Kalau kamu capek. Aku naik taksi online saja."

"Aku antar saja Mbak. Aku gak tega Mbak berangkat sendirian."

"Tapi ini sudah malam, kamu gak papa?"

Adiba tersenyum, "Gak papa, tadi aku sudah pamit sama Mama. Aku bilang kalau mau menginap di apartemen teman kuliahku,"

Seandainya aku belum menikah, mungkin aku juga sering menginap bersama teman-temanku. Terkadang mendengar cerita Adiba, aku jadi sedih dan iri.

Sekitar dua jam kami sampai di rumah Zaskia. Sahabatku itu langsung membawaku ke kamarnya begitu aku sampai. Tak menunggu lama dia langsung memberondongku dengan banyak pertanyaan ketika melihat kondisiku yang cukup mengenaskan.

Sudah dua hari ini Mama dan papanya sedang di luar kota karena itu dia memintaku datang sejak kemarin.

"Jangan sampai ada yang tahu kondisiku sekarang. Aku takut Eyang shock jika tahu keadaanku sekarang." Aku meminta Zaskia untuk merahasiakan keadaanku.

"Iya, aku akan diam kali ini. Jadi jangan biarkan laki-laki itu melukaimu lagi. Atau aku akan mendatanginya untuk membuat perhitungan." Sahabatku ini sedikit barbar dan gampang marah. "Ikut aku saja,,, kamu bisa berkerja sambil kuliah. Kamu pintar pasti bisa dapat beasiswa."

"Mbak Zaskia benar. Sebaiknya Mbak pergi saja." Adiba mendukung pendapat Zaskia.

"Untuk sekarang aku butuh waktu untuk menenangkan diri dulu. Aku akan pikirkan lagi nanti." Aku bukan tidak ingin berpisah dengan Mas Fagan tapi aku harus memikirkan Eyang juga.

"Jangan bilang kamu mencintai laki-laki itu?" Zaskia memicingkan matanya.

Aku mengembuskan nafas kasar, benar aku mencintainya. Wanita mana yang tidak akan baper jika setiap hari mendapat perlakuan manis dan penuh perhatian dari pria tampan seperti Mas Fagan.

"Bukan itu, aku harus memikirkan perasaan Eyang juga." Aku berbohong untuk menyembunyikan perasaanku. "Aku tidak mau jika kepergiaanku menjadi beban pikiran Eyang," tambahku beralasan.

"Baiklah, untuk sementara kamu tinggal di sini saja. Mama sama Papa keluar kota selama seminggu. Tenangkan pikiran dan ambil keputusan yang menurutmu terbaik." Zaskia memberi semangat.

"Hemm,,, makasih untuk kalian berdua. Sahabat terbaikku dan saudara terhebatku." Aku memeluk dua wanita di depanku itu.

Kita lihat Mas, apa lagi yang akan kamu lakukan setelah ini. Aku tak segan pergi jika itu jalan satu-satunya yang bisa aku pilih.

🍂🍂🍂

"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
semoga Zaskia sahabat yg benar2 bisa di percaya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Tujuh bulanan.

    Tak terasa kehamilanku sudah menginjak tujuh bulan. Dan hari ini akan diadakan tasyakuran tujuh bulanan calon anak kami. Aku begitu bahagia juga berdebar-debar menunggu hari kelahiran anak kami yang tinggal dua bulan lagi. Bukan tanpa alasan aku merasakan kegelisahan ini, dua kehamilanku sebelumnya tidak pernah sampai menginjak bulan ke tujuh. Mas Fagan yang nampak tenang pun sempat takut dan overprotective begitu Kehamilanku menginjak bulan kelima. Bulan dimana dua calon anak kami gugur dan kembali ke pangkuan ilahi tanpa sempat kami dekap. "Hati-hati jalannya, Sayang, jangan buru-buru! Tamunya juga gak akan pergi kok," tegur Mas Fagan saat aku buru-buru ke depan saat mendengar kedatangan Zaskia. "Iya, Mas, ini jalanya sudah pelan kok." Aku Memperlambat jalanku. Disamping karena teguran Mas Fagan juga karena tanganku yang di pegangnya. Pelan tapi pasti hubungan Papa dengan Papa mertuaku pun membaik. Di hari yang kaya orang Jawa di sebut tingkepan ini, keluarga besar kami benar-b

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Hidup yang penuh warna.

    Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Perlahan zemuanya mulai membaik. Hari- hariku terasa penuh warna. Tidka lagi monoton dan penuh sandiwara.Hpir setiap pagi aku terbangun oleh suara Mas Fagan yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi. Suara cukup keras sampai membuat seisi rumah terbangun tepat jam tiga pagi Ya, diambil baiknya saja, mungkin calon anak kami ingin orang tuanya beribadah di sepertiga malam. Dan anehnya, mual Mas Fagan akan hilang setelah kami berdua mengambil air wudhu untuk sholat sunah.Dan mualnya akan kembali setelah selesai sholat shubuh. Bukanlah itu pertanda. Anak kami pasti akan jadi anak sholeh nantinya.Meski begitu tersiksa dengan mual dan nyidam yang tiba-tiba saja dirasakannya. Namun tak sekalipun suamiku itu mengeluh atau menyalahkan kehamilanku. Mas Fagan begitu sabar dan ikhlas menjalani perannya. Ia bahkan selalu mengunci kamar mandi setiap kali muntah, takut aku menyusul masuk ke dalam katanya. "Sudah di atas ranjang saja, jangan ikut masu

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ternyata sudah 4 minggu.

    Malamnya suster Erina langsung datang ke rumah bersama seorang bidan setelah siangnya mendapatkan telpon dari Mas Fagan. Perempuan berwajah tegas itu datang dengan membawa alat-alat medis yang tidak semuanya aku tahu namanya. Suster Erina dan dua orang perawat laki-laki menata alat-alat medis atas intruksi snag Bidan. Ya Alloh.... kenapa aku merasa akan menjadi pasien di rumahku sendiri. Aku hanya sedang hamil bukan habis kecelakaan dan sedang koma. Saat ini aku duduk bersandar di atas ranjang dengan Mas Fagan yang setia menemani sambil menggenggam satu tanganku. "Zenia, dengerin Sus, beliau ini teman Sus, namanya Bidan Hana. Dia akan memeriksa kondisimu. Jangan menolak!" Belum apa-apa Suster Erina sudah memberiku peringatan. Meski nadanya dibuat lembut tapi tatapannya itu tatapan tak ingin dibantah. Wanita ini bahkan lebih tegas dari Papa dan Mas Fagan. Aku mengangguk penuh kepasrahan. Sepatah kata penolakan dariku akan berbuntut panjang dan membuatku harus menjalani terapi len

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kabar gembira

    Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan kami sudah sampai di pelataran sebuah klinik terdekat dari rumah. Dengan dipegangi pak sopir di sisi kanan Mas Fagan dan aku di sisi kirinya. Kami turun dan menuju kursi tunggu. Sedangkan Bi Sarti lebih dulu turun dan langsung mendaftar di tempat pendaftaran. Di siang hari yang terik seperti saat ini suasana klinik yang nampak lengang, mungkin orang-orang lebih memilih datang di sore hari saat udara lebih sejuk. Hanya ada dua orang pasien yang menunggu antrian. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya namaku di panggil. Aku sedikit bingung, yang sakit Mas Fagan kenapa Bibi mendaftarkan namaku. "Sayang.... ini klinik bersalin tentu saja nama kamu yang di daftarkan Bibi." ujar Mas Fagan merangkulku lalu mengelus lembut lenganku.Lama-lama Mas Fagan sudah seperti Suster Erina yang bisa membaca isi hatiku. Dan sikapnya lembutnya selalu sukses membuat hatiku bergetar dan semakin merasa bergantung padanya. Kami pun akhirnya masuk dengan

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Sakit.

    Beberapa hari ini Mas Fagan kurang enak badan. Setiap pagi selepas sholat shubuh dia pasti akan muntah-muntah. padahal perutnya msih kosong. aku pikir itu asam lambung, aku mengajaknya ke dokter untuk periksa tapi bukan Mas Fagan jika tidak keras kepala. Laki-laki itu tegas menolak dan mengatakan akan segera membaik jika aku memanjakannya. Ada-ada saja suamiku ini. Memang ada penyakit yang sembuh hanya dengan dimanjakan? Pagi ini kondisinya semakin membuatku khawatir. Sejak pagi intensitas muntahnya makin sering sampai-sampai membuat tubuh kekarnya itu lemas.Dan sekarang hanya bisa berbaring di atas tempat tidur sambil memelukku. Tak sedetikpun aku di izinkan jauh darinya. Bahkan untuk sarapan aku sampai merepotkan Bi Sarti untuk mengantar ke kamar. Tak berhenti berdrama, sarapan pun aku harus membujuknya seperti anak kecil. Ya Alloh...... Mas. Melihatnya seperti ini membuatku teringat kondisiku ketika aku hamil anak pertama kami dulu. Saat itu aku begitu manja dan malas untuk

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   prioritas.

    Pov Meizura. Setelah hari ke tujuh kematian Ardiaz, aku dan Mas Fagan kembali pulang ke rumah Eyang. Jakarta kota yang panas dan sangat bising membuatku tidak betah berlama-lama di sana. Bunda dan Mbak Zahra sangat sedih ketika kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Eyang. Bunda berusaha membujukku untuk tetap tinggal namun aku menolak. Rasanya masih belum nyaman untuk bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan masa laluku dan Mas Fagan. Dua hari yang lalu kami pulang dengan diantar Bunda. Beliau menginap satu hari sebelum kembali pulang karena harus mengurus Azqiara yang masih sekolah. Adik sambungku itu masih butuh pengawasan di usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Bunda dan Papa tidak oleh teledor mengingat pergaulan sekarang yang yang begitu bebas. Malam ini kulihat Mas Fagan nampak gelisah. Sejak tadi dia banyak melamun. Sama seperti saat ini, dengan bertelanjang dada, duduk melamun dengan laptop di pangkuannya.Setelah satu jam yang lalu pria jangkung

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status