Share

Penolong

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-05 23:35:00

"Astaga, Mbak!" pekiknya sambil berlari lalu menaiki ranjang. "Mbak ditampar Kak Fagan? Leher Mbak juga kenapa merah, berdarah lagi?" Adiba nampak shock melihat keadaanku.

"Hemmm... bisa tolong ambilkan minum! Tenggorokanku rasanya sangat kering."

Adiba langsung berlari keluar kamar, setelah lima menit ia kembali dengan sebotol air mineral.

"Minum dulu, Mbak."

Aku tersenyum. Sepupu Mas Fagan ini memang sangat baik dan sayang padaku.

"Makasih," ucapku pelan.

"Aku tidak menyangka Mas Fagan tega melakukan ini sama kamu Mbak." Wajah Adiba kini terlihat sedih dengan mata yang sudah berair.

Aku menggelengkan kepala. "Jangan menangis, atau aku juga akan menangis."

Jujur, hatiku sangat sakit. Selama ini, aku mengorbankan cita-cita dan keinginanku demi menjadi seorang istri yang baik dan penurut untuknya. Namun, apa yang kini aku dapatkan? Rasa sakit.

'Tidak hanya hatiku, tubuhku pun kamu lukai, Mas.' batinku.

"Aku tidak menangis, jadi Mbak juga jangan menangis." Adiba berucap sambil mengusap kasar kedua matanya. "Sekarang apa rencana kamu, Mbak?"

"Entahlah, aku masih bingung?" jawabku sedikit linglung.

"Bagaimana kalau aku antar Mbak pulang ke rumah Om Furqon? Aku yakin Om Furqon akan membelamu setelah melihat keadaan Mbak kayak gini," ucap Adiba yakin.

Aku menggeleng pelan. "Aku tidak yakin."

"Kenapa gak yakin? Menurutku, Om Furqon pasti tidak akan rela anaknya di sakiti sampai kayak gini."

"Mungkin, kamu benar jika ini terjadi sama Mbak Zahra atau Santika. Berbeda denganku, bisa saja Papa malah membela Mas Fagan dan menyalahkan aku karena aku sudah melanggar larangan Mas Fagan dengan menemui Mayang."

Aku memejamkan mata sejenak mengingat kejadian yang sudah berlalu. Dulu, saat aku masih duduk di bangku sekolah, Papa pernah memukuliku dengan gagang sapu sampai membuat tangan dan kakiku memar dan kebiruan.

Tak hanya itu, Papa juga menamparku beberapa kali sampai wajahku bengkak sampai berhari-hari. Jika bukan karena Eyang, mungkin aku akan mati karena kekesalan pria yang berstatus ayah kandungku itu.

Itulah alasannya kenapa Eyang tidak mengizinkan papa membawaku ke ibu kota. Mungkinkah sekarang dia akan membelaku?

"Masa sih Mbak?" Suara Adiba membuyarkan lamuananku.

"Dulu Papa pernah marah besar dan memukuliku sampai babak belur karena aku mendorong istrinya sampai jatuh ke dalam kolam ikan dekat rumah Eyang," ceritaku yang langsung membuat Adiba melongo.

"Hah...yang benar? Mbak Zura nakal juga, ya!" Adiba pun tertawa kecil.

Ya, aku yang sebenarnya bukanlah gadis yang penurut dan ceria. Namun demi Eyang aku harus berpura-pura menjadi gadis manis yang baik dan selalu tersenyum agar Papa tidak membawaku tinggal bersamanya.

"Jika sampai mereka tahu keadaanku, yang ada Eyang akan kaget dan merasa bersalah karena dulu beliau yang memaksaku menikahi Mas Fagan."

"Kalau begitu pergilah Mbak, jangan lagi menghabiskan hidupmu untuk orang yang sudah menipu dan menyakitimu! Seumur hidup terlalu lama untuk dihabiskan dengan orang yang salah," ucap Adiba menirukan ucapanku dulu saat dia terpuruk karena batal bertunangan dengan mantan kekasihnya.

"Haruskah aku pergi? Bagaimana dengan Eyang?"

Adiba memegang pundakku lalu menatapku lekat, "Cintamu sudah dikhianati, untuk apa lagi kamu bertahan? Eyang Farida pasti akan mengerti,"

"Mungkin kamu benar. Tadi Mas Fagan sempat mengancamku, katanya jika aku memilih bercerai lebih baik dia membunuhku."

"Astaga..... Sepertinya Kak Fagan sudah gila, dia terobsesi dengan dendamnya ke Kak Ardiaz. Padahal Kak Ardiaz sudah mengakui kesalahannya. Dia bahkan memilih pergi keluar negeri demi keutuhan rumah tangga Mbak dan Mas Fagan."

"Tunggu, Maksud kamu Ardiaz pergi keluar negeri bukan untuk melanjutkan kuliah S2-nya?"

"Bukan." Adiba menggelengkan kepalanya cepat. "Saat itu, aku lihat Mas Ardiaz berlutut di depan Kak Fagan. Kalau gak salah dengar, dia berjanji akan menjauh dari Mbak. Setelah itu, Kak Fagan menyuruhnya pergi."

"Kapan itu?"

"Saat Mbak keguguran, kejadiannya di rumah sakit."

Tujuh bulan lalu, hari itu aku merasa ada yang aneh dengan perutku. Setelah minum vitamin yang dibelikan Mas Fagan, tiba-tiba perutku terasa nyeri. Saat aku mengeluh Mas Fagan menyuruhku untuk istirahat saja.

Hari itu Mas Fagan ada meeting penting yang tidak bisa di tinggalkan. Dia janji akan pulang saat makan siang dan mengantarku ke rumah sakit untuk memeriksakan kandunganku yang saat itu baru menginjak empat bulan.

Namun sebelum jam makan siang rasa sakit di perutku semakin menjadi. Aku berusaha menelponnya tapi tidak diangkat. Karena tidak tahan aku meminta Art di rumah mengantarku ke rumah sakit.

Begitu keluar rumah, aku mengalami pendarahan. Tepat di saat aku hampir pingsan tiba-tiba Ardiaz keluar dari mobil dan berlari ke arahku. Aku masih ingat betul wajah paniknya.

"Saat itu aku pikir dia khawatir karena kami sudah akrab sebelum aku menikah dengan Mas Fagan."

"Aku juga gak yakin kalau Kak Ardiaz suka sama Mbak, sampai aku lihat sendiri dia berlutut dan menangis di depan Mas Fagan." Adiba menimpali ucapanku.

"Ah... aku juga gak yakin," ucapku cuek.

"Sudah gak usah dibahas dulu, sekarang kita ke rumah sakit. Mbak harus diobati," ucapnya,

"Aku juga mau visum."

"Visum?" Gadis itu mengerutkan dahinya. "Mau buat laporan?"

"No. Hanya jaga-jaga saja. Setidaknya, aku punya bukti yang kuat jika nanti ingin bercerai."

"Mau bukti yang kuat?" Gadis berlesung pipi itu mengotak atik ponselnya. "Lihat ke sini!" perintahnya dengan mengarahkan kamera ponselnya padaku.

"Foto?" tanyaku bingung tapi tetap mengikuti perintahnya.

"Dari depan, samping... Tunggu,,, leher bagian belakang," gumamnya sambil mengambil fotoku. "Sekarang, videonya harus perlihatkan kamarnya juga,"

"Rekam dari arah sana, perlihatkan jendela dan pintu balkon." Aku memberinya arahan.

Harus ada satu titik yang menunjukkan aku berada di kamar Mas Fagan.

"Sudah sekarang ayo ke rumah sakit sebelum Kak Fagan balik," ucap Adiba sambil memasukkan ponselnya ke dalam tasnya lalu membantuku turun dari ranjang.

Di rumah ini memang tidak ada pembantu yang menginap. Mereka hanya datang setiap pagi untuk bersih-bersih dan mencuci pakaian. Untuk tukang kebun hanya datang seminggu sekali.

Kami tidak membutuhkan security karena perumahan ini memiliki satpam sendiri di setiap blok. Layaknya perumahan elit lainnya, hanya orang-orang tertentu saja yang di izinkan masuk.

*******

"Pakai masker!" Adiba melempar masker yang kurasa bekas pakainya.

"Siang, Pak..." sapa Adiba setelah membuka kaca mobil saat melewati pos security.

"Siang, Mbak. Siang Bu Fagan..." balas Security menyapa aku dan Adiba.

"Sepertinya, Kak Fagan terlalu panik sampai tidak berpesan sama security. Apa mungkin malah berpikir Mbak sudah mati?" ucap Adiba sambil menolehku sebentar.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya yang asal.

"Dia tahu aku masih hidup. Dia sempat menepuk-nepuk pipiku cukup keras sampai aku tersadar." Ada rasa nyeri saat aku mengucapkan kalimat itu.

'Sadar Meizura... Hatimu telah ditipu! Cinta dan ketulusanmu dipermainkan,' bisik hatiku.

Saat aku akan diam. Tapi lihat nanti Fagan Zio Rafiandra, aku pasti akan membuatmu menyesal telah melakukan ini padaku.

🍂🍂

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
fagan suami yg arogan
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
mungkin vitamin itu obat penggugur jandungan.. kalau benar begitu Fagan sungguh iblis berwujud manusia
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kirain tau apa yg mau dilakukan setelah sekarat dihajar. ternyata msh tolol dan gede bacot aja. untung ada zahra. si zura cuma bisa menantang dan mengangkang tapi g cukup punya kecerdasan utk bertindak. lebih bodoh dari binatang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Tujuh bulanan.

    Tak terasa kehamilanku sudah menginjak tujuh bulan. Dan hari ini akan diadakan tasyakuran tujuh bulanan calon anak kami. Aku begitu bahagia juga berdebar-debar menunggu hari kelahiran anak kami yang tinggal dua bulan lagi. Bukan tanpa alasan aku merasakan kegelisahan ini, dua kehamilanku sebelumnya tidak pernah sampai menginjak bulan ke tujuh. Mas Fagan yang nampak tenang pun sempat takut dan overprotective begitu Kehamilanku menginjak bulan kelima. Bulan dimana dua calon anak kami gugur dan kembali ke pangkuan ilahi tanpa sempat kami dekap. "Hati-hati jalannya, Sayang, jangan buru-buru! Tamunya juga gak akan pergi kok," tegur Mas Fagan saat aku buru-buru ke depan saat mendengar kedatangan Zaskia. "Iya, Mas, ini jalanya sudah pelan kok." Aku Memperlambat jalanku. Disamping karena teguran Mas Fagan juga karena tanganku yang di pegangnya. Pelan tapi pasti hubungan Papa dengan Papa mertuaku pun membaik. Di hari yang kaya orang Jawa di sebut tingkepan ini, keluarga besar kami benar-b

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Hidup yang penuh warna.

    Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Perlahan zemuanya mulai membaik. Hari- hariku terasa penuh warna. Tidka lagi monoton dan penuh sandiwara.Hpir setiap pagi aku terbangun oleh suara Mas Fagan yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi. Suara cukup keras sampai membuat seisi rumah terbangun tepat jam tiga pagi Ya, diambil baiknya saja, mungkin calon anak kami ingin orang tuanya beribadah di sepertiga malam. Dan anehnya, mual Mas Fagan akan hilang setelah kami berdua mengambil air wudhu untuk sholat sunah.Dan mualnya akan kembali setelah selesai sholat shubuh. Bukanlah itu pertanda. Anak kami pasti akan jadi anak sholeh nantinya.Meski begitu tersiksa dengan mual dan nyidam yang tiba-tiba saja dirasakannya. Namun tak sekalipun suamiku itu mengeluh atau menyalahkan kehamilanku. Mas Fagan begitu sabar dan ikhlas menjalani perannya. Ia bahkan selalu mengunci kamar mandi setiap kali muntah, takut aku menyusul masuk ke dalam katanya. "Sudah di atas ranjang saja, jangan ikut masu

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ternyata sudah 4 minggu.

    Malamnya suster Erina langsung datang ke rumah bersama seorang bidan setelah siangnya mendapatkan telpon dari Mas Fagan. Perempuan berwajah tegas itu datang dengan membawa alat-alat medis yang tidak semuanya aku tahu namanya. Suster Erina dan dua orang perawat laki-laki menata alat-alat medis atas intruksi snag Bidan. Ya Alloh.... kenapa aku merasa akan menjadi pasien di rumahku sendiri. Aku hanya sedang hamil bukan habis kecelakaan dan sedang koma. Saat ini aku duduk bersandar di atas ranjang dengan Mas Fagan yang setia menemani sambil menggenggam satu tanganku. "Zenia, dengerin Sus, beliau ini teman Sus, namanya Bidan Hana. Dia akan memeriksa kondisimu. Jangan menolak!" Belum apa-apa Suster Erina sudah memberiku peringatan. Meski nadanya dibuat lembut tapi tatapannya itu tatapan tak ingin dibantah. Wanita ini bahkan lebih tegas dari Papa dan Mas Fagan. Aku mengangguk penuh kepasrahan. Sepatah kata penolakan dariku akan berbuntut panjang dan membuatku harus menjalani terapi len

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kabar gembira

    Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan kami sudah sampai di pelataran sebuah klinik terdekat dari rumah. Dengan dipegangi pak sopir di sisi kanan Mas Fagan dan aku di sisi kirinya. Kami turun dan menuju kursi tunggu. Sedangkan Bi Sarti lebih dulu turun dan langsung mendaftar di tempat pendaftaran. Di siang hari yang terik seperti saat ini suasana klinik yang nampak lengang, mungkin orang-orang lebih memilih datang di sore hari saat udara lebih sejuk. Hanya ada dua orang pasien yang menunggu antrian. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya namaku di panggil. Aku sedikit bingung, yang sakit Mas Fagan kenapa Bibi mendaftarkan namaku. "Sayang.... ini klinik bersalin tentu saja nama kamu yang di daftarkan Bibi." ujar Mas Fagan merangkulku lalu mengelus lembut lenganku.Lama-lama Mas Fagan sudah seperti Suster Erina yang bisa membaca isi hatiku. Dan sikapnya lembutnya selalu sukses membuat hatiku bergetar dan semakin merasa bergantung padanya. Kami pun akhirnya masuk dengan

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Sakit.

    Beberapa hari ini Mas Fagan kurang enak badan. Setiap pagi selepas sholat shubuh dia pasti akan muntah-muntah. padahal perutnya msih kosong. aku pikir itu asam lambung, aku mengajaknya ke dokter untuk periksa tapi bukan Mas Fagan jika tidak keras kepala. Laki-laki itu tegas menolak dan mengatakan akan segera membaik jika aku memanjakannya. Ada-ada saja suamiku ini. Memang ada penyakit yang sembuh hanya dengan dimanjakan? Pagi ini kondisinya semakin membuatku khawatir. Sejak pagi intensitas muntahnya makin sering sampai-sampai membuat tubuh kekarnya itu lemas.Dan sekarang hanya bisa berbaring di atas tempat tidur sambil memelukku. Tak sedetikpun aku di izinkan jauh darinya. Bahkan untuk sarapan aku sampai merepotkan Bi Sarti untuk mengantar ke kamar. Tak berhenti berdrama, sarapan pun aku harus membujuknya seperti anak kecil. Ya Alloh...... Mas. Melihatnya seperti ini membuatku teringat kondisiku ketika aku hamil anak pertama kami dulu. Saat itu aku begitu manja dan malas untuk

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   prioritas.

    Pov Meizura. Setelah hari ke tujuh kematian Ardiaz, aku dan Mas Fagan kembali pulang ke rumah Eyang. Jakarta kota yang panas dan sangat bising membuatku tidak betah berlama-lama di sana. Bunda dan Mbak Zahra sangat sedih ketika kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Eyang. Bunda berusaha membujukku untuk tetap tinggal namun aku menolak. Rasanya masih belum nyaman untuk bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan masa laluku dan Mas Fagan. Dua hari yang lalu kami pulang dengan diantar Bunda. Beliau menginap satu hari sebelum kembali pulang karena harus mengurus Azqiara yang masih sekolah. Adik sambungku itu masih butuh pengawasan di usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Bunda dan Papa tidak oleh teledor mengingat pergaulan sekarang yang yang begitu bebas. Malam ini kulihat Mas Fagan nampak gelisah. Sejak tadi dia banyak melamun. Sama seperti saat ini, dengan bertelanjang dada, duduk melamun dengan laptop di pangkuannya.Setelah satu jam yang lalu pria jangkung

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status