Share

Mimpi Buruk 2

Penulis: Yenita Wati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-11 09:52:51

Arjun baru saja sampai di rumah. Tubuhnya terasa sangat letih. Karena setelah pertemuan dari Gunanda tadi, ia langsung pergi menghadiri beberapa meeting penting.

Arjun berjalan ke sebuah kamar yang ia lupa bahwa di kamar itu ada Fallen. Yang ia ingat, setiap hari ia memang suka berpindah kamar. Karena itu ada tiga kamar di lantai tersebut.

Ia sudah bermalam di ruang kerjanya, maka malam ini, ia akan bermalam di kamar tengah. Sementara kamar yang ada di bagian timur adalah kamar ketiga.

Arjun memasuki kamar tersebut. Merenggangkan dasinya, lalu berjalan menuju kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar air hidup dari dalam kamar mandi. Ia tertegun, apakah air sedang rusak? Perlahan ia membuka pintu yang tidak terkunci itu. Dan alangkah terkejutnya saat ia melihat sosok Fallen sedang berendam di dalam bathtub dengan busa dan kelopak bunga mawar. Mata Fallen masih tertutup karena ia sepertinya ketiduran.

Buru-buru Arjun menutup pintu kembali. Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju luar. Berkali-kali ia menggerutu. "Kenapa aku bisa lupa? Kenapa aku melihatnya mandi? Dan kenapa dia malah tertidur, dasar bodoh."

Arjun pun langsung memanggil kepala pelayan.

"Masuk ke kamarnya dan pastikan bahwa tidak ada barang-barang yang dirubah posisinya."

Asti langsung mengangguk dan menuju kamar Fallen. Ia tidak menemukan keberadaan Fallen di dalam kamar yang sebenarnya posisinya sudah benar. Namun karena Fallen tidak ada, Asti berinisiatif untuk mencarinya.

Ia mengetuk kamar mandi hingga akhirnya membangunkan Fallen. Fallen menyadari bahwa ia ketiduran. Lekas ia menyahut panggilan dari Asti dari dalam kamar mandi.

Setelah mengetahui bahwa Fallen berada di kamar mandi, Asti pun segera keluar. Ia masih heran dengan perintah Arjun yang menurutnya sangat tidak penting dan posisi Fallen yang ada di dalam kamar mandi.

Arjun merebahkan dirinya ke ranjang ruang kerjanya. Ia menghela nafas panjang. Membiarkan tubuhnya terlentang diantara bantal dan guling yang masih berada di posisinya.

Ia memejamkan matanya sejenak, hingga akhirnya ia terlarut dalam tidur.

"Aaaaaakkhhh, sakit Bu! Ampuuuun!!"

"Rasakan ini, dasar anak sialan! Kau seharusnya tidak hidup di dunia ini!! Seharusnya kau mati saja!! Aku menyesal membiarkan mu lahir ke dunia ini. Setiap melihatmu, rasanya aku ingin sekali membunuhmu! Kau adalah anak yang menjijikkan!!!"

"Aaaaaaakkkkh, sakit, Bu! Jangan cambuk aku lagi. Sakiiiit!!"

"Semoga dengan cara ini kau lekas mati!! Pergilah dari dunia ini, pergi!!!"

"Tidaaaaaak!!!" Arjun terbangun dengan wajah penuh keringat. Betapa ia sungguh tidak ingin mengenang masa itu, namun mimpi buruk itu terus terulang, terlebih ketika ia lelah, pasti mimpi buruk itu selalu hadir dengan berbagai kenangan buruk. 

Arjun melihat Arlojinya. Ternyata sudah satu jam ia tertidur. Ia pun segera membersihkan diri ke kamar mandi. Ia berendam di dalam bathtub dengan air hangat. Ia kembali teringat akan mimpinya. Begitu perih luka hati yang ia terima. Sudah terluka fisik, batin pun juga tersiksa mendengar cacian dan makian seolah kelahirannya tidak diinginkan.

"Aku juga tidak sudi mempunyai ibu seperti mu. Kau ibu kandung ku, tetapi sikapmu seperti ibu tiri. Tidak, kau bukan hanya seperti ibu tiri, tetapi juga monster yang sangat kejam. Aku tidak akan pernah memaafkan dirimu!" Arjun menatap tajam ke sembarang arah di antara air mata yang meleleh membasahi pipinya.

*****

"Airin, bolehkah ibu jujur pada Arjun?" tanya Rania pada Airin yang terbaring dengan mata yang terus menatap ke langit-langit.

Terlihat Airin langsung menggeleng. Tubuhnya memang tidak bisa bergerak, tetapi kepalanya masih bisa merespon seperti membuka mulut, menangis, atau bahkan menggeleng.

"Biarkan dia tahu yang sebenarnya. Setidaknya dia tahu alasan apa yang membuatmu sangat membencinya. Dengan begitu dia bisa memberikan maaf padamu. Bukankah ini keinginanmu? Mendapatkan maaf dari anakmu?"

Airin masih menggeleng. Matanya semakin melotot tajam. Air matanya meleleh membasahi pelipisnya.

Rania semakin menangis tersedu-sedu. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Jika Arjun mengetahui rahasia ini, memang, ia akan sangat sedih, namun setidaknya ia mengetahui apa yang membuat ibunya sangat membenci dirinya.

Airin memejamkan mata. Tampak nafasnya kembang kempis pertanda dirinya berusaha untuk mengontrol rasa marahnya.

Sejak lima tahun yang lalu, yaitu sejak sang suami meninggal, Airin syok dan terkena stroke berat. Menyebabkan seluruh anggota tubuhnya lumpuh hingga sekarang. Bahkan beberapa kali ia sempat mengalami kritis. Hanya satu yang ia inginkan, yaitu maaf dari sang anak yang selama ini ia siksa karena satu alasan.

*****

Fallen duduk di balkon kamarnya. Menatap foto ibunya, sembari memandangi sore hari yang damai. Sebenarnya ia punya satu impian, yaitu melihat matahari terbenam di pantai. Namun itu hanya impian belaka, karena sampai detik ini, ia tak pernah tahu seperti apa pantai itu? Seperti apa pasir tanpa kotoran kucing, dan seperti apa air laut yang kata orang mempunyai rasa asin.

"Bu, apakah kita dulu pernah ke pantai? Jika pernah, apakah kita pernah membuat istana? Atau,,,apakah aku pernah berenang di dalamnya? Pernahkah aku merasakan asin di mulut saat tertelan air laut? Keinginanku sangat sederhana saja, Bu. Aku ingin melihat matahari terbenam di pantai." Fallen tersenyum getir. Bulir air mata kembali membasahi pipinya.

"Impianku sangat kekanak-kanakan, ya, Bu? Tapi sayang, aku tidak akan pernah melihatnya. Mungkin memang takdirku untuk terkurung selamanya di rumah. Tanpa pernah tahu apa itu pantai, mall, sekolah, bahkan teman. Tidak tahukah ibu betapa perihnya hidup dalam kesepian seperti ini? Aku tidak punya tempat untuk mencurahkan segala isi hatiku. Aku tidak punya tempat untuk mengadu, bersandar, atau sekadar tersenyum. Mengapa hidupku sangat menyedihkan, Ibu?" Fallen menangis meratap. Beginilah ia. Cengeng, penakut, dan bodoh. Entah kapan ia akan bahagia.

Lelah menangis, Fallen kembali ke kamar. Merebahkan dirinya ke atas ranjang, sembari menunggu adzan Maghrib berkumandang.

Sementara itu, Arjun sedang bekerja dengan laptopnya. Malam ini ia akan makan di dalam, karena itu, ia berpesan kepada Asti untuk menyuruh Fallen makan di lantai bawah.

Entah apa yang melatarbelakangi sikapnya yang tiba-tiba menghindari Fallen. Padahal, Fallen bukanlah orang yang akan menyakiti dirinya sehingga harus dihindari.

Ia terus berfokus pada laptop di depannya. Inilah risiko yang harus ia tanggung karena tidak mempercayai orang lain. Semua harus ia kerjakan sendiri, tanpa bantuan dari siapapun. Bahkan Jim yang selalu setia berada di sampingnya pun tidak ia percayai. Baginya, semua orang sama saja. Berwajah manis, namun berhati busuk. Ia selalu berhati-hati pada siapapun. Namun keberadaan Fallen justru membuatnya lupa bahwa Fallen adalah orang asing yang ia terima tinggal di rumahnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Akhir kisah yang bahagia

    Sore harinya, terdengar suara tawa dari taman belakang.Kate yang merasa heran langsung mendatangi adanya sumber suara itu."Bagaimana? Terasa, kan?" tanya Fallen sambil menempelkan kepala Arjun di perutnya."Hahaha, dia baru saja menendangku." Arjun tergelak saat merasakan tendangan di bagian pipinya."Sepertinya dia ingin menjadi pemain sepak bola." Fallen menanggapi."Ya, kalau begitu, aku harus mempersiapkan lapangan sepak bola untuknya nanti," sahut Arjun dengan antusias."Jadi benar, anaknya laki-laki?" tanya Kate yang baru saja datang menghampiri mereka."Siapa yang bilang?" tanya Arjun."Kau ingin membelikannya lapangan sepak bola. Dia pasti laki-laki, iya, kan? Kalian tidak mau memberitahu kami hasil USG. Memangnya apa salahnya kalau kami tahu.""Kakak, bukan begitu, kami hanya tida

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Sensitif

    "Arjun!" teriak Airin yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Arjun dan Fallen. "Hmmm, ada apa, Bu? Kenapa teriak-teriak?" tanya Arjun yang masih berbaring di atas ranjangnya dengan pakaian kerjanya. "Sedang apa kau di sini, Nak. Apa kau tahu, Kate kerepotan karena mengurus klien yang kau tinggalkan di restoran barusan." Arjun bangkit dari posisi berbaring nya. "Aku terpaksa meninggalkan mereka karena Fallen tiba-tiba saja memintaku pulang dengan sebuah tangisan dari seberang telepon." "Hah? Ada apa dengannya?" tanya Airin dengan khawatir. "Mau melahirkan? Tapi kan masih beberapa minggu lagi." "Tidak, Bu. Ternyata dia hanya merindukan aku. Dia bahkan tidak mau berpisah jauh-jauh dariku. Dan sekarang aku disuruh menunggunya yang sedang mandi." Arjun menjelaskan. "Astaga, ibu kira apa. Lalu, kenapa kau terlihat mengantuk sekali?" Airin berja

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Identitas Asli Jim

    Beberapa bulan telah berlalu. Kini, hidup Arjun maupun Fallen sudah bahagia. Mereka tengah menantikan kehadiran buah hati yang sebentar lagi akan lahir ke dunia ini, hanya tinggal menghitung minggu.Rania dan Airin tinggal di sebelah rumah Arjun. Ya, Arjun membeli rumah untuk nenek dan ibunya tepat di samping rumahnya agar ia mudah jika ingin bertemu dengan mereka. Terlebih lagi, Fallen yang tengah hamil trimester ke-tiga itu tidak bisa terlalu lama melakukan perjalanan.Pagi ini, bertepatan dengan hari libur, mereka tengah bersantai di taman belakang rumah. Ditemani Kate dan Airin. Sedangkan Rania sedang ada acara arisan di rumah temannya."Indah sekali pagi ini, ya, Bu." Arjun menatap langit yang sama sekali tidak ada matahari karena tertutup awan mendung."Indah apanya? Ini sedang mendung," gerutu Kate."Aku berkata pada ibu ku, bukan pada mu." Arjun menatap Kate dengan kesal.

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Maafkan Aku

    Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang ditunggu oleh seluruh stasiun televisi. Pasalnya, hari ini, jam ini, detik ini tengah diadakan konferensi pers oleh Arjun dan Fallen di sebuah gedung yang merupakan milik Arjun.Para reporter mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka. Dengan jelas, Arjun menceritakan setiap detail kejadian yang mereka alami. Begitu juga dengan Fallen, ia menceritakan bagaimana kejahatan ayahnya terbongkar."Jadi, karena kecelakaan yang disengaja oleh Gunanda, makanya Nona Fallen berhasil mengingat kenangan masa kecil yang menyimpan rahasia besar tersebut?" tanya seorang reporter."Benar, bisa dikatakan, bahwa Gunanda sendirilah yang telah membuat kejahatannya selama ini terbongkar." Arjun menjawab."Tuan, kami dengar, Anda membantu anak dari orang yang dijadikan kambing hitam, setelah ditelusuri, ternyata suami dari wanita itu adalah Tuan Danu, yang mempunyai hutang

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Heboh

    Arjun merangkul pundak Fallen, menemaninya berjalan keluar dari lapas tersebut setelah polisi memastikan semua bukti yang ada di kartu memori yang ia bawa adalah asli. Dengan begitu, Gunanda akan segera diproses hukum sebagaimana mestinya.Sepanjang perjalanan Fallen masih saja menangis. Bukan karena kenyataan pahit yang kini ia terima, melainkan karena ia adalah seorang yatim piatu. Tiada ayah dan ibu, hanya sebatang kara di dunia ini."Bahkan dulu aku sangat menyayanginya meski dia sangat membenciku." Fallen menangis tersedu-sedu."Tenangkan dirimu, Sayang." Arjun memeluk Fallen, lalu mengusap rambutnya dengan lembut."Aku bahkan menyesali kenapa ingatanku malah pulih. Lebih baik aku hilang ingatan seumur hidup, daripada mengetahui bahwa kenyataan sepahit ini.""Sayang, dengarkan aku, ini semua adalah takdir. Kau tidak boleh menyesalinya. Bayangkan jika saat ini ingatanmu belum

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Memori yang hilang

    Flashback On Setelah kecelakaan yang menimpa Arjun, Fallen, serta Kate, satu persatu ingatan Fallen mulai muncul. Semula, ia berpikir bahwa itu adalah mimpi. Namun, lama-kelamaan bayangan itu semakin jelas. Beberapa kali ia mengingat peristiwa kecelakaan yang menimpa dirinya serta ibunya yang ternyata disebabkan mobil yang kehilangan kendali karena dikejar seseorang. Hingga saat ia sudah pulang dari rumah sakit, ia akhirnya mengingat seluruh memori yang selama ini hilang. Dan salah satunya adalah penyebab kecelakaan dan ucapan sang ibu yang selama ini selalu mengisi mimpinya namun hanya sepenggal. Sedangkan kali ini, ucapan ibunya terngiang sangat jelas. Saat Arjun menanyakan perihal sikapnya yang aneh, Fallen belum berani mengatakan perihal ingatannya. Namun, setelah ia mendengar bahwa Gunanda berusaha mencelakai mereka, barulah ia bertekad membuka kedok Gunanda. Pagi ini, setelah Arjun perg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status