Share

Pulang [Author POV]

Sudah dua hari ini Meizura tinggal di rumah Zaskia. Ponselnya tak berhenti berdering sejak semalam. Hanya ketika ponselnya itu kehabisan daya baru panggilan masuk dari nomor Fagan berhenti.

Semalaman Fagan menelpon dan mengirim pesan berisi ancaman jika Meizura tidak segera pulang. Pri itu sepertinya mengira jika Meizura akan pergi menyusul Ardiaz ke luar negeri.

[Pulang! Kamu masih istriku. Patuhlah atau kamu tahu apa yang bisa aku lakukan.]

[Pulang!!! Lihat apa yang aku lakukan!]

Pesan Fagan kini disertai foto sebuah paspor dibakar.

[Cepat pulang! Jangan menguji kesabaranku!]

Beberapa isi pesan yang Fagan kirim ke ponsel Meizura. Namun, tak sedikit pun wanita berambut panjang itu ingin membalasnya. Saat ini yang dia inginkan hanya ketenangan.

"Pria itu gak capek apa telponin kamu mulu?" Zaskia mengambil duduk di sebelah Meizura.

"Dendam sudah menutup matanya sampai membuatnya tak memliki rasa lelah dan bosan," jawab Meizura masih dengan menatap layar televisi.

"Lalu apa rencanamu?"

"Aku akan meminta cerai secara baik-baik. Untuk sementara, aku akan merahasiakan masalah ini dari Eyang sampai ketemu waktu yang tepat aku akan menceritakannya," jawab Meizura tenang.

"Kamu yakin Fagan bersedia cerai secara baik-baik? Dilihat dari pertengkaran kalian kemarin saja, sudah bisa dipastikan pria sombong itu pasti akan menolak."

Meizura menarik nafas panjang. "Kamu memang benar. Sepertinya, dia berpikir jika aku akan menjalin hubungan dengan Ardiaz begitu kami berpisah."

Zaskia menoleh. "Apa mungkin dia sebenarnya mencintaimu?"

'Mencintaiku? Tidak mungkin!!' Meizura membatin. Mengingat apa yang telah dilakukan pria itu pada dirinya, pemikiran itu ditepisnya jauh-jauh. " Tidak mungkin. Dia hanya tidak mau menanggung rasa malu untuk kedua kalinya."

Zaskia mengangguk-anggukkan kepalanya, "Mungkin, kamu benar. Tak peduli dia cinta kamu atau tidak, asalkan kamu tidak mencintainya, aku bisa tenang."

"Hemm...." Meizura mengangguk lalu tersenyum tipis. Mulut boleh berbohong, tapi hatinya mengakui ada rasa cinta yang sudah tumbuh di hatinya untuk seorang Fagan Zio Rafiandra.

Drrtttt!

Kembali ponsel Meizura berdering, namun kali ini nada dering nya berbeda. "Mbak Zahra... Jangan-jangan.."

"Cepat angkat! Mungkin penting?"

[Halo Meizura? Kamu di mana?] Suara Zahra terdengar panik dan khawatir begitu panggilan diangkat.

[Ada apa Mbak?] tanya balik Meizura dengan kening yang berkerut. .

[Kamu bertengkar dengan Fagan? Sekarang, dia di rumah. Pulanglah! Jelaskan ada masalah apa? Jangan sampai Papa menemui Eyang.]

Mata Meizura membulat. Ternyata, Fagan menemui papanya. Pria itu benar-benar menyulut amarah Meizura.

"Ada apa?" tanya Zaskia melihat Meizura mengeratkan giginya. Zaskia hafal sekali dengan ekspresi marah sahabatnya itu.

[Suruh dia pulang atau aku sendiri yang akan menyeretnya pulang!!!!]

Suara papanya terdengar penuh amarah.

Kini Zahra membujuknya dengan berbisik. [Kamu dengar Papa marah besar? Cepatlah pulang bicarakan baik-baik. Aku percaya kamu punya alasan. Aku akan membelamu, tapi sekarang pulanglah dulu. Jangan libatkan Eyang.] 

[Iya, aku akan datang. Dua jam dari sekarang aku akan sampai.]

Meizura memutuskan panggilan suara dengan kakak perempuannya itu. Jika sudah membawa nama Eyangnya, wanita itu tidak akan menolak.

"Kamu mau pulang?" Zaskia terlihat khawatir. "Biar aku antar."

"Kapan kamu balik?" Bukannya menjawab, Meizura malah balik bertanya.

"Hah? Tiga hari lagi." Zaskia sedikit bingung.

"Baiklah. Antarkan aku tapi jangan ikut masuk. Mereka tidak boleh tahu jika kamu yang mengantarku. Sepertinya, rencanaku tidak akan berjalan lancar."

Zaskia langsung mengangguk. Wanita itu tidak lagi bertanya. Meizura orang yang keras kepala, tapi penuh perhitungan. Dia tidak akan mengambil keputusan tanpa memikirkannya lebih dulu.

Segera mereka berangkat menuju rumah Furqon dengan menggunakan mobil Zaskia.

Sepanjang jalan, Meizura sibuk dengan ponselnya. Terlihat dia mengirim banyak pesan pada Adiba.

"Kamu sedang apa?" tanya Zaskia melirik Meizura yang sedang menulis di balik ujung kemeja bajunya.

"Fokus menyetir! Jangan sampai kita mati konyol karena rasa penasaranmu," jawab Meizura sembari sibuk menulis beberapa nomor telpon di ujung kemejanya.

"Ck.... aku cuma tanya sayang...." sahut Zaskia.

Meizura menghela napas. "Aku sedang mempersiapkan kemungkinan terburuk."

"Kamu memang tidak mengecewakan. Aku yakin kamu pasti bisa. Tulis nomorku dengan jelas!" puji Zaskia.

"Pasti."

🍂🍂🍂

Jalanan sedikit macet membuat kedatangan Meizura mundur dari perkiraan. Sepanjang perjalanan sudah tiga kali Zahra menelpon. Kakak kandung Meizura itu takut jika adiknya mengurungkan niatnya untuk pulang. Sedangkan di rumah papanya sudah mengamuk dan hendak menelpon Eyangnya untuk memaksa Meizura pulang.

[Iya Mbak, ini aku sudah masuk kompleks perumahan. Lima menit lagi aku sampai,] pungkas Meizura sebelum menutup telpon Zahra yang ke empat kalinya.

"Astaga mereka gak sabaran banget," gerutu Zaskia.

"Berhenti di sini!" Meizura memberi perintah ketika mereka sampai di perempatan menuju gang rumah papanya. "Segera kamu pergi. Jangan sampai ada yang melihatmu. Tidak ada yang boleh tahu kita masih berhubungan," sambungnya sembari melingkarkan syal di lehernya untuk menutupi luka bekas cekikan tangan Fagan.

Untuk saat ini dia tidak ingin menggunakan bekas luka di lehernya. Ada saatnya nanti dia akan menggunakannya untuk menghancurkan Fagan.

"Ingat kalau ada apa-apa aku harus jadi orang pertama yang kamu hubungi." Zaskia menahan lengan sahabatnya.

"Pasti. Makasih," jawab Meizura lalu membuka pintu mobil dan keluar.

Ditariknya nafas panjang lalu berjalan menuju rumah paling besar di gang itu. Seorang pria berbaju security langsung membukakan pintu gerbang begitumelihat anak kedua majikannya datang.

"Makasih," ucap Meizura pada pak satpam, "rumah mewah yang menyedihkan."

Meizura kini menghentikan langkah kakinya sejenak menatap rumah megah milik papanya.

Dengan ekspresi tenang, perempuan itu melangkah memasuki ruang tamu. Sudah ada empat orang yang sudah menunggunya dengan wajah tegang--Furqon, Sarah, Zahra dan Fagan.

Zahra langsung berlari mendekat begitu Meizura masuk.

"Astaga muka kamu?!" pekik Zahra melihat bekas memar di wajah sang adik. "Apa yang sudah Fagan lakukan....?

"Zahra kembali duduk di tempatmu!" Suara tegas Furgon tiba-tiba terdengar. "Adikmu itu memang pantas dipukul! Dari dulu, dia memang susah diatur!"

Duar.......

Kalimat Furqon bak bom atom yang meluluhlantakkan hati Meizura. Seorang ayah rela anaknya dipukul? Ayah macam apa itu?

Satu sudut bibir Meizura tertarik, sebuah senyum sinis menghiasi wajah dingin wanita cantik itu. "Papa benar. Aku tidak suka diatur. Jadi jangan ada yang mengaturku," sahut Meizura, "Aku ingin bercerai!"

🍂🍂🍂

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Diar Pagar alam
kok sekarang susah ya buat dapat koin
goodnovel comment avatar
En Ti
aku GK punya koin ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status