Share

Terjebak

Penulis: Agung Ahmad S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-02 17:49:38

"Apa? Tanda tangan surat? Ok, aku akan segera ke sana."

 

Tanda tangan surat apa? Kok aku jadi kepo gini sih.

 

"Aku harus pulang, kata kakakku aku harus tanda tangan surat pengalihan perusahaan."

 

"Loh katanya dia ...."

 

"Dia sudah mendapatkan warisan dari Opa, makanya perusahaan yang dia pegang selama ini diberikan padaku sesuai dengan perjanjian. Siapa saja yang mau menikah, maka dia akan mendapatkan perusahaan pusat dan cabangnya akan dibagi aku dengan adikku," jelasnya, sedangkan aku masih bingung, tapi juga ikut bersyukur.

 

"Terus perusahaan barunya?" tanyaku berharap jika bukan kakak Aditya yang memegang.

 

"Tetap kakakku yang pegang, dia yang pandai mengembangkan perusahaan. Diantara kami bertiga, hanya dia yang pandai mengambil keputusan," jawab Aditya yang menjadikan harapanku sia-sia.

 

Pasti kakak tiri Aditya tegas. Dia dipercaya oleh papinya. 

 

Saat membayangkan wajah kakak tiri Aditya, kenapa wajah Saka yang ada dalam pikiranku. Dari sifat dan watak yang diceritakan oleh Aditya, Saka lah yang masuk dalam segala hal.

 

Semoga saja bukan pria itu. Akan semakin dica ci nanti aku. Tidak akan ada harga dirinya di depan pria angkuh itu.

 

"Besok aku akan kabari kamu, pasti papi mau kok. Sebenarnya aku mau sih kerjasama dengan perusahaan kamu, tapi aku lihat dulu di daftar list, soalnya hampir semua perusahaan di kota ini sudah ditanami saham," cecar Aditya dan aku mengangguk paham. 

 

"Memang apa sih perusahaan kamu?" tanyaku tetapi Aditya kembali menerima telepon yang mengharuskan dirinya segera pulang.

 

Alhasil, pertanyaanku tidak dijawab oleh Aditya. Lelaki itu langsung pamit pulang sebelum kena amukan dari sang kakak tiri. Sepertinya kebanyakan nama tiri itu memang kejam.

 

Setelah kepergian Aditya. Aku mencoba masuk ke brankas lama papa. Ruangan yang dulu sering papa gunakan untuk bekerja. Siapa tahu di sana aku menemukan perusahaan yang sempat bekerjasama dan menghilang setelah dipimpin oleh Bibi.

 

Satu jam berkutat dengan berkas lama milik papa ternyata membuatku lelah. Mata terasa berat untuk dibuka. Namun, saat akan tidur pun ada saja gangguannya.

 

Suara pintu diketuk membuatku terpaksa bangkit dan membuka.

 

"Ada apa?" tanyaku malas.

 

"Di luar ada nyonya Chintya, Non."

 

Seketika yang tadinya mata ngantuk menjadi terbuka lebar. Untuk apa wanita itu kesini? Dari mana dia tahu alamat ini? Ah, si al!

 

Bukankah urusan kami sudah selesai, lalu untuk apa dia ke sini? Apa jangan-jangan Bibi bikin masalah lagi? 

 

Gegas aku keluar menemui mantan Mami mertua. Wanita itu datang bersama dengan pria baya. Apakah mungkin itu adalah Opa?

 

"Selamat datang, Mam, Opa." Aku membusungkan dada dan menyalami takzim mereka berdua.

 

"Silahkan masuk." Aku mempersilahkan mereka duduk.

 

Mami dan Opa segera duduk. "Pernikahan kalian akan diperpanjang," ucap Opa tanpa basa-basi.

 

Mata langsung membola tak percaya. Pernikahan akan diperpanjang? Emang SIM apa? Aneh-aneh aja.

 

"Mak-sudnya?"

 

"Pernikahan kalian akan tetap dilanjutkan hingga kalian memiliki anak. Malam ini juga kamu ikut kami," ucap mami mertua.

 

Loh, kenapa bisa jadi begini. Aku harus apa sekarang? Kabur? Ini kan rumahku. Mana bisa aku kabur.

 

"Maaf sebelumnya, tapi aku sudah tanda tangan tadi pagi. Itu artinya perjanjian kita sudah selesai," jawabku tegas. Aku sudah tidak ada tanggung jawab lagi menjadi istri Saka. Pria angkuh dan dingin yang menyebalkan!

 

"Surat itu batal dan pernikahan kalian masih berjalan hingga kamu memiliki anak!"

 

Permainan apa ini? Mereka semena-mena sekali terhadapku. Aku tidak terima ini! Aku harus bisa melawan mereka.

 

"Lebih baik aku tidak bekerjasama lagi dengan perusahaan kalian," tegasku bangkit dari duduk dan berkacak pinggang.

 

Napas memburu, tak terima dengan kenyataan ini.

 

"Bibimu sendiri yang sudah menandatangani surat penyerahan kepadanya kami," ucap Opa memperlihatkan surat entah apa itu. Katanya dari Bibi.

 

"Lihat ini, sudah ada tanda tangan dari kedua belah pihak!"

 

Seketika tubuh terasa lemas. Aku pikir Bibi pergi akan aman dan terbebas dari jeratannya serta jeratan keluarga Abraham. Namun, pada kenyataannya aku malah semakin terjebak.

 

Aku pun merasa tidak pernah tanda tangan apa pun. Akan tetapi, di surat tersebut, nyata dan jelas jika itu adalah tanda tanganku.

 

Nasib jadi anak yatim piatu ya begini. Tak ada yang membantu saat kesulitan.

 

Kenapa sih aku harus diserahkan dan dititipkan pada Bibi yang serakah itu. Kenapa mama dan papa tidak mengajakku m4ti saja.

 

Nyeri rasanya ingat dengan perlakuan Bibi terhadapku. Sejak kepergian kedua orang tuaku. Hanya derita yang sering aku dapatkan.

 

Sekarang, perusahaan juga sudah beralih di tangan keluarga Abraham. Tak ada lagi sisa untukku. Dan setelahnya, aku harus mengabdi pada Saka. Entah sampai kapan jeratan ini akan berakhir?

 

Aku hanya bisa menjerit dalam hati sekencang-kencangnya. Tidak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali pasrah.

 

"Rul!" teriak mami dan datang seorang pria berperawakan kekar.

 

Aku diseret masuk ke dalam mobil. Dibawa ke rumah yang tadi pagi sempat aku datangi.

 

"Turun!" Perintah Mami tidak kasar tetapi tegas.

 

Selama ini wanita itu belum pernah marah-marah terhadapku. Bisa dikatakan dia baik padaku. Hanya saja kami memang baru bertemu 3 kali saja. Akan tetapi, dia sering menghubungi saat mengkonfirmasi apakah benar jika aku memintanya untuk mentr4nsfer u4ng dan sialnya, saat dia menelpon selalu saja di sampingku ada Bibi. Jadi, aku tidak bisa berkata jujur.

 

"Segera masuk, pasti Saka sudah menunggu di dalam," katanya seraya menuntun Opa masuk ke dalam rumah.

 

Malam memang belum begitu larut, sekitar jam 10 kurang saat aku melihat waktu di layar ponsel.

 

Saat tiba di teras, kaki ini terasa berat untuk melangkah. Aku takut bertemu dengan Saka. Pria itu pasti akan menca ci semaunya.

 

"Ayo masuk," ajak Mami menoleh ke arahku yang hanya bergeming.

 

"I-iya, Mi," jawabku gagu. Tubuh gemetar hebat membayangkan wajah garang dari Saka saat tahu akulah istrinya.

 

"Opa sudah kembali." 

 

Itu suara Aditya. Pria itu juga ada di sini. Harus gimana ini?

 

Itu artinya, pria yang dimaksud Aditya adalah Saka. Kakak tiri Aditya adalah Arshaka Abraham. Kenapa dunia sesempit ini? Berasa hidup selebar daun kelor saja. 

 

"Nilam. Ayo masuk," ajak Mami dan tiba-tiba ponselnya berdering.

 

"Apa? Gimana kamu ini! Opa dan semua keluarga ada di sini, Saka! Jangan bikin Opa tambah marah!" sentaknya dengan suara meninggi.

 

Beberapa saat kemudian, Mami menyodorkan ponselnya padaku. "Saka ingin bicara denganmu."

 

Buat apa Saka ingin bicara denganku? Hah! Merepotkan saja!

 

"Ambillah, Mami akan bicara sama Opa jika Saka mengalami musibah, dia tidak bisa datang malam ini," ucap Mami memberikan ponsel padaku lalu masuk ke dalam rumah.

 

"Kamu masih istriku dan sebentar lagi bersiaplah! Aku akan menuruti permintaan Opa dengan memberinya cicit!"

 

Seketika aku menelan saliva dengan kasar mendengar suara Saka dari seberang telepon. Ya Tuhan, apa malam ini Saka akan ....

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau aja yg tolol dan dungu nyet. g usah menyalahkan dirimu yg anak yatim piatu. punya otak koq g berfungsi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Indah Pada Waktunya

    Pria renta itu bangkit dari duduknya lalu beralih memandangku. Tatapannya tajam. Hal itu membuatku khawatir dan takut.Apa jangan-jangan Opa tidak suka jika dia memiliki cicit laki-laki?Namun, rasa ketakutan seketika sirna setelah kakek berucap."Baby boy?"Aku mengangguk."Opa senang mendengarnya. Dia akan menjadi pewaris setelah Saka. Terima kasih banyak Nilam," ujar kakek ia mendekat lalu mengusap lenganku."Sama-sama, Kek," jawabku."Aku pikir tadi kakek akan marah," imbuh Saka yang ternyata dia memiliki ketakutan yang sama."Enggak dong, apa pun anak yang dilahirkan. Opa tetap menerimanya. Jaga istri dan anakmu ya," kata kakek kembali ke posisi semula. Duduk di hadapan Saka."Siap, Opa," balas Saka."Ah iya, hari ini Opa rencananya mau menengok Aditya. Apa kalian mau ikut?" tawar Opa."Boleh," jawab Saka, "bagaimana Nilam? Kamu mau ikut?" tanya Saka dan aku pun mengangguk.Siang itu aku, Opa dan Saka berkunjung ke sel. Setibanya di sana, Vika juga sedang menemui Aditya. Saat kam

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Membuat Penasaran

    Saat sedang bucin-bucinan. Tiba-tiba ada aja yang ganggu. Suara pintu diketuk. Entah siapa yang datang.Beberapa saat kemudian, seorang suster muncul di ambang pintu. Wanita cantik berpakaian serba putih itu mendekat. Namun, Saka tetap tidak mau melepaskan genggaman tangannya."Sayang, malu," bisikku dan Saka tetap tidak menggubrisnya."Maaf ya, Tuan, permisi," kata suster mengganti infus yang sudah habis."Iya, Sus, jangan lama-lama ya. Segera keluar karena saya mau bicara penting dengan istri saya," balas Saka dan suster itu pun patuh."Baik, Tuan," jawabnya lalu pergi setelah urusannya selesai."Mau bicara apa sih? Sampai ngusir suster segala?" tanyaku ketika kami kembali hanya berdua di dalam kamar ini."Cuma mau bilang jadilah istriku hingga maut memisahkan kita. Aku mencintaimu Nilam Cahaya," balasnya membuatku tersipu.Kenapa setelah kejadian tadi, Saka berubah semakin romantis. Apa jangan-jangan otaknya juga ikut geser?Aku memegang kening Saka dan beralih mengusap-usap wajahn

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Jagakan Dia Untukku Tuhan

    Saka terjatuh dengan perut terluka. Gegas aku terkesiap memegangi kepalanya karena kesadaran Saka berangsur menghilang. Matanya mulai terpejam. Namun, aku berusaha membuatnya tetap sadar.Entah apa yang terjadi tadi, aku hanya menoleh dan membalas lambaian tangan Vika. Dan tiba-tiba Saka sudah terluka serta tubuhnya limbung, jatuh di atas paving."Sayang, kamu pasti kuat. Bertahan, ya," lirihku disertai dengan tetesan air mata yang tak bisa dibendung lagi.Beberapa orang mendekat dan bersiap membantu Saka."Ya ampun, Saka." Vika datang dan bersiap membantu Saka, membawanya ke rumah sakit."Tolong segera bawa ke mobil. Biar saya yang antarkan ke rumah sakit," ujar Vika.Tanpa menjawab, beberapa dari lelaki yang ada di sampingku langsung mengangkat tubuh Saka dan membawa ke dalam mobil."Ayo," ajak Vika membantuku berdiri.Di area parkiran sebelah kiri, terdengar suara riuh warga. Satpam dan beberapa warga tersebut telah mengamankan seseorang. Pakaiannya acak-acakan dan rambut awut-awut

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Kebenaran Yang Terungkap

    Apa yang sebenarnya terjadi? Hatiku mulai gelisah.Bukannya langsung ganti, Saka malah mendekat padaku dan melempar amplop ke arahku yang masih duduk di tepi ranjang."Apa itu!" Matanya memandang nyalang padaku."Apa maksud kamu?" tanyaku heran mengapa wajah Saka langsung berubah 90° seperti ini.Aku membuka isi amplop tersebut. Seketika tak percaya dengan apa yang ada di depan mata."Aku bisa jelaskan, Saka. Pria ini ....""Siapa dia? Katakan sejujurnya padaku, Nilam!" sentak Saka.Hal yang aku takutkan menjadi kenyataan. Aditya mengirim surat, berisikan tentang cinta dan lain sebagainya. Namun, tulisan itu bukan tulisan tangan Aditya. Pandai sekali dia memfitnah. Dia sama liciknya dengan bibi. Apa aku jujur saja pada Saka. Sudah terlampau basah, sekalian aja nyebur."Dia itu a ...."Belum sempat aku berucap. Di luar rumah terdengar suara orang berteriak. Gegas Saka turun karena terdengar jeritan yang sangat keras. Sedangkan Aku sendiri hanya melihat dari balkon.Sungguh kejam, Adit

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Amplop Misterius

    Vika langsung bersimpuh di hadapanku. Wanita itu memohon padaku. Apa jangan-jangan ...."Ada apa, Vik?" tanyaku khawatir.Saka muncul di ambang pintu. Pria itu langsung mendekat dan membantu Vika bangun lalu mendudukkannya di sofa.Entah apa yang terjadi dengan Vika. Saat dia akan mengatakan apa yang terjadi. Tiba-tiba Aditya datang lalu memukul pintu dengan keras hingga membuatku kaget.Brak!Aku terkesiap dengan menutupi hidung menggunakan apa saja saat Aditya mendekat. Demi meyakinkan jika aku benar-benar tidak tahan bau parfum. Vika sendiri tidak memakai parfum karena tidak ada bau sama sekali pada tubuhnya saat kami berdekatan. Selama ini aku sengaja memblokir banyak kontak, termasuk Aditya dan Vika. Sengaja aku menghindar dari mereka, terutama Aditya.Aditya masuk lalu menyeret Vika dengan kasar. Saka langsung bertindak. Dia memang pria dingin, tetapi tak pernah berlaku kasar terhadap istri meski dia dulu sangat membenciku. Namun, kenapa Aditya bersikap demikian pada Vika. Sebe

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Mulai Curiga

    POV Arshaka"Ya Allah, Opa!"Gegas aku mendekat dan membantu Opa yang jatuh pingsan saat akan menaiki tangga. "Papa!" Mami dan papi ikut mendekat.Papi membantuku membawa Opa ke dalam mobil. Mami pun sama. Ia duduk di belakang menjaga kepala Opa. Sedangkan papi duduk di jok depan.Aku sendiri harus masuk ke kamar. Mengambil kunci di dalam tas. Kebetulan saat itu, Nilam juga akan menyusul keluar."Kamu di rumah saja, takut kelelahan," ujarku memintanya kembali masuk rumah."Tapi, Sayang ....""Nggak usah tapi-tapi, buruan masuk. Ini sudah malam. Kamu sedang hamil. Jaga baik-baik anak kita, ini adalah cicit yang diharapkan oleh Opa." Aku meyakinkan Nilam seraya mengusap perutnya yang masih rata.Wanita itu mengangguk dan nurut. Dia kembali masuk rumah bersamaku. Memasuki kamar bersama. Sebelum aku pergi, kukecup keningnya beberapa saat."Semoga Opa baik-baik saja," lirihnya."Amin," balasku lalu berpamitan dan segera mengantar Opa."Bang," panggil Aditya tetapi aku tidak menjawab. Kese

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status