Share

Pintu Kamar

Author: Yenita Wati
last update Last Updated: 2022-01-22 19:41:57

"Hmmm aku suka orang yang memohon. Benar-benar terlihat menyedihkan!" Arjun menatap Fallen yang masih berdiri di depannya.

"Sekarang, pergi ke lantai tiga. Dan pastikan kau sampai sebelum aku sampai!" titah Arjun.

Fallen memperhatikan sebuah lift yang terletak di samping tangga. Ia merasa ragu bisa sampai di atas sebelum Arjun sampai.

"Bagaimana? Apa kau keberatan?" Arjun menatap Fallen lebih dekat. Membuatnya gadis itu memundurkan dirinya satu langkah ke belakang.

Arjun menyunggingkan sedikit senyuman devilnya. Kemudian, ia melangkahkan kakinya menuju lift yang akan membawanya ke lantai atas, yaitu menuju kamarnya yang berada di lantai tiga.

Dengan segera, Fallen langsung berlari menaiki anak tangga sebelum Arjun sampai. Sekuat tenaga ia berlari tanpa menghiraukan tubuhnya yang mulai lelah. Keringat bercucuran, larinya semakin berat karena kakinya benar-benar pegal. Namun, rasa takutnya membuatnya mempercepat larinya. Rumah luas dan berlantai banyak itu membuatnya harus berjuang ekstra untuk sampai lebih dulu.

Hingga akhirnya, ia berhasil mencapai lantai tiga dengan keringat membasahi wajah dan tubuhnya. Ia membungkukkan tubuhnya dengan nafas yang ngos-ngosan. Ia menyeka keringat dengan tangannya.

Lama ia menunggu, namun Arjun tidak muncul juga.

"Apa aku salah lantai?" gumam Fallen. Ia memperhatikan seisi lantai itu terdapat beberapa ruangan dan beberapa sofa besar di tengah-tengahnya.

Tingg, pintu lift pun terbuka. Tampak Arjun keluar dari dalamnya sembari menatap Fallen dengan tatapan tajamnya.

"Hebat! Kau bisa melampaui aku. Apa aku lama?" tanya Arjun.

Dengan cepat Fallen langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan."

"Aku tadi sudah memasuki lift, namun aku berhenti di lantai dua untuk mengecek keadaan sekitar. Aku selalu melakukannya setiap waktu," ucap Arjun dengan entengnya.

"Saya mengerti, Tuan." Fallen menunduk.

"Jadi kau tidak marah?" Arjun berjalan mendekati Fallen yang masih berdiri sambil menunduk.

"Aku tidak suka dengan orang yang tidak menatapku saat aku menatapnya."

Mendengar ucapan Arjun, Fallen langsung mendongak dan menatap wajah pria yang kini telah menjadi suaminya itu.

"Kau belum menjawab."

"Saya tidak marah, Tuan."

Arjun memperhatikan tubuh Fallen yang sudah setengah basah. "Lihatlah tubuh menjijikkan mu itu. Berkeringat dan kotor. Aku paling benci melihat orang yang kotor, kau bahkan lebih bau dari sampah." Menutup hidung dengan tangannya.

Fallen langsung memundurkan dirinya. Ia tidak ingin bau tubuhnya membuat Arjun marah.

"Masuklah ke kamar dan bersihkan tubuhmu!"

Fallen hanya diam. Ia melihat beberapa ruangan, namun tidak tahu yang mana kamar. "Saya tidak tahu dimana letak kamar, Tuan."

Arjun kembali menunjukkan senyum devilnya. "Kau harus menebaknya. Kau punya satu kesempatan untuk memilih kamar yang tepat, namun jika kau salah, maka aku harus mematahkan satu jarimu."

Tubuh Fallen langsung gemetaran mendapatkan ancaman seperti itu. Ia bingung, di sana ada tiga ruangan, namun dengan bentuk dan warna pintu yang sama.

"Kau punya waktu satu menit."

Sontak ucapan Arjun langsung membuat Fallen panik. Ia segera melangkah dan mengamati setiap pintu. Baik desain, maupun ukiran pintu terlihat sama saja. Ia bingung harus memilih yang mana. Tidak ada petunjuk ataupun gagang pintu yang usang seperti kamarnya, karena semua ruangan memiliki pintu otomatis yang hanya perlu digeser dengan sensor gerakan tangan ataupun dengan sentuhan langsung.

Fallen mulai berpikir, tampak jelas tubuhnya yang masih gemetaran.

"Waktumu tinggal sepuluh detik."

Ucapan Arjun langsung membuat Fallen semakin panik. Ia terus berlari mendatangi lagi pintu-pintu tersebut. Meneliti, menatap dari jarak dekat, hingga mengintip sela pintu, barangkali ada celah kecil untuk melihat ke dalam.

"Tiga, dua, satu. Waktumu habis, sekarang kau harus memilih. Jika salah, aku akan mematahkan jarimu langsung dengan tanganku." Arjun mengepal tangan kanannya, lalu meninju tangan kirinya sambil menatap Fallen dengan tatapan devil.

Fallen menyembunyikan tangannya ke belakang. Ia terlihat sangat pucat.

"Yang mana pintu kamar?" tanya Arjun sembari melangkah mendekati Fallen yang masih berdiri mematung.

Fallen kelabakan, ia memandangi semua jarinya lalu menoleh ke sebuah pintu tepat di belakangnya. "Ini, Tuan, saya rasa pintu ini adalah kamar."

"Hmmm, benarkah? Mari kita buktikan." Arjun mendekati pintu tersebut. Menggunakan sensor tangannya untuk membukanya.

Fallen menutup matanya kala Arjun telah membuka pintu tersebut.

"Buka matamu dan lihatlah!"

Perlahan Fallen mulai membuka satu matanya untuk mengintip. Namun, ketika ia melihat bahwa isi dari ruangan itu adalah kamar, ia pun dapat bernafas lega.

"Wah hebat sekali, kau benar!" seru Arjun sembari menepuk tangannya.

Fallen hanya tersenyum sembari beristighfar dalam hati. Jantungnya masih berdegup kencang dan tangannya masih gemetaran.

"Mari aku tunjukkan isi dari dua ruangan yang lain." Arjun berjalan ke sebuah pintu di sebelah barat diikuti Fallen.

Ia lantas membuka pintu tersebut dengan sensor tangannya. Saat pintu sudah dibuka, betapa terkejutnya Fallen karena isi dari ruangan itu juga kamar. Begitu juga dengan ruangan terkahir. Isinya juga kamar tidur. Ternyata semua ruangan adalah kamar dan Arjun telah mempermainkan dirinya habis-habisan.

"Kenapa diam saja? Apa kau tidak marah? Aku baru saja mempermainkan dirimu." Arjun menatap Fallen yang hanya diam mematung.

Ia tak mampu berekspresi. Ini hari pertamanya di rumah itu, namun ia sudah dibuat ketakutan setengah mati. Bahkan saat ini, jantungnya masih berdegup kencang.

"Saya tidak marah, Tuan."

"Kau sangat pintar berbohong. Apa Gunanda selalu mengajarimu?"

"Tidak, Tuan. Saya tidak berbohong."

"Baiklah, karena aku sedang buru-buru, kau masuk ke kamar, lalu bersihkan dirimu di kamar ini. Tanyakan pakaianmu pada pelayan, dan jangan sentuh apapun di dalamnya. Jika aku melihat ada satu benda yang bergeser satu inci dari tempatnya, maka kau bisa mengucapkan selamat tinggal pada jarimu." Arjun melangkah meninggalkan Fallen setelah memastikan gadis itu mengangguk mengerti.

Ia segera ke salah satu kamar yang merupakan ruang kerja yang dilengkapi ranjang. Ada tiga kamar, karena setiap malam, ia selalu berpindah kamar untuk tidur. Ia segera mengambil semua berkas yang diperlukan. Hanya dirinya yang boleh memasuki ruangan tersebut dikarenakan dirinya yang tidak mempercayai siapapun termasuk Jim, asisten pribadinya.

Setelah semua siap, Arjun segera menemui Jim yang sudah menunggunya di lantai bawah. Pria tinggi tegap itu tersenyum menanti kedatangan majikannya.

Mereka segera masuk ke dalam mobil dan melaju menuju target yang sudah diketahui keberadaannya. Ya, target pertama bersembunyi di kabin tengah hutan karena menghindari Arjun yang akan menagih hutangnya. Bahkan ia hampir saja membunuh dirinya sendiri jika orang suruhan Jim tidak menghentikannya.

Sementara itu.

"Airin, kau harus kuat. Kau harus mendapat maaf dari putramu. Ibu yakin, dia pasti bisa membuka pintu maafnya untukmu." Nenek Arjun menangis di samping seorang wanita paruh baya yang kini terbaring lemah dengan alat-alat medis. Matanya terbuka, namun tubuhnya tidak bergerak. Hanya air mata penyesalan yang mengalir di pelipis matanya. Ia adalah Airin, yang tak lain adalah ibu kandung Arjun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Akhir kisah yang bahagia

    Sore harinya, terdengar suara tawa dari taman belakang.Kate yang merasa heran langsung mendatangi adanya sumber suara itu."Bagaimana? Terasa, kan?" tanya Fallen sambil menempelkan kepala Arjun di perutnya."Hahaha, dia baru saja menendangku." Arjun tergelak saat merasakan tendangan di bagian pipinya."Sepertinya dia ingin menjadi pemain sepak bola." Fallen menanggapi."Ya, kalau begitu, aku harus mempersiapkan lapangan sepak bola untuknya nanti," sahut Arjun dengan antusias."Jadi benar, anaknya laki-laki?" tanya Kate yang baru saja datang menghampiri mereka."Siapa yang bilang?" tanya Arjun."Kau ingin membelikannya lapangan sepak bola. Dia pasti laki-laki, iya, kan? Kalian tidak mau memberitahu kami hasil USG. Memangnya apa salahnya kalau kami tahu.""Kakak, bukan begitu, kami hanya tida

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Sensitif

    "Arjun!" teriak Airin yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Arjun dan Fallen. "Hmmm, ada apa, Bu? Kenapa teriak-teriak?" tanya Arjun yang masih berbaring di atas ranjangnya dengan pakaian kerjanya. "Sedang apa kau di sini, Nak. Apa kau tahu, Kate kerepotan karena mengurus klien yang kau tinggalkan di restoran barusan." Arjun bangkit dari posisi berbaring nya. "Aku terpaksa meninggalkan mereka karena Fallen tiba-tiba saja memintaku pulang dengan sebuah tangisan dari seberang telepon." "Hah? Ada apa dengannya?" tanya Airin dengan khawatir. "Mau melahirkan? Tapi kan masih beberapa minggu lagi." "Tidak, Bu. Ternyata dia hanya merindukan aku. Dia bahkan tidak mau berpisah jauh-jauh dariku. Dan sekarang aku disuruh menunggunya yang sedang mandi." Arjun menjelaskan. "Astaga, ibu kira apa. Lalu, kenapa kau terlihat mengantuk sekali?" Airin berja

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Identitas Asli Jim

    Beberapa bulan telah berlalu. Kini, hidup Arjun maupun Fallen sudah bahagia. Mereka tengah menantikan kehadiran buah hati yang sebentar lagi akan lahir ke dunia ini, hanya tinggal menghitung minggu.Rania dan Airin tinggal di sebelah rumah Arjun. Ya, Arjun membeli rumah untuk nenek dan ibunya tepat di samping rumahnya agar ia mudah jika ingin bertemu dengan mereka. Terlebih lagi, Fallen yang tengah hamil trimester ke-tiga itu tidak bisa terlalu lama melakukan perjalanan.Pagi ini, bertepatan dengan hari libur, mereka tengah bersantai di taman belakang rumah. Ditemani Kate dan Airin. Sedangkan Rania sedang ada acara arisan di rumah temannya."Indah sekali pagi ini, ya, Bu." Arjun menatap langit yang sama sekali tidak ada matahari karena tertutup awan mendung."Indah apanya? Ini sedang mendung," gerutu Kate."Aku berkata pada ibu ku, bukan pada mu." Arjun menatap Kate dengan kesal.

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Maafkan Aku

    Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang ditunggu oleh seluruh stasiun televisi. Pasalnya, hari ini, jam ini, detik ini tengah diadakan konferensi pers oleh Arjun dan Fallen di sebuah gedung yang merupakan milik Arjun.Para reporter mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka. Dengan jelas, Arjun menceritakan setiap detail kejadian yang mereka alami. Begitu juga dengan Fallen, ia menceritakan bagaimana kejahatan ayahnya terbongkar."Jadi, karena kecelakaan yang disengaja oleh Gunanda, makanya Nona Fallen berhasil mengingat kenangan masa kecil yang menyimpan rahasia besar tersebut?" tanya seorang reporter."Benar, bisa dikatakan, bahwa Gunanda sendirilah yang telah membuat kejahatannya selama ini terbongkar." Arjun menjawab."Tuan, kami dengar, Anda membantu anak dari orang yang dijadikan kambing hitam, setelah ditelusuri, ternyata suami dari wanita itu adalah Tuan Danu, yang mempunyai hutang

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Heboh

    Arjun merangkul pundak Fallen, menemaninya berjalan keluar dari lapas tersebut setelah polisi memastikan semua bukti yang ada di kartu memori yang ia bawa adalah asli. Dengan begitu, Gunanda akan segera diproses hukum sebagaimana mestinya.Sepanjang perjalanan Fallen masih saja menangis. Bukan karena kenyataan pahit yang kini ia terima, melainkan karena ia adalah seorang yatim piatu. Tiada ayah dan ibu, hanya sebatang kara di dunia ini."Bahkan dulu aku sangat menyayanginya meski dia sangat membenciku." Fallen menangis tersedu-sedu."Tenangkan dirimu, Sayang." Arjun memeluk Fallen, lalu mengusap rambutnya dengan lembut."Aku bahkan menyesali kenapa ingatanku malah pulih. Lebih baik aku hilang ingatan seumur hidup, daripada mengetahui bahwa kenyataan sepahit ini.""Sayang, dengarkan aku, ini semua adalah takdir. Kau tidak boleh menyesalinya. Bayangkan jika saat ini ingatanmu belum

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Memori yang hilang

    Flashback On Setelah kecelakaan yang menimpa Arjun, Fallen, serta Kate, satu persatu ingatan Fallen mulai muncul. Semula, ia berpikir bahwa itu adalah mimpi. Namun, lama-kelamaan bayangan itu semakin jelas. Beberapa kali ia mengingat peristiwa kecelakaan yang menimpa dirinya serta ibunya yang ternyata disebabkan mobil yang kehilangan kendali karena dikejar seseorang. Hingga saat ia sudah pulang dari rumah sakit, ia akhirnya mengingat seluruh memori yang selama ini hilang. Dan salah satunya adalah penyebab kecelakaan dan ucapan sang ibu yang selama ini selalu mengisi mimpinya namun hanya sepenggal. Sedangkan kali ini, ucapan ibunya terngiang sangat jelas. Saat Arjun menanyakan perihal sikapnya yang aneh, Fallen belum berani mengatakan perihal ingatannya. Namun, setelah ia mendengar bahwa Gunanda berusaha mencelakai mereka, barulah ia bertekad membuka kedok Gunanda. Pagi ini, setelah Arjun perg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status