Главная / Romansa / Dinikahi tapi Tak Dicintai / Kejutan yang tak diharapkan.

Share

Kejutan yang tak diharapkan.

Aвтор: iva dinata
last update Последнее обновление: 2023-04-05 23:34:24

Aku segera memesan taksi online begitu keluar dari kamar perawatan Mayang. Tak perlu menuggu lama, sebuah mobil berhenti setelah kami sampai di depan rumah sakit. Segera aku naik disusul Adiba setelah mengkonfirmasi pemesanan pada pak sopir.

Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam, nampak Adiba kebingungan dan khawatir. Mungkin dia takut akan di marahi Mas Fagan kalau sampai ketahuan jika dirinya yang mengantarku untuk bertemu Mayang.

Harusnya gadis ini tak perlu merasa takut, aku tidak akan memberitahu Mas Fagan. Aku tidak mungkin membuat Adiba terkena masalah. Dari semua kerabat dan sepupu Mas Fagan hanya Adiba yang paling dekat denganku dan aku juga menyayanginya seperti layaknya saudara kandung.

Mungkin karena umur kami yang tidak terpaut jauh sehingga aku dan Adiba sangat akrab dan kompak. Kurang 4 bulan lagi umurku genap 20 tahun dan Adiba baru sebulan lalu berumur 19 tahun. Jika bukan karena terpaksa menikah dengan Mas Fagan mungkin sekarang aku sedang sibuk dengan tugas kuliah.

Aku terpaksa berhenti kuliah karena harus ikut pindah ke ibukota bersama Mas Fagan. Jika dipikir-pikir memang benar apa yang di katakan Mayang, aku terlalu naif dan sok jadi pahlawan kesiangan.

Bodoh memang, sekarang aku menyesali keluguan dan kebodohan yang telah aku lakukan setahun yang lalu. Dengan polosnya aku bersedia menggantikan posisi Mayang, untuk berpura-pura menjadi pengantin dan duduk di pelaminan.

Nyatanya bukan hanya duduk di pelaminan saja seperti yang dijanjikan Mama Kinanti. Akan tetapi kami juga melaksanakan proses ijab qobul dalam pernikahan.

Saat itu aku sudah sempat menolak ketika akan dilakukan ijab qobul, tapi Mama Kinanti menyakinkan aku bahwa semua itu hanya pura-pura saja. Beliau mengatakan, 'Besok Fagan akan mengucapkan talak. Hanya akad saja, pernikahan tidak akan di daftarkan.'

Begitu bodohnya aku yang langsung percaya ucapan mama mertuaku itu. Kenyataannya Mas Fagan menolak untuk mengucapkan talak dan malah mendaftarkan pernikahan kami ke KUA dengan alasan hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya.

Mengingat kejadian itu dadaku terasa sesak dan hatiku sangat sakit. Kuhela nafas dalam untuk mengurangi sedikit rasa sesak yang kini mulai membuatku susah untuk bernafas.

Berkali-kali aku menghela nafas namun tak sedikitpun rasa sesak itu berkurang malah rasanya semakin berat dan meluruhlah tetes demi tetes air dari kedua belah mataku.

"Mbak,," panggil Adiba lirih sambil memelukku dari samping.

"Aku tidak akan menyebut namamu di depan Mas Fagan," kataku yang langsung membuat Adiba melepas pelukannya.

"Aku tidak takut dimarahi Kak Fagan. Apapun yang terjadi aku akan memihakmu." Adiba menatapku tegas. "Kak Fagan tidak pantas mendapatkan cintamu Mbak, berpisah saja darinya. Dan satu lagi yang harus Mbak ingat, aku siap membantu kapan saja. Jadi jangan takut!!!."

Kata-kata Adiba sedikit menghangatkan hatiku, setidaknya ada satu orang yang berada di pihakku.

Bukan tanpa alasan aku merasa khawatir, sikap Mas Fagan yang baik, perhatian dan sangat lembut membuatnya menjadi simbol suami idaman di mata semua orang terlebih di mata semua keluargaku.

Mana mungkin akan ada yang percaya ketika aku mengatakan semua keburukannya. Yang ada Papa akan menyalahkan aku jika sampai mendengar berita aku mengajukan gugatan perceraian.

Aku mendengus kasar, "Tidak akan ada yang percaya kalau Mas Fagan telah mempermainkan pernikahan kami."

"Memang benar. Semua orang akan membela Kak Fagan jika sampai Mbak meminta cerai. Satu-satunya cara adalah kabur," ucap Adiba serius.

Adiba benar. Sepertinya itu jalan terakhir yang akan aku tempuh. Namun sebelumnya aku akan mencari jalan damai dulu. Aku akan bicara baik-baik dengan Mas Fagan dan melihat responnya.

"Tapi Mbak,, apa Mbak gak kepikiran buat periksa? Melihat keadaan Mayang aku jadi ngeri Mbak. Mbak yakin Mas Fagan bersih?"

Maksudnya? Jangan-jangan....

"Apa Ardias positif?" Aku mulai merasa curiga.

Adiba terlihat bingung, antara ingin menjawab atau tidak. "Emmm,,,,," Gadis itu bergumam lalu mengangguk samar.

Deghhh.....

Lagi-lagi aku mendapatkan kejutan yang tak pernah aku harapkan hari ini.

Astaga..... Bisa-bisanya mereka semua menipuku mentah-mentah. Kebaikanku dan eyang mereka balas dengan kebohongan yang sangat menjijikkan.

"Kenapa gak bilang?" Aku sedikit menaikan volume suaraku.

"Kak, Fagan melarangku. Dia mewanti-wanti agar aku tidak membahas Kak Ardias di depanmu Mbak," jawab Adiba takut.

Ya Alloh..... Apa dosaku begitu banyak sampai aku harus menjalani semua ini?

"Mereka benar-benar keterlaluan. Bagaimana jika Eyang Sampai tahu tentang semua kebenaran ini?" Aku benar-benar frustasi.

"Aku gak berani cerita Mbak,, Kak Fagan mengancam akan memecat kakakku yang bekerja di perusahaan Om Firdaus. Mbak kan tahu, meski Mas Fagan punya perusahaan sendiri tapi di perusahaan Om Firdaus sahamnya paling gede."

Aku tidak bisa menyalahkan Adiba, posisinya juga serba salah. Di satu sisi ia tidak ingin saudara kehilangan pekerjaan tapi di sisi lain ia terpaksa harus membohongiku yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri.

"Maaf ya Mbak,,," sesalnya sambil menangis.

"Sudah,,, gak papa." Aku memeluknya erat, untuk saat ini dialah satu-satunya orang yang memihakku, juga orang yang bersedia membantuku.

"Kita lihat apa yang akan dikatakan Mas Fagan saat aku mengkonfirmasi kebenaran yang disampaikan Mayang."

"Tapi sebaiknya Mbak juga periksa dulu untuk jaga-jaga. Bukan mendoakan buruk tapi lebih baik mengetahui lebih awal dari pada terlambat." Adiba memberi saran.

Adiba benar, aku harus memeriksakan diri sebelum terlambat. "Kamu tahu aku harus periksa di mana?"

"Tahu, di rumah sakit umum. Ada bagian khusus yang melayani penderita penyakit itu." jawab Adiba yakin. "Aku siap mengantar. Cari saja waktu yang tepat."

"Oke. Sekarang, aku akan memikirkan dulu jalan yang akan aku ambil. Setelah lebih tenang antar aku untuk periksa."

"Siap Mbak," jawab Adiba dengan senyum khasnya.

"Makasih ya!" Aku memeluknya sayang.

🍂🍂🍂

Setelah sampai di rumah aku menyuruh Adiba untuk langsung pulang saja. Aku butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri dan menentukan langkah yang akan aku ambil setelah terbongkarnya fakta masa lalu Mas Fagan dari mulut mantan kekasih pria yang sudah aku nikahi hampir dua tahun itu.

Perlahan ku buka pintu rumah berlantai dua yang Mas Fagan beli setahun yang lalu ini. Rumah mewah yang baru kami tempati sekitar tujuh bulan terakhir. Mertuaku selalu menahan jika Mas Fagan mengajak untuk pindah ke rumah baru kami.

Sampai aku mengalami keguguran, setelah itu orang tua Mas Fagan mengizinkan kami pindah supaya aku tidak terus menerus mengingat kejadian naas yang telah merenggut calon anak kami. Menurut Adiba, Ardiaz sempat bertengkar dengan Mas Fagan karena suamiku itu tidak cepat-cepat datang ke rumah sakit untuk menandatangani surat persetujuan operasi sehingga membuat kondisiku sempat kritis calon bayi kami tida bisa tertolong karena pendarahan yang cukup parah.

Kuhentikan langkahku di ruang tengah. Perlahan aku mendudukkan diri di kursi meja makan. Tatapanku terarah pada foto pernikahan yang menempel di dinding utama ruang tengah.

Posisinya sangat tepat, dari segala sudut foto itu bisa dilihat dengan jelas. Foto pernikahan dimana aku tersenyum kearah kamera dengan Mas Fagan memelukku dari belakang.

Melihat foto itu ingatanku kembali melayang-layang ke peristiwa yang terjadi hampir dua tahun yang lalu. Saat itu untuk menyelamatkan nama baik keluarga Rafiandra aku diminta untuk berpura-pura menjadi pengantin perempuan menggantikan Mayang yang ketahuan hamil dengan laki-laki lain.

Awalnya Kak Zahra yang diminta, namun kakak perempuanku itu tegas menolak. Bukan karena tak merasa iba, tapi dia tak mau mempermainkan akad nikah yang menurutnya sakral. Apalagi kakakku itu sudah memiliki tambatan hati yang hendak melamarnya setelah pulang dari luar negeri.

Berbeda dengan Mbak Zahra, aku yang begitu naif, langsung bersedia ketika Mama Kinanti memohon sambil menangis agar aku mau menjadi pengantin pura-pura untuk Mas Fagan. Apalagi saat itu Eyang juga menyetujuinya.

Saat itu Ardiaz sudah melarangku tapi bodohnya aku yang tidak mendengarkan ucapan Mbak Zahra dan Ardiaz, mereka berdua sudah memintaku untuk menolak tapi aku yang dengan santai menjawab.

"Alah,,, cuma Pura-pura doang. Lagian nikahnya cuma siri, kalaupun ada ijab qobul, besok tinggal mengucapkan talak, selesai."

Kupikir akan sesimpel itu. Tapi ternyata Masa Fagan menolak untuk menceraikan aku. Tanpa sepengetahuanku dia malah mendaftarkan pernikahan kami ke KUA dan memaksa aku untuk berhenti kuliah dan pindah ke ibukota bersamanya.

Aku sempat menolak dan berniat kabur. Jika bukan karena Eyang mungkin aku sudah pergi jauh bersama temanku Zaskia.

Brakkk.....

Tiba-tiba suara pintu terbuka dengan kasar. Aku tersentak, seketika semua lamunanku buyar. Spontan aku menoleh, masih dengan duduk di kursi tak berubah sedikitpun.

Mas Fagan tampak berdiri dengan tatapan tajam.

"Dari mana kamu?" tanyanya dengan nada tinggi.

🍂🍂🍂

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (3)
goodnovel comment avatar
Amir
Satu lg istri n perempuan terbodoh
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
entah apa yg di lihat dr diri seorang fagan
goodnovel comment avatar
ahmad shaifu
lelaki perlu Kejujuran dan perempuan perlu kesetiaan keduanya perlu diseimbangkan
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Tujuh bulanan.

    Tak terasa kehamilanku sudah menginjak tujuh bulan. Dan hari ini akan diadakan tasyakuran tujuh bulanan calon anak kami. Aku begitu bahagia juga berdebar-debar menunggu hari kelahiran anak kami yang tinggal dua bulan lagi. Bukan tanpa alasan aku merasakan kegelisahan ini, dua kehamilanku sebelumnya tidak pernah sampai menginjak bulan ke tujuh. Mas Fagan yang nampak tenang pun sempat takut dan overprotective begitu Kehamilanku menginjak bulan kelima. Bulan dimana dua calon anak kami gugur dan kembali ke pangkuan ilahi tanpa sempat kami dekap. "Hati-hati jalannya, Sayang, jangan buru-buru! Tamunya juga gak akan pergi kok," tegur Mas Fagan saat aku buru-buru ke depan saat mendengar kedatangan Zaskia. "Iya, Mas, ini jalanya sudah pelan kok." Aku Memperlambat jalanku. Disamping karena teguran Mas Fagan juga karena tanganku yang di pegangnya. Pelan tapi pasti hubungan Papa dengan Papa mertuaku pun membaik. Di hari yang kaya orang Jawa di sebut tingkepan ini, keluarga besar kami benar-b

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Hidup yang penuh warna.

    Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Perlahan zemuanya mulai membaik. Hari- hariku terasa penuh warna. Tidka lagi monoton dan penuh sandiwara.Hpir setiap pagi aku terbangun oleh suara Mas Fagan yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi. Suara cukup keras sampai membuat seisi rumah terbangun tepat jam tiga pagi Ya, diambil baiknya saja, mungkin calon anak kami ingin orang tuanya beribadah di sepertiga malam. Dan anehnya, mual Mas Fagan akan hilang setelah kami berdua mengambil air wudhu untuk sholat sunah.Dan mualnya akan kembali setelah selesai sholat shubuh. Bukanlah itu pertanda. Anak kami pasti akan jadi anak sholeh nantinya.Meski begitu tersiksa dengan mual dan nyidam yang tiba-tiba saja dirasakannya. Namun tak sekalipun suamiku itu mengeluh atau menyalahkan kehamilanku. Mas Fagan begitu sabar dan ikhlas menjalani perannya. Ia bahkan selalu mengunci kamar mandi setiap kali muntah, takut aku menyusul masuk ke dalam katanya. "Sudah di atas ranjang saja, jangan ikut masu

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ternyata sudah 4 minggu.

    Malamnya suster Erina langsung datang ke rumah bersama seorang bidan setelah siangnya mendapatkan telpon dari Mas Fagan. Perempuan berwajah tegas itu datang dengan membawa alat-alat medis yang tidak semuanya aku tahu namanya. Suster Erina dan dua orang perawat laki-laki menata alat-alat medis atas intruksi snag Bidan. Ya Alloh.... kenapa aku merasa akan menjadi pasien di rumahku sendiri. Aku hanya sedang hamil bukan habis kecelakaan dan sedang koma. Saat ini aku duduk bersandar di atas ranjang dengan Mas Fagan yang setia menemani sambil menggenggam satu tanganku. "Zenia, dengerin Sus, beliau ini teman Sus, namanya Bidan Hana. Dia akan memeriksa kondisimu. Jangan menolak!" Belum apa-apa Suster Erina sudah memberiku peringatan. Meski nadanya dibuat lembut tapi tatapannya itu tatapan tak ingin dibantah. Wanita ini bahkan lebih tegas dari Papa dan Mas Fagan. Aku mengangguk penuh kepasrahan. Sepatah kata penolakan dariku akan berbuntut panjang dan membuatku harus menjalani terapi len

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kabar gembira

    Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan kami sudah sampai di pelataran sebuah klinik terdekat dari rumah. Dengan dipegangi pak sopir di sisi kanan Mas Fagan dan aku di sisi kirinya. Kami turun dan menuju kursi tunggu. Sedangkan Bi Sarti lebih dulu turun dan langsung mendaftar di tempat pendaftaran. Di siang hari yang terik seperti saat ini suasana klinik yang nampak lengang, mungkin orang-orang lebih memilih datang di sore hari saat udara lebih sejuk. Hanya ada dua orang pasien yang menunggu antrian. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya namaku di panggil. Aku sedikit bingung, yang sakit Mas Fagan kenapa Bibi mendaftarkan namaku. "Sayang.... ini klinik bersalin tentu saja nama kamu yang di daftarkan Bibi." ujar Mas Fagan merangkulku lalu mengelus lembut lenganku.Lama-lama Mas Fagan sudah seperti Suster Erina yang bisa membaca isi hatiku. Dan sikapnya lembutnya selalu sukses membuat hatiku bergetar dan semakin merasa bergantung padanya. Kami pun akhirnya masuk dengan

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Sakit.

    Beberapa hari ini Mas Fagan kurang enak badan. Setiap pagi selepas sholat shubuh dia pasti akan muntah-muntah. padahal perutnya msih kosong. aku pikir itu asam lambung, aku mengajaknya ke dokter untuk periksa tapi bukan Mas Fagan jika tidak keras kepala. Laki-laki itu tegas menolak dan mengatakan akan segera membaik jika aku memanjakannya. Ada-ada saja suamiku ini. Memang ada penyakit yang sembuh hanya dengan dimanjakan? Pagi ini kondisinya semakin membuatku khawatir. Sejak pagi intensitas muntahnya makin sering sampai-sampai membuat tubuh kekarnya itu lemas.Dan sekarang hanya bisa berbaring di atas tempat tidur sambil memelukku. Tak sedetikpun aku di izinkan jauh darinya. Bahkan untuk sarapan aku sampai merepotkan Bi Sarti untuk mengantar ke kamar. Tak berhenti berdrama, sarapan pun aku harus membujuknya seperti anak kecil. Ya Alloh...... Mas. Melihatnya seperti ini membuatku teringat kondisiku ketika aku hamil anak pertama kami dulu. Saat itu aku begitu manja dan malas untuk

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   prioritas.

    Pov Meizura. Setelah hari ke tujuh kematian Ardiaz, aku dan Mas Fagan kembali pulang ke rumah Eyang. Jakarta kota yang panas dan sangat bising membuatku tidak betah berlama-lama di sana. Bunda dan Mbak Zahra sangat sedih ketika kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Eyang. Bunda berusaha membujukku untuk tetap tinggal namun aku menolak. Rasanya masih belum nyaman untuk bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan masa laluku dan Mas Fagan. Dua hari yang lalu kami pulang dengan diantar Bunda. Beliau menginap satu hari sebelum kembali pulang karena harus mengurus Azqiara yang masih sekolah. Adik sambungku itu masih butuh pengawasan di usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Bunda dan Papa tidak oleh teledor mengingat pergaulan sekarang yang yang begitu bebas. Malam ini kulihat Mas Fagan nampak gelisah. Sejak tadi dia banyak melamun. Sama seperti saat ini, dengan bertelanjang dada, duduk melamun dengan laptop di pangkuannya.Setelah satu jam yang lalu pria jangkung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status