LOGIN"Mbak Aurel, dicari pacarnya di teras depan kost!" seru mbak penjaga kost-kostan exclusive tempat Aurel tinggal dari lantai 1.
Kamar Aurel ada di lantai 2, satu lantai bersebelahan dengan teman sekampus satu angkatannya Jovanka. Mendengar bahwa kawannya dicari pacarnya, gadis itu pun mendadak kepo dan keluar dari kamarnya. "Widihh ... pacar baru ya, Rel?" ucap Jovanka berdiri bersedekap di bingkai pintu kamar Aurel. Aurel yang sudah berdandan maksimal dan sedang memulaskan liptint beraroma cherry di bibir ranumnya pun mendengkus kesal. "Ahh, kepo loe, Van! Gue cabut dulu ya, takut cowok gue kelamaan nunggu. Bye ...," cerocos Aurel ramai seperti biasanya. Dia menyelempangkan sling bag di tubuhnya lalu mengunci pintu kamar kostnya. "Oke deh, selamat kencan, Aurel Comel!" balas Jovanka lalu melongokkan kepalanya dari susuran pagar beton lantai 2 ke arah teras untuk melihat siapa cowok baru kawannya itu. Ketika si cowok yang dibilang pacar baru Aurel itu membalikkan badannya di teras menghadap ke gadis yang dijemputnya, Jovanka sontak terperangah dan berseru, "HAHH? PROF. REYNOLD?! Gelooo si Aurel pacaran sama dosen dia!" Sementara itu di teras, Reynold yang berdiri menunggu teman kencannya itu menoleh ketika mendengar suara riang Aurel menyapanya, "Hai, Ayang Reynold. Maaf ya nunggu lamaan dikit!" Senyuman tampan sontak menghiasi raut wajah dosen ganteng itu. Dia memandangi penampilan teman kencannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Hai, Sayang! Berangkat sekarang aja ya ntar keburu kemaleman," sahut Reynold lalu menyodorkan lengannya untuk digandeng oleh Aurel. Mereka berdua berjalan bersama ke halaman parkir kendaraan tamu kost. Kemudian Reynold membukakan pintu mobil Honda Civic miliknya untuk Aurel. "Silakan, Cantik!" ucapnya sembari mengulum senyum. Aurel pun naik ke kursi samping pengemudi dengan anggun. Malam itu dia mengenakan midi dress off shoulder berbahan scuba warna baby blue yang tampak elegan dan soft. Rambut panjang sepunggungnya dia styling ikal membingkai wajahnya yang manis dan imut-imut. Sebenarnya gadis itu memang cantik, tetapi mulutnya itu terkadang seperti bus kopaja yang remnya blong hingga kesannya jutek, badass, rempong. Ketika teman kencannya hanya diam saja duduk di sebelahnya yang menyetir mobil, Reynold pun berkata, "Jadi kamu mau dinner dimana, Rel?" "Emm ... aduh, bingung juga soalnya kita kan baru aja deket, Prof ... ehh ... Ayang!" sahut Aurel spontan, dia masih selalu berpikir Reynold itu dosennya. Ya bagaimana lagi hampir setahun dia jadi mahasiswi yang diajar di kelas Parasitologi oleh Reynold. Ditambah lagi sensasinya berbeda dengan James yang sejak awal mengisi bimbingan KRS sudah menarik hatinya. "Slow, Non ... hmm aku nggak susah sih makan apa aja ayo, kalau kamu sukanya makan apa? Apa mau ke Portable bistro aja, resto langgananku tuh? Menunya asia-western fushion jadi banyak variasinya," ujar Reynold sambil berkonsentrasi dengan lalu lintas di depannya. "Hmm ... boleh deh, Ayang. Btw, kalau boleh tahu ya, usia kamu berapa sih? Sama Oppa James tuaan siapa?" tanya Aurel penasaran sembari memerhatikan wajah Reynold dari samping. Mendengar rival abadinya disebut oleh Aurel, kening pria muda itu pun berkerut. Dia menghela napas panjang lalu menjawab, "Kamu masih suka sama Bang James ya, Rel? Emang dia lebihnya apa sih dibanding aku? Kami tuh beda dua tahun tuaan dia, aku 27 tahun." "Ohh ... masih muda banget ya 27 tahun sudah jadi profesor. Pinter banget dong ya kamunya ...," puji Aurel tanpa menjawab pertanyaan Reynold mengenai perasaannya ke James. "Lho pertanyaanku nggak dijawab, Rel. Jawablah!" desak Reynold dengan nada ringan. Mereka pun sudah memasuki area parkir restoran tempat kencan malam ini. Dengan ragu Aurel menjawab, "Masih suka sih. Masa perasaan suka bisa menguap gitu aja sih, Ayang. Maaf ya .... Ohh tentang kelebihannya sebenarnya aku sendiri nggak gitu bandingin, tapi memang penampilan si Oppa James itu tipeku banget. Mirip Oppa Park Seo Joon. Hehehe." Reynold pun berdecak mendengar jawaban Aurel, dia membatin dengan kesal, 'Gak si Laura, gak si Aurel. Kenapa sih mata cewek-cewek nih kalau lihat Bang James bisa kayak kena pelet!?' Akhirnya mobil Honda Civic itu terparkir dengan rapi dan Reynold pun mengajak Aurel turun menuju ke restoran. Dia senang dengan penampilan pacar barunya itu yang begitu memancarkan kebeliaannya. Gandengan tangan Aurel di lengannya terasa bergelanyut manja dan cenderung membuatnya gemas. "Duduk di bagian teras yang dekat garden aja ya, Rel biar santai," ajak Reynold yang diiyakan oleh Aurel. Lengan Reynold ternyata kekar, nilai Aurel dalam hatinya. Setelah jalan bareng begini rasanya nggak kalah memesona dengan si Oppa PSJ kw. Malahan minus kejutekan sikapnya, Reynold memiliki pembawaan yang menyenangkan dan hangat. Waiter restoran membagikan buku menu ke Aurel dan Reynold lalu menunggu pesanan mereka berdua. "Aurel mau makan porsi sendiri-sendiri apa mau sharring menu?" tanya Reynold perhatian sembari melihat-lihat daftar menu di buku. "Sepertinya kita sharring menu aja lebih asik deh, gimana?" sahut Aurel menatap wajah Reynold. "Boleh. Kamu pilih dulu deh mau apa menunya, aku habis kamu pesannya," jawab Reynold. Dia sudah memiliki menu favorit sejak dulu. Akhirnya Aurel memesan Cesar Salad, T-Bone steak , Spicy Angel Hair with Chicken Tomato Mushroom sauce, Lasagna Cheesy Beef, Assorted Dimsum, Crab and Corn Cream Soup, serta jus blueberry segar. Sedangkan, Reynold hanya menambah menu Dorry Frites with Tartar Sauce and Brocolli sauteed dan Egg Benedict, Mango Pudding with Strawberry and Vanilla Ice Cream. Sepertinya menu yang Aurel pilih sangat banyak, tapi Reynold biasa saja dan tidak mengeluh. Dia hanya berkata, "Order menunya banyak, nanti dihabisin ya, Non!" "Hehehe ... bantuin ya, Ayang!" jawab Aurel sambil cengengesan yang sontak mendapat cubitan Reynold di pipinya. "Rel, kamu gemesin deh. Kalau habis dinner main ke apartmentku mau nggak?" tanya Reynold iseng. "Kamu tinggal sendiri apa gimana di apartment, Ayang Rey?" tanya balik Aurel. Dia agak ragu bertamu malam-malam ke apartment seorang pria sekalipun dia pacarnya. Reynold pun menjawab santai, "Sendirian kok, kita nanti bisa ngobrol mesra di apartmentku, oke?" Akhirnya Aurel mengangguk setuju, dia berpesan, "Tapi nanti jangan dimacem-macemin ya di apartment. Kan aku masih bocil, Ayang. Kalau hamil gimana?" Tawa Reynold pun berderai mendengar pesan pacar remajanya itu. "Kuceritain sesuatu deh ya ... dulu pas sekolah S2, aku tiap malam ganti teman ranjang, kawin sampai bosan selama dua tahun di Michigan. Sekarang sih sudah agak jinak dan lebih alim, jadi kamu jangan kuatir asal ... nggak dipancing-pancing. Kalau sudah kepancing ntar ganas, aku nggak jamin kamu pulang masih virgin!" "Kok tahu sih kalau aku masih virgin?" sahut Aurel heran. "Mantan playboy tulen mana mungkin meleset, Rel! Dahlah ... pokoknya percaya sama aku aja dan jangan mancing-mancing yang agresif, oke?!" jawab Reynold lalu mengerling kepada Aurel."Rel, dengerin gue dulu bentar!" seru Biyan mencengkeram kedua lengan gadis incarannya di samping ruang kuliah 201 seusai kuliah pagi."Biyan, lepasin—sakit tahu?!" balas Aurel berusaha melepaskan dirinya dari kakak kelasnya yang menurutnya terobsesi kepadanya hingga nyaris seperti orang kurang waras.Biyan mendesak tubuh ramping Aurel hingga punggung gadis itu menempel ke dinding. "Gue mau ngomong penting. Lo dengerin dulu!" ujarnya tak sabar karena Aurel selalu seperti ingin kabur saja darinya seperti melihat setan bila berpapasan tak sengaja di kampus."Hmm ... oke, ngomong lo sekarang. Gue dengerin!" ketus Aurel melengos menghindari tatapan mata Biyan yang tajam kepadanya."Gue mau kita pacaran. Jauhi si profesor playboy itu. Lo tahu nggak kalo Prof. Reynold itu ninggalin Mbak Hesti anak angkatan akhir yang udah mau wisuda bulan depan ini? Cowok itu bosen ... habis manis sepah dibuang
"Mampus dah gue!" tukas Aurel spontan ketika melihat Biyan tengah berdiri menyandar di pilar depan pintu keluar ruang kuliah 101.Seringai berbahaya di wajah kakak angkatannya itu membuat Aurel bergidik ngeri. Padahal dia sebelumnya bermaksud menemui Prof. Reynold untuk membahas ancaman Biyan kepadanya pagi tadi."Udah kelar kuliah 'kan lo, Beb! Yuk lanjut ngobrolin tentang masa depan kita," seloroh Biyan sembari terkekeh. Dia merangkul bahu Aurel dan memaksanya berjalan mengikuti kemana tujuan langkahnya pergi.Decakan kesal meluncur dari bibir Aurel, dia membatin, 'Masa depan pale lo, Bi! Suram buat gue—""Please, lo ngerti nggak sih kalo gue tuh nggak ada perasaan suka apalagi cinta sama lo, Bi?" Aurel menghentikan langkahnya sembari menatap wajah Biyan lurus-lurus.Namun, Biyan hanya tertawa pelan menanggapi pertanyaan Aurel. "Penting gitu buat gue ngerti?!" balasnya ri
"AUREL!" Teriakan pria yang memanggil namanya itu membuat gadis itu sontak menoleh ke belakang.'Waduh mampus ... dia lagi dia lagi!' rutuk Aurel dalam hatinya. Biyan berlari kencang menghampirinya sambil menenteng ransel di bahu kiri. Akhirnya sesampainya pemuda itu di hadapan Aurel, ia pun berkata, "Gue mau ngomong sama lo penting banget!"Alis tebal melengkung itu berkerut menatap Biyan dengan tatapan aneh. "Gue ada kuliah setengah jam lagi. Ntar aja habis kuliah ya, Bi!" tolak Aurel seraya membalikkan badannya akan melanjutkan perjalanannya ke ruang 101."Gue buntutin kencan lo sama Prof. Reynold semalem. Bobo barengkah kalian?" ujar Brian sengaja dengan nada kepo."Damn!" desis Aurel memejamkan kedua matanya dan menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan perasaannya. Dia pun kembali mendekati Biyan dan menarik tangan pemuda itu menuju ke taman kampus yang sepi di pagi hari.Seringai puas terukir di wajah Biyan. 'Kena kau sekarang, Nona Sok Jual Mahal!' soraknya girang dalam ba
Dari dalam mobilnya Biyan memandangi sosok Aurel yang dirangkul mesra bahunya oleh Prof. Reynold hingga masuk ke dalam lift dari lantai basement parkiran mobil Jasmine Park Apartment. Rasanya gondok sekali Biyan, dia bolak balik ditolak oleh Aurel saat memintanya menjadi pacar sementara saja. Sementara di lain sisi Aurel menyerahkan keperawanannya yang berharga ke profesor playboy cap kadal itu dengan sukarela. Entah kena pelet apa si Aurel, pikir Biyan terheran-heran. Tak ada lagi yang dapat dia lakukan selain pulang ke kostnya karena gebetannya yang dikuntit sedari tadi sudah naik ke lantai atas apartment dengan lift. Biyan melajukan mobilnya menuju ke arah Pogung Baru yang memang menjadi daerah populer kost mahasiswa-mahasiswi UGM.Sedangkan, di lantai 7 Jasmine Park."Aurel, thank you ya Sayang sudah mau nemenin aku bobo malam ini lagi!" ujar Reynold menatap wajah cantik imut mahasiswinya yang menggoda iman itu. Dia membuka pintu unitnya lalu mengayunkan tangan kanannya mempersi
"Ahh ... sialan, gue keduluan nih!" maki Biyan seraya memukul gagang setir mobil Lexus miliknya. Dia mengamati dari dalam mobil, Aurel dijemput oleh Prof. Reynold di kost-kostannya.Sebenarnya petang itu dia ingin memberi kejutan untuk Aurel dengan mengajak gadis itu berkencan romantic dinner di Hanamasa Restoran. Biyan sudah membeli seikat bunga mawar merah berjumlah 20 tangkai yang dia pikir bisa melelehkan hati Aurel, rupanya harapannya hanya tinggal kenangan.Sore itu gerimis masih turun rintik-rintik membasahi kota Yogyakarta. Wiper kaca depan mobil Lexus warna hitam itu dinyalakan sesekali oleh Biyan. Sembari membuntuti mobil dosennya pemuda itu mengomel, "Gue udah curiga sejak di kantin siang tadi. Kenapa pula si profesor sok kegantengan itu ngebelain Aurel? Ternyata bener mereka ada main belakang 'kan! Bukannya dia udah tunangan sama asdos Mikrobiologi sih? Gabener ini ... gabener ...."Mobil sedan hitam Honda Civic yang dibuntuti oleh Biyan membelok ke dalam Hartono Mall. Mak
Di depan tangga lantai 1 sesosok pemuda tengah berdiri bersandar di pilar sembari menunggu wajah yang ia cari muncul turun dari lantai 2. Aurel tak menyangka bahwa ia akan ditunggu oleh pacar barunya. 'Nih cowok apa nggak ada kerjaan lain sih? Masa gue mpe ditungguin selesai praktikum begini sih?' batin Aurel dengan perasaan malas bertemu Biyan."Hai, Dedek Gemes! Acara di kampus loe udah kelar 'kan?" sapa Biyan mendekati Aurel.Sementara ketiga teman segenk-nya berdehem-dehem meliriknya seraya berjalan menjauh meninggalkan Aurel berdua saja bersama Biyan.Dengan dingin Aurel menjawab, "Udah kelar semua sih. Gue mau balik ke kostan, capek! Kenapa emangnya, Bi?""Eitss ... panggilnya sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku dong! Ayo panggil gue lagi, Rel," desak Biyan tak mau dibantah oleh pacar barunya.Rasanya begitu terpaksa bagi Aurel. Namun, dia tak dapat mengelak dengan kesepakatan mereka berdua di toilet tadi. Demi nilai praktikum Biokimia, pikir Aurel dengan fokus. Ia tersenyu







