Share

Dinodai Suami (Gagal Cerai)
Dinodai Suami (Gagal Cerai)
Author: Agung Ahmad S

Ternoda (Malam Pertama)

"Aduh!" pekikku kala seseorang mendorong tubuh ini hingga terjerembab masuk ke sebuah kamar hotel.

 

"Si4l!" umpatku mencoba bangkit setelah terjatuh.

 

Namun, sama sekali tak pernah aku sangka. Sebuah tangan menyentuh pundak. Terasa hangat dan itu membuatku merinding. Seketika tangan ini ditarik begitu saja olehnya.

 

"Arshaka!"

Aku terbelalak saat tahu siapa pria yang kini menarik tubuhku hingga kami terjatuh di atas tempat tidur yang sama. 

Apalagi, kini tangannya telah mengunci tubuhku hingga kesulitan bergerak. 

Aku merasa ada yang tidak beres dengannya. Mungkinkah dia minum obat per4ngsang? Apakah kami dijebak? Tetapi siapa yang menjebak?

 

Aku berusaha mendorong tubuhnya, tetapi gagal dan tetap berada di bawah kukungannya, tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan, kini ia malah semakin berbuat nekat.

 

***

 

Aku adalah istri Arshaka Abraham. Pernikahan terjadi karena aku dijadikan jamin4n oleh Bibiku demi kelanjutan perusahaan almarhum mama dan papa. 

 

Dengan alasan itu, aku dipaksa menikah dengan anak dari penanam saham terbesar di perusahan kami.

 

Malam ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan pria itu. Kami menikah saat terjadi pandemi virus covid. Menikah secara virtual. Hingga kini pernikahan kami genap satu tahun kurang dua hari. 

 

Setelah itu, kami bercerai dan aku akan terbebas dari ikatan pernikahan ini sesuai dengan kontrak yang telah disepakati sebelum pra nikah.

 

Aku kembali bebas seperti dulu lagi. Namun, setelah kejadian malam ini. Mungkinkah aku akan bisa bebas dari cengkraman Saka? Pria angkuh, dingin serta egois itu!

 

Lelah setelah bermain. Mataku terasa mengantuk hingga aku tak sadar setelahnya.

 

Esok hari, mata mengerjap dan sosok Saka masih ada di sampingku dengan mata terpejam. Aku mencoba bangkit, tetapi tubuhku terasa sakit semua.

 

"Aduh," pekikku saat berusaha bangkit.

 

Aku bertekad untuk bisa segera berdiri dan kabur dari sini sebelum Saka terbangun. Bisa gawat kalau dia mengenaliku.

 

Dengan cepat, aku segera pergi. Namun sayang, baru juga beberapa langkah. Mata Saka terbuka. Alhasil Saka tahu siapa wanita yang semalam tidur dengannya.

 

"Mau kemana kau?" tanyanya serak dengan kesadaran belum sepenuhnya.

 

Tangannya mengambil d0mpet di atas nakas. Mengeluarkan kartu hitam dan melempar ke arahku.

 

"Ambillah untuk jasa tadi malam," ketusnya memandang rendah padaku.

 

"Aku tak butuh u4ngmu! Karena aku ini ...."

 

Belom sempat aku menjawab. Ponsel Saka berdering dan dia pun segera mengangkatnya.

 

"Aku akan segera ceraikan dia. Aku tidak pernah mencintainya sama sekali, bahkan aku juga tidak mengenal dia. Wanita rendahkan seperti dia tak pantas menjadi istriku," ucap Saka di sambungan telepon. Entah siapa yang menelpon, aku tak tahu.

 

Baguslah kalau dia menceraikan aku. Anggap saja malam tadi tak pernah terjadi apa pun antara aku dan Saka.

 

Aku pergi meninggalkan kamar dan juga kartu yang diberikan oleh Saka saat dia sibuk menelpon. Aku tak butuh u4ng itu. Selesai dari pernikahan saja sudah bersyukur.

 

Memesan taksi dan kembali ke rumah adalah tujuan utamaku. Beristirahat dan tidur seharian sepertinya akan membuat tubuhku menjadi lebih baik.

 

Tiba di rumah pagi hari dengan pakaian yang berantakan dan rambut awut-awutan karena aku memang tidak sempat menyisir apalagi cuci muka. Biarin aja bau iler. 

 

"Sudah pulang," sapa Bibi dengan wajah sumringah.

 

"Sudah," balasku acuh.

 

"Dapat u4ng berapa dari Saka?" tanyanya.

 

Sontak hal itu membuatku kaget. Ternyata semalam yang menjebak aku adalah nenek lampir ini. Kurang ajar memang!

 

"Aku tidak menerima u4ngnya," sahutku.

 

Plak!

 

"Dasar b0doh! Aku menjebak biar kamu dapat u4ng banyak. Tapi malah kamu sia-siakan!" hardiknya tak terima jika aku tak mengambil u4ng pemberian Saka.

 

Tak masalah jika hanya ditampar. Aku sudah terbiasa sejak kedua orang tuaku meninggal. Aku selalu mendapatkan perlakuan buruk dari bibiku.

 

"Bukankah Bibi sudah dapat banyak u4ng dari pernikahan aku? Selama ini aku selalu dijadikan kambing hitam untuk memeras harta keluarga Abraham. Bibi pikir aku tidak tahu kelakuan kalian selama ini!"

 

"Itu juga untuk kemajuan perusahaan! Nanti juga hasilnya buat kamu," balasnya tak mau kalah.

 

"Oh ya!" Mataku memandangnya nyalang. "Dengan membalik nama perusahaan menjadi atas nama Rihana! Begitu?"

 

Seketika bibir Bibi terkatup. Untung saja aku tidak pernah mau tanda tangan apa pun yang berasal darinya. Aku sudah tahu tabiat asli wanita itu seperti apa. 

 

Wanita itu akan mengambil alih semua data perusahaan membalik nama atas dirinya. Dasar wanita bvsuk!

 

Aku pergi begitu saja meninggalkan Bibi. Daripada meladeni wanita lampir itu, mending pergi tidur. Rasanya masih sangat perih luar biasa. Semoga lekas membaik setelah beristirahat.

 

"Ingat Nilam! Kalau bukan karena aku, kamu pasti sudah luntang-lantung di jalan!" teriaknya dan aku tak peduli. Membiarkan wanita itu mengoceh hingga mulutnya berbusa, sekalian aja nyuci rumah. Mayan lah.

 

Suara ponsel berdering membuatku kian jengkel. Tidak bisakah mengganggu aku besok saja. Hari ini sedang ingin beristirahat!

 

Gegas aku menggeser layar dan menerima telepon karena suara dering tak kunjung berhenti.

 

"Ada apa? Jangan ganggu aku! Telepon besok saja!

 

Seketika mata membelalak saat mendengar suara jawaban di seberang telepon. Si4l!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
berapa sih umur mu, koq kayak kerbau yg dicucuk hidungnya. apa otak dan umur mu belum cukup utk mengambilalih perusahaan ortumu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status