Share

Tamparan pertama.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2023-04-05 23:34:34

Mas Fagan berdiri dengan kemeja biru muda yang tadi pagi kusiapkan. Namun, kemeja itu sekarang terlihat sedikit kusut dengan lengan bajunya di tarik ke atas sampai siku dan jas abu-abunya juga entah kemana.

Dengan sorot mata tajam dan dingin dia berjalan kearahku. Spontan aku mengerutkan dahi melihat tatapan tajamnya yang selama ini tak pernah aku lihat sebelumnya.

"Dari mana kamu?" bentaknya "Kamu menemui wanita itu?" sambungnya dengan nada yang tak kalah dingin dengan tatapannya.

"Meizura, jawab pertanyaanku!! Apa kamu menemui wanita itu?" sentaknya yang membuatku berjingkat kaget.

"Iya."

Seketika wajah dan telinganya memerah. "Bukankah aku sudah melarangmu? Beraninya kamu melanggar laranganku!" geramnya dengan suara tertahan.

Ini kali kedua aku melihatnya semarah ini. Pertama ketika dia sedang bertengkar dengan salah satu sepupunya yang istrinya menggosipkan aku sebagai perebut Mas Fagan dari mantan kekasihnya dan inilah yang kedua.

"Kenapa kamu tidak ingin aku bertemu dengannya?" tanyaku dengan ekspresi tak kalah dingin.

Seketika matanya memindai wajah dan reaksiku yang mungkin membuatnya bingung. Istri yang penurut dan ceria adalah topeng yang selama ini aku pasang di depannya dan semua orang.

"Kamu?" bentaknya keras, "perbaiki panggilanmu juga tatapanmu padaku."

Sontak saja aku menutup mata karena kaget. Setengah mati aku tahan getaran di tangan dan kakiku karena menahan emosi yang juga ingin meledak di dadaku. Sebisa mungkin aku berusaha untuk tenang.

Masih dengan posisi duduk, aku mendongak menantangnya dengan tatapan tatapan tajamku. "Kenapa?"

Mas Fagan terlihat kaget, pria itu terdiam dan tatapannya melunak. Perlahan tangannya terulur ke depan wajahku.

"Tidak aku izinkan kamu menyentuhku lagi!! Dan jawab kenapa kamu tidak ingin aku bertemu Mayang? Dia mantan kekasihmu yang ketahuan hamil satu hari sebelum pernikahan kalian kan?" ucapku berani, "Karena dia, aku terseret dalam arus cinta segitiga kalian."

Tangan Mas Fagan masih mengambang di depan wajahku. Matanya melebar kaget. "Apa yang dia katakan?"

"Apa yang kamu sembunyikan?" sahutku cepat.

Satu alisnya terangkat. "Katakan!" ucapnya sambil menarik kembali tangannya.

Kuhela nafas panjang, "Mantan kekasihmu yang sekarang lagi sekarat karena penyakit HIV itu, memintaku datang untuk pengakuan dosanya. Apa kamu juga tidak mau melakukan pengakuan dosa? Katakan sekarang mungkin aku masih bisa memaafkanmu," ucapku masih dengan tatapan dingin.

Mas Fagan tersenyum remeh, "Aku tak punya dosa padamu."

Sontak rasa panas menjalar memenuhi setiap relung di dalam dadaku, hingga membuatku tak bisa lagi menahannya. Aku berdiri, kuambil satu gelas yang tadi pagi aku tata di tengah meja makan.

Pyarr.....

Kubanting benda yang yang terbuat dari kaca itu hingga hancur berkeping-keping. Lantas kumiringkan kepalaku menatapnya. Seketika ekspresi kaget kembali muncul di wajah Mas Fagan.

"A pa yang ka....." Pria itu mendadak gagap.

"Kamu sengaja mendaftarkan pernikahan siri kita karena ingin menyakiti Ardiaz, kan? Kamu menjadikan aku istri untuk membalas dendam pada adikmu itu? Apa salahku harus terjebak dalam perseteruan KALIAN!!!" teriakku di akhir kalimat.

Mas Fagan terperanga, matanya melebar dan tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Anak yang dikandung mayang itu anak Ardiaz, tapi karena malu, keluarga kalian memaksanya untuk aborsi." Aku tersenyum sinis. "Tak kusangka, keluarga terhormat seperti kalian punya borok busuk yang sengaja kalian tutupi dengan mengorbankan aku. Memalukan," cibirku.

Plak......

Brughhh.....

Tiba-tiba rasa pening bercampur panas menjalar di sebagian wajahku. Telapak tangan besar Mas Fagan mendarat tepat di sebelah kiri wajahku, hingga membuatku tersungkur di lantai. Untuk pertama kalinya, dia menamparku.

Rasa pusing dan kebas mulai terasa di satu sisi wajahku. Lalu diikuti rasa perih di telapak tangan dan lututku karena terkena pecahan kaca.

"Jangan asal bicara jika kamu tidak tahu apa-apa?" Suaranya terdengar dingin dan bergetar. "Renungkan kesalahanmu!" pungkasnya sebelum pergi tanpa berniat membantuku bangun.

Sakit.... hatiku sangat sakit.

Kini aku mendengar pintu tertutup dengan kasar.

"Ishh...." Aku mendesis merasakan perih di telapak tangan, siku serta lututku.

Aku terjatuh tepat di atas pecahan gelas yang aku banting. Darah segar mengalir cukup banyak dari telapak tanganku.

Segera aku bangun dan mengambil sapu, kubersihkan dulu bekas pecahan itu sebelum naik ke kamarku di lantai atas. Aku memutuskan untuk mandi.

Selesai mandi, kusimpan kemeja yang tadi aku pakai. Aku rasa bekas robekan dan darah di kemeja maroon ini, nantinya bisa membantuku. Aku menyimpannya di dalam koper milikku yang ada di sebelah almari pojok kamar.

"Mas Fagan tidak akan memeriksa koper," lirihku meyakinkan diri sendiri.

Setelah selesai mengobati luka di tangan dan lutut, aku pun memutuskan tidur sejenak untuk memulihkan tenaga jika nanti harus kembali berdebat dengan Mas Fagan setelah laki-laki itu pulang.

🍂🍂🍂

Aku tertidur nyenyak sampai sebuah usapan diiringi kecupan benda kenyal mengusik tidurku.

Rasanya seperti ada sebuah benda keras dan kekar sedang menindihku. Perlahan kubuka mataku dan aku cukup kaget melihat siapa yang sekarang mengukung dan menciumiku.

Mas Fagan, laki-laki yang baru saja menampar dan membuat beberapa tubuhku terluka.

"A--apa yang sedang kamu lakukan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
jess
aku kok gak nemukan alasan meizura hrs marah2. Adira perempuan tukang selingkuh kenapa mesti dipercaya. Apa iya masih pantas dicintai ?
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu masih bertahan dg suami kayak gitu berarti kamu wanita g waras. udah tau keluarga suami bobrok koq msh bertahan. semoga jgn jadi istri tolol dan menye2
goodnovel comment avatar
ahmad shaifu
hehe .... luka nyata dan kedukaan wanita perlu diubati
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Tujuh bulanan.

    Tak terasa kehamilanku sudah menginjak tujuh bulan. Dan hari ini akan diadakan tasyakuran tujuh bulanan calon anak kami. Aku begitu bahagia juga berdebar-debar menunggu hari kelahiran anak kami yang tinggal dua bulan lagi. Bukan tanpa alasan aku merasakan kegelisahan ini, dua kehamilanku sebelumnya tidak pernah sampai menginjak bulan ke tujuh. Mas Fagan yang nampak tenang pun sempat takut dan overprotective begitu Kehamilanku menginjak bulan kelima. Bulan dimana dua calon anak kami gugur dan kembali ke pangkuan ilahi tanpa sempat kami dekap. "Hati-hati jalannya, Sayang, jangan buru-buru! Tamunya juga gak akan pergi kok," tegur Mas Fagan saat aku buru-buru ke depan saat mendengar kedatangan Zaskia. "Iya, Mas, ini jalanya sudah pelan kok." Aku Memperlambat jalanku. Disamping karena teguran Mas Fagan juga karena tanganku yang di pegangnya. Pelan tapi pasti hubungan Papa dengan Papa mertuaku pun membaik. Di hari yang kaya orang Jawa di sebut tingkepan ini, keluarga besar kami benar-b

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Hidup yang penuh warna.

    Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Perlahan zemuanya mulai membaik. Hari- hariku terasa penuh warna. Tidka lagi monoton dan penuh sandiwara.Hpir setiap pagi aku terbangun oleh suara Mas Fagan yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi. Suara cukup keras sampai membuat seisi rumah terbangun tepat jam tiga pagi Ya, diambil baiknya saja, mungkin calon anak kami ingin orang tuanya beribadah di sepertiga malam. Dan anehnya, mual Mas Fagan akan hilang setelah kami berdua mengambil air wudhu untuk sholat sunah.Dan mualnya akan kembali setelah selesai sholat shubuh. Bukanlah itu pertanda. Anak kami pasti akan jadi anak sholeh nantinya.Meski begitu tersiksa dengan mual dan nyidam yang tiba-tiba saja dirasakannya. Namun tak sekalipun suamiku itu mengeluh atau menyalahkan kehamilanku. Mas Fagan begitu sabar dan ikhlas menjalani perannya. Ia bahkan selalu mengunci kamar mandi setiap kali muntah, takut aku menyusul masuk ke dalam katanya. "Sudah di atas ranjang saja, jangan ikut masu

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ternyata sudah 4 minggu.

    Malamnya suster Erina langsung datang ke rumah bersama seorang bidan setelah siangnya mendapatkan telpon dari Mas Fagan. Perempuan berwajah tegas itu datang dengan membawa alat-alat medis yang tidak semuanya aku tahu namanya. Suster Erina dan dua orang perawat laki-laki menata alat-alat medis atas intruksi snag Bidan. Ya Alloh.... kenapa aku merasa akan menjadi pasien di rumahku sendiri. Aku hanya sedang hamil bukan habis kecelakaan dan sedang koma. Saat ini aku duduk bersandar di atas ranjang dengan Mas Fagan yang setia menemani sambil menggenggam satu tanganku. "Zenia, dengerin Sus, beliau ini teman Sus, namanya Bidan Hana. Dia akan memeriksa kondisimu. Jangan menolak!" Belum apa-apa Suster Erina sudah memberiku peringatan. Meski nadanya dibuat lembut tapi tatapannya itu tatapan tak ingin dibantah. Wanita ini bahkan lebih tegas dari Papa dan Mas Fagan. Aku mengangguk penuh kepasrahan. Sepatah kata penolakan dariku akan berbuntut panjang dan membuatku harus menjalani terapi len

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kabar gembira

    Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan kami sudah sampai di pelataran sebuah klinik terdekat dari rumah. Dengan dipegangi pak sopir di sisi kanan Mas Fagan dan aku di sisi kirinya. Kami turun dan menuju kursi tunggu. Sedangkan Bi Sarti lebih dulu turun dan langsung mendaftar di tempat pendaftaran. Di siang hari yang terik seperti saat ini suasana klinik yang nampak lengang, mungkin orang-orang lebih memilih datang di sore hari saat udara lebih sejuk. Hanya ada dua orang pasien yang menunggu antrian. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya namaku di panggil. Aku sedikit bingung, yang sakit Mas Fagan kenapa Bibi mendaftarkan namaku. "Sayang.... ini klinik bersalin tentu saja nama kamu yang di daftarkan Bibi." ujar Mas Fagan merangkulku lalu mengelus lembut lenganku.Lama-lama Mas Fagan sudah seperti Suster Erina yang bisa membaca isi hatiku. Dan sikapnya lembutnya selalu sukses membuat hatiku bergetar dan semakin merasa bergantung padanya. Kami pun akhirnya masuk dengan

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Sakit.

    Beberapa hari ini Mas Fagan kurang enak badan. Setiap pagi selepas sholat shubuh dia pasti akan muntah-muntah. padahal perutnya msih kosong. aku pikir itu asam lambung, aku mengajaknya ke dokter untuk periksa tapi bukan Mas Fagan jika tidak keras kepala. Laki-laki itu tegas menolak dan mengatakan akan segera membaik jika aku memanjakannya. Ada-ada saja suamiku ini. Memang ada penyakit yang sembuh hanya dengan dimanjakan? Pagi ini kondisinya semakin membuatku khawatir. Sejak pagi intensitas muntahnya makin sering sampai-sampai membuat tubuh kekarnya itu lemas.Dan sekarang hanya bisa berbaring di atas tempat tidur sambil memelukku. Tak sedetikpun aku di izinkan jauh darinya. Bahkan untuk sarapan aku sampai merepotkan Bi Sarti untuk mengantar ke kamar. Tak berhenti berdrama, sarapan pun aku harus membujuknya seperti anak kecil. Ya Alloh...... Mas. Melihatnya seperti ini membuatku teringat kondisiku ketika aku hamil anak pertama kami dulu. Saat itu aku begitu manja dan malas untuk

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   prioritas.

    Pov Meizura. Setelah hari ke tujuh kematian Ardiaz, aku dan Mas Fagan kembali pulang ke rumah Eyang. Jakarta kota yang panas dan sangat bising membuatku tidak betah berlama-lama di sana. Bunda dan Mbak Zahra sangat sedih ketika kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Eyang. Bunda berusaha membujukku untuk tetap tinggal namun aku menolak. Rasanya masih belum nyaman untuk bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan masa laluku dan Mas Fagan. Dua hari yang lalu kami pulang dengan diantar Bunda. Beliau menginap satu hari sebelum kembali pulang karena harus mengurus Azqiara yang masih sekolah. Adik sambungku itu masih butuh pengawasan di usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Bunda dan Papa tidak oleh teledor mengingat pergaulan sekarang yang yang begitu bebas. Malam ini kulihat Mas Fagan nampak gelisah. Sejak tadi dia banyak melamun. Sama seperti saat ini, dengan bertelanjang dada, duduk melamun dengan laptop di pangkuannya.Setelah satu jam yang lalu pria jangkung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status