Share

Terjebak

"Apa? Tanda tangan surat? Ok, aku akan segera ke sana."

 

Tanda tangan surat apa? Kok aku jadi kepo gini sih.

 

"Aku harus pulang, kata kakakku aku harus tanda tangan surat pengalihan perusahaan."

 

"Loh katanya dia ...."

 

"Dia sudah mendapatkan warisan dari Opa, makanya perusahaan yang dia pegang selama ini diberikan padaku sesuai dengan perjanjian. Siapa saja yang mau menikah, maka dia akan mendapatkan perusahaan pusat dan cabangnya akan dibagi aku dengan adikku," jelasnya, sedangkan aku masih bingung, tapi juga ikut bersyukur.

 

"Terus perusahaan barunya?" tanyaku berharap jika bukan kakak Aditya yang memegang.

 

"Tetap kakakku yang pegang, dia yang pandai mengembangkan perusahaan. Diantara kami bertiga, hanya dia yang pandai mengambil keputusan," jawab Aditya yang menjadikan harapanku sia-sia.

 

Pasti kakak tiri Aditya tegas. Dia dipercaya oleh papinya. 

 

Saat membayangkan wajah kakak tiri Aditya, kenapa wajah Saka yang ada dalam pikiranku. Dari sifat dan watak yang diceritakan oleh Aditya, Saka lah yang masuk dalam segala hal.

 

Semoga saja bukan pria itu. Akan semakin dica ci nanti aku. Tidak akan ada harga dirinya di depan pria angkuh itu.

 

"Besok aku akan kabari kamu, pasti papi mau kok. Sebenarnya aku mau sih kerjasama dengan perusahaan kamu, tapi aku lihat dulu di daftar list, soalnya hampir semua perusahaan di kota ini sudah ditanami saham," cecar Aditya dan aku mengangguk paham. 

 

"Memang apa sih perusahaan kamu?" tanyaku tetapi Aditya kembali menerima telepon yang mengharuskan dirinya segera pulang.

 

Alhasil, pertanyaanku tidak dijawab oleh Aditya. Lelaki itu langsung pamit pulang sebelum kena amukan dari sang kakak tiri. Sepertinya kebanyakan nama tiri itu memang kejam.

 

Setelah kepergian Aditya. Aku mencoba masuk ke brankas lama papa. Ruangan yang dulu sering papa gunakan untuk bekerja. Siapa tahu di sana aku menemukan perusahaan yang sempat bekerjasama dan menghilang setelah dipimpin oleh Bibi.

 

Satu jam berkutat dengan berkas lama milik papa ternyata membuatku lelah. Mata terasa berat untuk dibuka. Namun, saat akan tidur pun ada saja gangguannya.

 

Suara pintu diketuk membuatku terpaksa bangkit dan membuka.

 

"Ada apa?" tanyaku malas.

 

"Di luar ada nyonya Chintya, Non."

 

Seketika yang tadinya mata ngantuk menjadi terbuka lebar. Untuk apa wanita itu kesini? Dari mana dia tahu alamat ini? Ah, si al!

 

Bukankah urusan kami sudah selesai, lalu untuk apa dia ke sini? Apa jangan-jangan Bibi bikin masalah lagi? 

 

Gegas aku keluar menemui mantan Mami mertua. Wanita itu datang bersama dengan pria baya. Apakah mungkin itu adalah Opa?

 

"Selamat datang, Mam, Opa." Aku membusungkan dada dan menyalami takzim mereka berdua.

 

"Silahkan masuk." Aku mempersilahkan mereka duduk.

 

Mami dan Opa segera duduk. "Pernikahan kalian akan diperpanjang," ucap Opa tanpa basa-basi.

 

Mata langsung membola tak percaya. Pernikahan akan diperpanjang? Emang SIM apa? Aneh-aneh aja.

 

"Mak-sudnya?"

 

"Pernikahan kalian akan tetap dilanjutkan hingga kalian memiliki anak. Malam ini juga kamu ikut kami," ucap mami mertua.

 

Loh, kenapa bisa jadi begini. Aku harus apa sekarang? Kabur? Ini kan rumahku. Mana bisa aku kabur.

 

"Maaf sebelumnya, tapi aku sudah tanda tangan tadi pagi. Itu artinya perjanjian kita sudah selesai," jawabku tegas. Aku sudah tidak ada tanggung jawab lagi menjadi istri Saka. Pria angkuh dan dingin yang menyebalkan!

 

"Surat itu batal dan pernikahan kalian masih berjalan hingga kamu memiliki anak!"

 

Permainan apa ini? Mereka semena-mena sekali terhadapku. Aku tidak terima ini! Aku harus bisa melawan mereka.

 

"Lebih baik aku tidak bekerjasama lagi dengan perusahaan kalian," tegasku bangkit dari duduk dan berkacak pinggang.

 

Napas memburu, tak terima dengan kenyataan ini.

 

"Bibimu sendiri yang sudah menandatangani surat penyerahan kepadanya kami," ucap Opa memperlihatkan surat entah apa itu. Katanya dari Bibi.

 

"Lihat ini, sudah ada tanda tangan dari kedua belah pihak!"

 

Seketika tubuh terasa lemas. Aku pikir Bibi pergi akan aman dan terbebas dari jeratannya serta jeratan keluarga Abraham. Namun, pada kenyataannya aku malah semakin terjebak.

 

Aku pun merasa tidak pernah tanda tangan apa pun. Akan tetapi, di surat tersebut, nyata dan jelas jika itu adalah tanda tanganku.

 

Nasib jadi anak yatim piatu ya begini. Tak ada yang membantu saat kesulitan.

 

Kenapa sih aku harus diserahkan dan dititipkan pada Bibi yang serakah itu. Kenapa mama dan papa tidak mengajakku m4ti saja.

 

Nyeri rasanya ingat dengan perlakuan Bibi terhadapku. Sejak kepergian kedua orang tuaku. Hanya derita yang sering aku dapatkan.

 

Sekarang, perusahaan juga sudah beralih di tangan keluarga Abraham. Tak ada lagi sisa untukku. Dan setelahnya, aku harus mengabdi pada Saka. Entah sampai kapan jeratan ini akan berakhir?

 

Aku hanya bisa menjerit dalam hati sekencang-kencangnya. Tidak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali pasrah.

 

"Rul!" teriak mami dan datang seorang pria berperawakan kekar.

 

Aku diseret masuk ke dalam mobil. Dibawa ke rumah yang tadi pagi sempat aku datangi.

 

"Turun!" Perintah Mami tidak kasar tetapi tegas.

 

Selama ini wanita itu belum pernah marah-marah terhadapku. Bisa dikatakan dia baik padaku. Hanya saja kami memang baru bertemu 3 kali saja. Akan tetapi, dia sering menghubungi saat mengkonfirmasi apakah benar jika aku memintanya untuk mentr4nsfer u4ng dan sialnya, saat dia menelpon selalu saja di sampingku ada Bibi. Jadi, aku tidak bisa berkata jujur.

 

"Segera masuk, pasti Saka sudah menunggu di dalam," katanya seraya menuntun Opa masuk ke dalam rumah.

 

Malam memang belum begitu larut, sekitar jam 10 kurang saat aku melihat waktu di layar ponsel.

 

Saat tiba di teras, kaki ini terasa berat untuk melangkah. Aku takut bertemu dengan Saka. Pria itu pasti akan menca ci semaunya.

 

"Ayo masuk," ajak Mami menoleh ke arahku yang hanya bergeming.

 

"I-iya, Mi," jawabku gagu. Tubuh gemetar hebat membayangkan wajah garang dari Saka saat tahu akulah istrinya.

 

"Opa sudah kembali." 

 

Itu suara Aditya. Pria itu juga ada di sini. Harus gimana ini?

 

Itu artinya, pria yang dimaksud Aditya adalah Saka. Kakak tiri Aditya adalah Arshaka Abraham. Kenapa dunia sesempit ini? Berasa hidup selebar daun kelor saja. 

 

"Nilam. Ayo masuk," ajak Mami dan tiba-tiba ponselnya berdering.

 

"Apa? Gimana kamu ini! Opa dan semua keluarga ada di sini, Saka! Jangan bikin Opa tambah marah!" sentaknya dengan suara meninggi.

 

Beberapa saat kemudian, Mami menyodorkan ponselnya padaku. "Saka ingin bicara denganmu."

 

Buat apa Saka ingin bicara denganku? Hah! Merepotkan saja!

 

"Ambillah, Mami akan bicara sama Opa jika Saka mengalami musibah, dia tidak bisa datang malam ini," ucap Mami memberikan ponsel padaku lalu masuk ke dalam rumah.

 

"Kamu masih istriku dan sebentar lagi bersiaplah! Aku akan menuruti permintaan Opa dengan memberinya cicit!"

 

Seketika aku menelan saliva dengan kasar mendengar suara Saka dari seberang telepon. Ya Tuhan, apa malam ini Saka akan ....

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau aja yg tolol dan dungu nyet. g usah menyalahkan dirimu yg anak yatim piatu. punya otak koq g berfungsi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status