Home / Rumah Tangga / Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan / BAB 131 : MERAYAKAN ULTAH HANA

Share

BAB 131 : MERAYAKAN ULTAH HANA

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-07-27 08:01:30

Lampu kamar diredupkan. Savana sudah tertidur pulas di samping Daryan, wajahnya tenang, satu tangannya diletakkan di atas perutnya yang masih datar. Napasnya teratur.

Daryan menyandarkan punggung ke kepala ranjang, masih terjaga. Ponsel di tangannya menampilkan halaman toko online—ia sedang serius memilih sesuatu sebagai hadiah.

“Kalung berlian atau jam tangan klasik ya? Atau bunga segar ditambah surat tulisan tangan?”

Ia bergumam pelan, lalu menyimpan salah satu gambar hadiah ke favorit. Matanya sempat melirik ke Savana. Ia tersenyum tipis.

“Hadiah buat mama mertua karena udah melahirkan bidadari cantik dan sebaik kamu untuk aku.”

Tiba-tiba, Savana menggeliat pelan. Ia memutar badan, masih setengah sadar, dan merangkul pinggang Daryan dari samping.

“Engh ... Mas ....” lenguhnya samar, suara mengantuk.

Daryan refleks mematikan layar ponsel dan menaruhnya di meja nakas. Ia cepat-cepat membalas pelukan Savana, tangannya membelai rambut panjangnya lembut.

“Iya, Sayang. Aku di sin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 230 : SEMBUNYI DARI DARYAN

    Langit siang itu mendung, bayang-bayang awan menggantung kelabu di atas rumah tahanan wanita. Gerbang besi berdecit ketika seorang pria tinggi bersetelan jas masuk, diiringi seorang pria paruh baya berpakaian rapi membawa koper hitam. Para petugas langsung berdiri sigap begitu mengenali wajah itu. Revanza. Tangan kanan keluarga Ardhanata yang kekayaannya bisa mengguncang satu kota. Tak ada yang berani macam-macam. Semua sudah diatur. Perintah datang langsung dari Daryan. “Di ruang isolasi belakang, Pak. Tahanan atas nama Sri Ajeng Ardhanata,” ujar salah satu sipir. “Dia baru saja terlibat keributan.” Revanza menatapnya dan mengangguk pelan, “Saya butuh ruangan khusus, karena Nyonya Ajeng akan diperiksa oleh dokter pribadi keluarga Ardhanata.” Petugas tersebut mengangguk cepat dan buru-buru menjemput Ajeng ke sel tahanannya. Tak butuh waktu lama, kini Ajeng sudah berada di ruang kepala lapas—duduk di sofa mewah di sana.

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 229 : MANDI BARENG

    Udara malam menyusup lewat celah jendela yang sedikit terbuka, membawa sejuk yang menyelimuti kamar beraroma lavender. Lampu tidur menyala temaram di sudut ruangan, hanya cukup untuk menampakkan siluet dua tubuh yang berbaring rapat di balik selimut tebal. Savana sudah tertidur pulas dengan wajah tenang, pipinya masih bersemu merah, keringat masih membasahi kening karena sisa aktivitasnya, dan helaan napasnya teratur. Rambut panjangnya tergerai di bantal, sebagian menutupi lengan Daryan yang memeluknya dari belakang. Daryan sendiri belum bisa memejamkan mata. Sudah terbiasa begadang tiap malam. Namun, dia penasaran dengan pesan yang Minah kirim pada istrinya tadi—kira-kira apa isinya, dia tak yakin itu hanya sekadar memberitahu kabar kalau kucing yang dibeli istrinya sudah dating. Ia menunduk pelan, mengamati wajah istrinya yang tertidur lelap dengan tatapan lembut yang hanya dimiliki oleh seorang lelaki yang benar-benar jatuh cinta.

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 228 : JADWAL PENTING DI KASUR

    “Nyonya Ajeng, bagaimana dengan keadaan Ibu?” tanya Minah dengan penuh kehati-hatian, meski matanya sudah menangkap luka di pelipis majikannya itu—jelas Ajeng sedang tidak baik-baik saja. “Ngapain kamu ke sini?” tanya Ajeng dengan nada sinis. Minah hanya mengulas senyum tipis, tak tersinggung dengan nada bicara majikannya karena sudah terbiasa. “Saya anter makanan rumahan, Nyonya. Siapa tahu Nyonya kepengen makanan rumahan.” “Apa Savana yang suruh kamu? Atau ….” Ajeng menggantung ucapannya, tak mungkin Daryan pikirnya. “Iya, saya datang karena diminta Non Savana buat anterin makanan rumahan selama Non Savana gak ada,” jelas Mina dengan suara lembut. Ajeng langsung membulatkan matanya kaget, “Memangnya Savana ke mana?” “Tuan Daryan sama Non Savana tadi pagi berangkat ke luar negeri Nyonya, katanya mau bulan madu yang sempat tertunda dulu,” jawab Minah. Berita itu seperti tamparan pelan di wajah Ajeng. Matanya masih membulat, mulutnya setengah terbuka menahan keterkejutan.

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 227 : MENGHUBUNGI SAVANA

    Langkah kaki Ajeng terdengar berat saat dua sipir perempuan menggiringnya menuju ruang telepon. Tangannya masih diborgol, walau dengan posisi lebih longgar dari biasanya. Luka di pelipisnya sudah dibersihkan seadanya, tapi rasa perihnya masih terasa, jauh lebih dalam dari sekadar luka fisik. “Telepon cuma lima menit. Jangan macam-macam,” ujar salah satu sipir sebelum membuka borgol dan menyerahkan gagang telepon ke tangannya. Ajeng mengangguk lemah. Suaranya tak keluar. Ia hanya menunduk dan meraih kertas kecil yang diberikan oleh petugas administrasi kemarin—tertulis nama Savana, lengkap dengan nomor teleponnya. Savana satu-satunya orang yang mungkin masih peduli. Atau setidaknya kemarin wanita itu berjanji akan datang jika dia membutuhkannya. Dengan jari gemetar, Ajeng memencet nomor itu satu per satu. Setiap digit terasa seperti menekan luka yang belum sembuh. Telepon memanggil—jantungnya berdetak sangat cepat, tak sabar panggilan itu segera dijawab. Namun … Sekali.

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 226 : PERTENGKARAN DI LAPAS

    Pagi itu, halaman belakang Lembaga Pemasyarakatan Wanita terasa gerah meski matahari belum sepenuhnya naik. Barisan tahanan berjajar mengenakan seragam oren pudar, tangan mereka sibuk dengan sapu lidi, sekop dan tong sampah. Di antara mereka, dua sosok berdiri dengan aura paling mencolok di antara tahanan yang lain—Ajeng dan Bella. Ajeng, dengan sorot mata tajam sedang menyapu area dekat taman kecil. Langkahnya pelan tapi mantap, seolah ia masih membawa kehormatan masa lalunya meski kini hidup di balik tembok jeruji. Dari sisi lain, Bella muncul dengan cara yang tak kalah dramatis. Langkahnya anggun, gerakan tangannya elegan, bahkan saat hanya membawa kain pel dan ember tua. Senyum sinis langsung mengembang di bibirnya ketika matanya menangkap siluet Ajeng. “Akhirnya setelah sekian lama tante dijenguk juga ya kemarin? Sama siapa? Daryan?” tanya Bella seraya mendekati Ajeng. Wanita paruh baya itu tak menoleh sedikitpun, seolah sengaja membiarkan Bella bicara sendiri seperti o

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 225 : BERANGKAT KE LUAR NEGERI

    Di meja makan yang hangat dengan cahaya matahari siang menyusup dari jendela, sup ayam mengepul dalam mangkuk kaca. Sepiring nasi hangat dan potongan ayam goreng tersusun rapi di tengah meja. Daryan duduk dengan tenang, tangan kanannya memegang sendok, dan tatapannya sesekali jatuh pada Savana yang sibuk menuangkan air putih ke dalam gelas. “Aku ambilin sambal ya, Mas?” tawar Savana cepat, mencoba mengalihkan perhatian. Dia ingin menjaga suasana tetap normal. “Gak usah. Ini udah cukup,” jawab Daryan tenang. Ia menyendok sup dan meniupnya pelan, lalu mencicipi. “Enak.” Savana mengangguk. “Syukur deh … aku masaknya buru-buru tadi.” Dalam hati dia menambahkan, “Sambil diganggu kamu, dan gemeter karena ketahuan pergi gak bilang-bilang.” Daryan hanya mengangguk kecil. Tangannya teratur menyendok makanan ke mulut, sopan seperti biasa, tapi sorot matanya lebih mengamati. Beberapa detik mereka makan dalam diam. Hingga Daryan menaruh sendoknya perlahan di tepi piring, lalu bersan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status