Share

bab 2 Kamar Pengantin.

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-26 01:08:00

Helena yang melihat menantunya menangis berkata dengan nada kesal, "Dari pada kamu menangis, lebih baik kamu segera baca mantra itu berulang. Agar kamu dan putraku bisa selamat dari dewa kematian!"

Naura yang merasa sudah tidak ada jalan lagi, hanya bisa menjawab dengan anggukan.

Dia berharap, ucapan Helena nyata adanya.

Mengingat dia ingin sekali bertemu dengan ibu kandungnya sebelum meninggalkan dunia.

Dengan mudahnya dia menghafalkan mantra yang diberikan biksu itu dan membacanya berulang.

Naura memang terkenal memiliki kecerdasan tingkat tinggi.

Helena berkata pada beberapa pria berbaju hitam yang barusan datang, "Cepat masukkan tubuh gadis ini ke dalam peti mati anakku!"

Dengan hormat mereka semua menjawab, "baik Nyonya Helena."

Naura memilih untuk fokus membaca mantra itu, walaupun dia merasa sangat takut akan berada didalam satu peti mati bersama dengan seorang yang sudah mati.

Walaupun Naura akui, jika peti mati itu lebih besar dari pada peti mati pada umumnya.

Setelah tubuhnya dimasukkan ke dalam peti mati, dan dirinya tidur bersebelahan dengan Liam.

Naura reflek menoleh, untuk menatap ke arah calon suaminya. Walaupun tubuhnya terlihat pucat dan kaku, tapi Naura akui.

Liam sangatlah tampan.

Walaupun kabarnya Liam sudah meninggal dunia seminggu yang lalu, tapi berita itu belum dibenarkan oleh keluarga Liam sendiri.

Biksu mulai mengikatkan tali berwarna merah di jarinya dan juga jari Liam, lalu peti mati resmi ditutup.

Naura hanya bisa menghembuskan napas kasar, saat dia merasakan jika saat ini peti mati seperti diangkat.

Tapi dia merasa aneh, saat tiba-tiba rasa kantuk yang dahsyat menghampiri dirinya.

Dia pun akhirnya tertidur dengan sangat pulas dan panjang.

Ntah berapa lama dia tertidur, tiba-tiba dia merasakan ada seseorang yang menggerayangi tubuhnya.

Bahkan tangan itu terasa sangat dingin saat menyentuh kulitnya.

Naura juga merasa, jika bibirnya sekarang ini dilumat seseorang.

"Apakah ini mimpi?" gumamnya dalam hati, dia masih merasa bingung. "Tapi kenapa terasa begitu nyata?"

Setelah merasakan sentuhan yang begitu lama, Naura merasa kesadarannya kembali hilang dan dia pun kembali ke alam mimpi.

****

Sinar matahari pagi menyorot ke arah wajahnya.

Naura membuka matanya perlahan, tapi dia dikejutkan saat mendapati dirinya berada ditempat asing.

"Sekarang aku berada dimana?" gumamnya menatap sekeliling.

Seingatnya semalam dirinya masih berada didalam peti mati.

"Cepat sekali berpindahnya?" gumamnya tanpa sadar.

Kedua bola matanya langsung membulat sempurna, kamar yang dia tempati bernuansa merah dan dihias layaknya kamar pengantin.

"Apa jangan-jangan, aku semalam ... "

Reflek Naura langsung berdiri dan menghadap ke arah cermin besar yang ada didalam kamar.

Hal yang dilakukan oleh Naura, untuk memastikan apakah dirinya masih hidup atau sudah mati.

Ternyata tubuhnya terpantul didepan cermin, artinya dia masih hidup.

Tapi kedua alis Naura mengkerut, kala mendapati area leher dan dadanya banyak sekali bekas cupang.

Dan kenapa pakaiannya sudah berubah menjadi lingerie.

Naura terdiam sepersekian detik, mengingat kejadian aneh kemarin saat dia dipaksa menikah dengan orang mati.

Dia masih tidak mempercayai, bahwa hari dimana dia berulang tahun yang ke 20 tahun berubah menjadi hari pernikahannya dengan seorang mayat.

Naura menatap ke arah sekeliling, dia tersenyum senang kala mendapati ada sebuah telepon yang ada disamping tempat tidur.

Dia berlari kecil, tapi saat berlari.

Naura merasa aneh, saat merasakan jika tubuh bagian bawahnya terasa sakit.

Tapi, Naura memilih abai.

Toh yang terpenting sekarang ini, dirinya masih hidup.

Naura menekan beberapa angka, dengan harapan tinggi dia berharap akan ada bantuan yang membantunya kabur dari tempat aneh ini.

"Halo, Kak Daniel. Ini aku Naura, bisakah kamu membantuku ... " Ucapan Naura terhenti, setelah dia mendengar orang yang berbicara dari telepon.

"Laura ... " gumam Naura berniat mematikan telepon, dalam pikirannya mungkin dia salah menekan angka.

Tapi tatapannya menggelap saat teringat, kalau selama ini dia memang tidak pernah tahu nomor Laura.

Saat ingin menekan tombol akhiri, tapi Naura malah salah memencet tombol speaker.

"Naura ... Ini beneran kamu? Aku kira kamu sudah mati jadi tumbal," ucap Laura dari balik telepon disertai suara tawa mengejek. "Oh iya ... Kak Daniel sekarang sedang mandi, karena tadi kami berdua habis melakukan ... "

Ucapan Laura terhenti, saat Naura menyela ucapannya. "Sejak kapan kamu dekat dengan Kak Daniel?"

"Aku nggak dekat dengannya. Tapi kak Daniel terus mengejar ku selama setahun ini."

"Sebenarnya sudah lama dia ingin meminta putus darimu, tapi masih belum menemukan momen yang tepat. Dia takut, kalau tiba-tiba putus. Orang-orang di kampus akan membully ku dan tidak ada lagi pendonor darah untukku."

Kedua tangan Naura terkepal erat, setelah mendengar penjelasan Laura.

Akhirnya dia menyadari, sudah setahun ini Daniel mulai menjauh darinya.

Bahkan terus melakukan hal yang menyakiti dirinya.

Mengingat hal itu, Naura merasa hatinya kembali hancur.

Dalam ingatan Naura, waktu dia berumur 5 tahun. hidupnya sangat bahagia bersama kedua orang tuanya.

Lalu datanglah Laura dan Diana, ayahnya yang sbelumnya sangat menyayanginya berubah membencinya, bahkan ibunya juga pergi dari rumah dan tidak pernah sekalipun menemuinya lagi.

Kasih sayang semua keluarga besar ayahnya langsung berganti ke Laura.

Naura merasa dunia ini sungguh tidak adil, jika mengingat semua hal itu.

Namun, saat itu datang Daniel tetangganya yang sering melihat dirinya terluka karena kekejaman ayahnya.

Daniel yang berusia 5 tahun lebih tua darinya memeluknya, dan berkata apapun yang terjadi akan selalu berada disisinya.

Sebelumnya penyakit Laura sering kambuh, jadi Laura tidak pernah dekat dengan Daniel.

Tapi, setahun lalu kesehatan Laura mulai stabil.

Laura mengambil semua teman-temannya sekaligus perhatian dari Daniel.

Dari balik telepon, Laura kembali berkata, "Naura ... Kenapa kamu diam saja? Apakah kamu sudah mati?"

Suaranya terdengar penuh tawa ejekan.

Kedua tangan Naura terkepal setelah mendengar ucapan Laura. "Laura, bukankah orang yang pantas mati adalah kamu? Makanya selama hidup Tuhan nggak pernah kasih kesehatan untuk mu. Aku harap penyakitmu sekarang ini akan bertambah parah dan menyiksa hidupmu."

Saat ingin menutup telepon, Naura malah mendengar suara Daniel yang marah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dipaksa Menikah Dengan Orang Mati   bab 74 Istri yang terabaikan.

    Naura melangkah cepat meninggalkan keramaian pesta jamuan bisnis yang penuh dengan suara tawa dan percakapan berbisik. Apalagi di tambah dengan pertengkaran yang dilakukan oleh Liam dan Steven, ia merasa seperti tidak mempunyai ruang Nafasnya terasa sesak, seolah udara di dalam ruangan itu berubah menjadi beku yang mengekang pikirannya. Ia mencari udara segar di teras, berharap bisa meredakan kegelisahan yang merayap di dadanya. Mengingat jika sekarang dirinya sedang hamil, seringkali merasa moodnya sering berubah. Tiba-tiba, sebuah dorongan keras membuat tubuh Naura kehilangan keseimbangan. Ia terhuyung dan terjatuh ke arah kolam renang yang ada di samping taman belakang. Mata Naura melebar, jantungnya berdegup kencang saat ia menoleh dan melihat Laura berdiri dengan senyum sinis di bibirnya. Seketika Daniel muncul dari balik kerumunan dengan langkah tegap dan mata yang menyala penuh tekad. Ia melangkah cepat ke arah Naura yang hampir terjerembab ke air. Tanpa

  • Dipaksa Menikah Dengan Orang Mati   bab 73

    "Kamu mengenal istri Liam?" celetuk Victor dengen nada sedikit terkejut, tapi ntah kenapa ia merasa jika hubungan Steven dengan Naura tidak sesederhana itu. Steven diam, ia berharap Naura menanggapi ucapannya. Saat ingin menanggapi ucapan Steven, Victor sudah menyela ucapannya. "Kalau kalian mengenalnya, Tapi kenapa kalian berdua tidak memperkenalkannya padaku?" tegur Victor dengen suara pura-pura kesal. Walaupun ia sudah pernah mendengar rumor pernikahan Liam, tapi itu hanya rumor, tentu saja ia ingin tahu fakta yang sebenarnya terjadi. Liam dan Steven sama-sama diam, tdiak menangapi ucapan Victor. Lalu tatapan Liam menatap tajam ke arah Steven, "Bagaimana pun juga Naura istriku, bahkan dia juga sedang hamil anakku. Aku nggak akan pernah berniat untuk menceraikannya." Victor memegang dadanya terkejut, ia menatap Liam dengan tatapan bingung penuh tanda tanya. "Naura sudah hamil empat bulan sekarang, dan selama kehamilannya kamu selalu bersama dengan Kanaya." sah

  • Dipaksa Menikah Dengan Orang Mati   bab 72

    "Rencana?" tanya Laura pura-pura. Daniel sontak Laura dengan tatapan tajam, wajahnya bahkan berubah merah padam. Ia sudah tidak bersikap sungkan lagi pada gadis jahat itu. "Sekarang simpan saja aktingmu itu untuk orang lain, kesedihanmu sama sekali tidak berpengaruh padaku." "Sekarang aku memberikan waktu padamu selama sebulan, Naura harus sudah bisa berada di sisiku. Kalau tidak jangan harap kamu masih bisa jadi mahasiswa di kampusku, dan keluarga Alfa mu bisa keluar dari krisis kebangkrutan." ancam Daniel. Laura menatap Daniel, matanya yang biasanya tenang kini menyimpan bara amarah yang sulit disembunyikan. Apalagi saat melihat Daniel memalingkan pandangannya dari dirinya dan menatap ke arah Naura dengan penuh kelembutan. Dalam hatinya, suara kecil itu mengumpat tajam, "Bukankah dulu kak Daniel begitu perhatian padaku? Kenapa sekarang dia malah mengejar Naura? Apa istimewanya Naura sampai-sampai harus dilirik lagi, padahal dia sudah punya suami?" Tatapan Laura ta

  • Dipaksa Menikah Dengan Orang Mati   bab 71

    Steven tidak memperdulikan ucapan sahabatnya, wajahnya sekarang ini nampak masam. Ibunya sekarang khawatir, "Steven, ibu nggak bisa membantumu. Bagaimana pun juga, kita nggak bisa menyinggung keluarga Arnold." Solar Alan ibunya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia juga tidak bisa memaksa putranya menikah dengan wanita lain. Mengingat orang yang patah hati, bisa melakukan hal yang sangat kejam tanpa berpikir dulu. Bagaimana pun juga, Steven adalah putra tunggalnya. Mengingat selama ini juga putranya tidak pernah suka atau pun jatuh cinta pada siapapun. Steven tetap diam, tidak pernah menanggapi ucapan ibunya. "Steven ... " Solar memegang lembut pergelangan tangan anaknya. Tapi, Steven malah menghempaskan tangan ibunya dengan kasar. "Kenapa sekarang ini cerewet sekali? Kalau ibu menyuruhku menyerah, itu nggak akan pernah mungkin terjadi." ujar Steven. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya, menatap putranya dengan sedih. "Apakah ibu lupa? Kalau gadis itu a

  • Dipaksa Menikah Dengan Orang Mati   bab 70

    Naura membuka matanya perlahan saat sebuah sentuhan lembut menyapu pipinya. Kedua tangannya seketika berhenti, matanya melebar penuh kebingungan saat menyadari ada dua wanita perias duduk di sisi ranjangnya, sibuk merapikan riasan wajahnya dengan gerakan cekatan dan penuh perhatian. Tatapan Naura melayang mencari-cari sesuatu, lalu bertemu dengan sosok Liam di sudut ruangan yang tampak serius, sibuk berganti-ganti layar ponselnya tanpa menoleh. Perasaan bingung bercampur canggung merayapi hati Naura, hingga Liam akhirnya menoleh dan tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Jamuan bisnis akan dimulai dua jam lagi," ucapnya lembut, menenangkan kebingungan istrinya. Seorang perias dengan suara halus mendekat, "Bisa bangun, nyonya? Kami ingin mulai membuat sanggul agar penampilan anda semakin anggun." Naura mengangguk pelan, tubuhnya bergerak dengan hati-hati saat bangkit dari ranjang. Liam yang menyaksikan itu tertegun, matanya membelalak kagum. Selama ini, ia belum pe

  • Dipaksa Menikah Dengan Orang Mati   bab 69 Jamuan bisnis.

    Sore harinya, Helena masuk ke dalam kamar putranya. Disana ia melihat Liam yang sedang memandangi istrinya yang tertidur pulas. "Sekarang apakah kamu menyesal? Karena nggak dengerin ucapanku," celetuk Helena, hal itu sungguh membuat Liam terkejut. Karena ia tidak melihat siluet ibunya saat masuk ke dalam kamarnya. Liam segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar kembali, sebenarnya ingin mengakuinya, tapi ia terlalu gengsi. "Nggak ada penyesalan, lagian Naura itu istriku. Dia pasti akan kembali padaku, diperutnya juga ada darah dagingku." Ia terlihat sangat percaya diri. Helena hanya bisa menghembuskan napas kasar, setelah mendengar ucapan putranya. Ia hanya bisa berharap semoga Naura tidak mendengar ucapan Liam. "Terserah kamu-lah. Yang penting ibu sudah mengingatkan mu," sahut Helena tanpa daya, ia ingin keluar tapi malah teringat sesuatu. "Oh ya, ibu sudah memesankan gaun untuk Naura. Ibu mengatakannya karena ingin meminta ijin padamu, untuk mengajak Naura pergi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status