Share

Mimpi Buruk 2

Arjun baru saja sampai di rumah. Tubuhnya terasa sangat letih. Karena setelah pertemuan dari Gunanda tadi, ia langsung pergi menghadiri beberapa meeting penting.

Arjun berjalan ke sebuah kamar yang ia lupa bahwa di kamar itu ada Fallen. Yang ia ingat, setiap hari ia memang suka berpindah kamar. Karena itu ada tiga kamar di lantai tersebut.

Ia sudah bermalam di ruang kerjanya, maka malam ini, ia akan bermalam di kamar tengah. Sementara kamar yang ada di bagian timur adalah kamar ketiga.

Arjun memasuki kamar tersebut. Merenggangkan dasinya, lalu berjalan menuju kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar air hidup dari dalam kamar mandi. Ia tertegun, apakah air sedang rusak? Perlahan ia membuka pintu yang tidak terkunci itu. Dan alangkah terkejutnya saat ia melihat sosok Fallen sedang berendam di dalam bathtub dengan busa dan kelopak bunga mawar. Mata Fallen masih tertutup karena ia sepertinya ketiduran.

Buru-buru Arjun menutup pintu kembali. Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju luar. Berkali-kali ia menggerutu. "Kenapa aku bisa lupa? Kenapa aku melihatnya mandi? Dan kenapa dia malah tertidur, dasar bodoh."

Arjun pun langsung memanggil kepala pelayan.

"Masuk ke kamarnya dan pastikan bahwa tidak ada barang-barang yang dirubah posisinya."

Asti langsung mengangguk dan menuju kamar Fallen. Ia tidak menemukan keberadaan Fallen di dalam kamar yang sebenarnya posisinya sudah benar. Namun karena Fallen tidak ada, Asti berinisiatif untuk mencarinya.

Ia mengetuk kamar mandi hingga akhirnya membangunkan Fallen. Fallen menyadari bahwa ia ketiduran. Lekas ia menyahut panggilan dari Asti dari dalam kamar mandi.

Setelah mengetahui bahwa Fallen berada di kamar mandi, Asti pun segera keluar. Ia masih heran dengan perintah Arjun yang menurutnya sangat tidak penting dan posisi Fallen yang ada di dalam kamar mandi.

Arjun merebahkan dirinya ke ranjang ruang kerjanya. Ia menghela nafas panjang. Membiarkan tubuhnya terlentang diantara bantal dan guling yang masih berada di posisinya.

Ia memejamkan matanya sejenak, hingga akhirnya ia terlarut dalam tidur.

"Aaaaaakkhhh, sakit Bu! Ampuuuun!!"

"Rasakan ini, dasar anak sialan! Kau seharusnya tidak hidup di dunia ini!! Seharusnya kau mati saja!! Aku menyesal membiarkan mu lahir ke dunia ini. Setiap melihatmu, rasanya aku ingin sekali membunuhmu! Kau adalah anak yang menjijikkan!!!"

"Aaaaaaakkkkh, sakit, Bu! Jangan cambuk aku lagi. Sakiiiit!!"

"Semoga dengan cara ini kau lekas mati!! Pergilah dari dunia ini, pergi!!!"

"Tidaaaaaak!!!" Arjun terbangun dengan wajah penuh keringat. Betapa ia sungguh tidak ingin mengenang masa itu, namun mimpi buruk itu terus terulang, terlebih ketika ia lelah, pasti mimpi buruk itu selalu hadir dengan berbagai kenangan buruk. 

Arjun melihat Arlojinya. Ternyata sudah satu jam ia tertidur. Ia pun segera membersihkan diri ke kamar mandi. Ia berendam di dalam bathtub dengan air hangat. Ia kembali teringat akan mimpinya. Begitu perih luka hati yang ia terima. Sudah terluka fisik, batin pun juga tersiksa mendengar cacian dan makian seolah kelahirannya tidak diinginkan.

"Aku juga tidak sudi mempunyai ibu seperti mu. Kau ibu kandung ku, tetapi sikapmu seperti ibu tiri. Tidak, kau bukan hanya seperti ibu tiri, tetapi juga monster yang sangat kejam. Aku tidak akan pernah memaafkan dirimu!" Arjun menatap tajam ke sembarang arah di antara air mata yang meleleh membasahi pipinya.

*****

"Airin, bolehkah ibu jujur pada Arjun?" tanya Rania pada Airin yang terbaring dengan mata yang terus menatap ke langit-langit.

Terlihat Airin langsung menggeleng. Tubuhnya memang tidak bisa bergerak, tetapi kepalanya masih bisa merespon seperti membuka mulut, menangis, atau bahkan menggeleng.

"Biarkan dia tahu yang sebenarnya. Setidaknya dia tahu alasan apa yang membuatmu sangat membencinya. Dengan begitu dia bisa memberikan maaf padamu. Bukankah ini keinginanmu? Mendapatkan maaf dari anakmu?"

Airin masih menggeleng. Matanya semakin melotot tajam. Air matanya meleleh membasahi pelipisnya.

Rania semakin menangis tersedu-sedu. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Jika Arjun mengetahui rahasia ini, memang, ia akan sangat sedih, namun setidaknya ia mengetahui apa yang membuat ibunya sangat membenci dirinya.

Airin memejamkan mata. Tampak nafasnya kembang kempis pertanda dirinya berusaha untuk mengontrol rasa marahnya.

Sejak lima tahun yang lalu, yaitu sejak sang suami meninggal, Airin syok dan terkena stroke berat. Menyebabkan seluruh anggota tubuhnya lumpuh hingga sekarang. Bahkan beberapa kali ia sempat mengalami kritis. Hanya satu yang ia inginkan, yaitu maaf dari sang anak yang selama ini ia siksa karena satu alasan.

*****

Fallen duduk di balkon kamarnya. Menatap foto ibunya, sembari memandangi sore hari yang damai. Sebenarnya ia punya satu impian, yaitu melihat matahari terbenam di pantai. Namun itu hanya impian belaka, karena sampai detik ini, ia tak pernah tahu seperti apa pantai itu? Seperti apa pasir tanpa kotoran kucing, dan seperti apa air laut yang kata orang mempunyai rasa asin.

"Bu, apakah kita dulu pernah ke pantai? Jika pernah, apakah kita pernah membuat istana? Atau,,,apakah aku pernah berenang di dalamnya? Pernahkah aku merasakan asin di mulut saat tertelan air laut? Keinginanku sangat sederhana saja, Bu. Aku ingin melihat matahari terbenam di pantai." Fallen tersenyum getir. Bulir air mata kembali membasahi pipinya.

"Impianku sangat kekanak-kanakan, ya, Bu? Tapi sayang, aku tidak akan pernah melihatnya. Mungkin memang takdirku untuk terkurung selamanya di rumah. Tanpa pernah tahu apa itu pantai, mall, sekolah, bahkan teman. Tidak tahukah ibu betapa perihnya hidup dalam kesepian seperti ini? Aku tidak punya tempat untuk mencurahkan segala isi hatiku. Aku tidak punya tempat untuk mengadu, bersandar, atau sekadar tersenyum. Mengapa hidupku sangat menyedihkan, Ibu?" Fallen menangis meratap. Beginilah ia. Cengeng, penakut, dan bodoh. Entah kapan ia akan bahagia.

Lelah menangis, Fallen kembali ke kamar. Merebahkan dirinya ke atas ranjang, sembari menunggu adzan Maghrib berkumandang.

Sementara itu, Arjun sedang bekerja dengan laptopnya. Malam ini ia akan makan di dalam, karena itu, ia berpesan kepada Asti untuk menyuruh Fallen makan di lantai bawah.

Entah apa yang melatarbelakangi sikapnya yang tiba-tiba menghindari Fallen. Padahal, Fallen bukanlah orang yang akan menyakiti dirinya sehingga harus dihindari.

Ia terus berfokus pada laptop di depannya. Inilah risiko yang harus ia tanggung karena tidak mempercayai orang lain. Semua harus ia kerjakan sendiri, tanpa bantuan dari siapapun. Bahkan Jim yang selalu setia berada di sampingnya pun tidak ia percayai. Baginya, semua orang sama saja. Berwajah manis, namun berhati busuk. Ia selalu berhati-hati pada siapapun. Namun keberadaan Fallen justru membuatnya lupa bahwa Fallen adalah orang asing yang ia terima tinggal di rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status