Share

BAB 248 : MERAJUT WOL

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-09-20 08:05:45

Ajeng duduk bersila di sudut ranjang sempitnya, benang wol biru dan pink yang dibawakan Minah tergeletak di pangkuannya. Jemarinya yang cekatan mulai memutar-mutar jarum rajut, membentuk pola sederhana yang akan ia kembangkan nanti menjadi topi mungil.

“Aduh, Bu Ajeng, lagi bikin apa tuh?” tanya seorang perempuan setengah baya di sel sebelah, suaranya penasaran.

Ajeng melirik sebentar, senyumnya mengembang tipis. “Bikin topi sama pakaian buat calon cucu saya,” jawabnya dengan nada penuh kebanggaan, meski matanya sempat berkaca-kaca.

“Wah, anaknya udah nikah, Bu?” tanya wanita itu penasaran.

Ajeng terkekeh pelan, menunduk kembali menatap rajutannya. “Iya, dan sekarang menantu saya lagi hamil. Nanti kalau ini jadi, mau saya kasih buat bayinya. Biar dia tahu kalau neneknya … meskipun di sini, tetap sayang.”

Jarum rajut di tangannya terus bergerak, menyatukan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
moga saja debay dan savana baik baik aja itu si ular derik biar sxx dapat karma nya dasar Bella
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 250 : HADIAH DARI AJENG

    “Aku gak ngundang, Mas,” balas Savana dengan suara pelan, agar Rinka atau pun Radja yang baru saja keluar dari toilet tidak mendengar percakapannya. “Jangan bohong, Sayang. Aku tahu dari salah satu penjaga,” suara Daryan di seberang sana terdengar tegas. “Dengerin aku dulu,” balas Savana, matanya melirik ke arah Radja yang menatap ke arahnya—sementara Rinka terus mengajak Radja mengobrol tapi tak dihiraukan. “Aku emang ngundang Rinka ke sini, aku kangen sama dia udah lama gak ketemu karena cuti kuliah. Kalau Radja? Dia ikut Rinka, dan aku juga gak tahu kalau dia bakal ikut. Gak mungkin kan, Mas … aku usir dia?” Ada jeda beberapa saat, Savana bisa mendengar sang suami menghela napas berat di sana. “Di sini malem, aku lagi istirahat. Nanti kalau temen-temen kamu udah pulang, langsung telepon aku, ya.” Savana mengangguk meski Daryan tak dapat melihatnya. “Kamu gak marah, kan?”

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 249 : KETAHUAN DARYAN

    “Oh iya, Sa. Suami kamu gak ada? Ke mana? Oh …,” Radja menyipitkan matanya dan menajamkan indera pendengarannya kala melihat temannya—Rinka tampak tengah menelepon dengan seseorang yang dia yakini Savana. Ia mendekat, dan berdiri di belakang punggung Rinka. “Suami kamu udah seminggu ke luar negeri karena perjalanan bisnis? Hm …,” Rinka mengangguk kecil dan terus mengobrol dengan Savana di seberang sana tanpa menyadari ada sosok yang berdiri di belakangnya. “Apa, kamu mau ngundang aku dateng nih ke rumah kamu? Sekarang? Boleh sih, aku kan belum pernah ke rumah kamu yang baru ini. Terakhir kali aku dateng ke penthouse itu.” Obrolan terus berlanjut, sampai ketika panggilan berakhir dan Rinka berbalik badan—ia terkejut dengan keberadaan Radja di belakang punggungnya, berdiri tegap dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. “Radja, kamu ngagetin banget. Sejak kapan kamu berd

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 248 : MERAJUT WOL

    Ajeng duduk bersila di sudut ranjang sempitnya, benang wol biru dan pink yang dibawakan Minah tergeletak di pangkuannya. Jemarinya yang cekatan mulai memutar-mutar jarum rajut, membentuk pola sederhana yang akan ia kembangkan nanti menjadi topi mungil. “Aduh, Bu Ajeng, lagi bikin apa tuh?” tanya seorang perempuan setengah baya di sel sebelah, suaranya penasaran. Ajeng melirik sebentar, senyumnya mengembang tipis. “Bikin topi sama pakaian buat calon cucu saya,” jawabnya dengan nada penuh kebanggaan, meski matanya sempat berkaca-kaca. “Wah, anaknya udah nikah, Bu?” tanya wanita itu penasaran. Ajeng terkekeh pelan, menunduk kembali menatap rajutannya. “Iya, dan sekarang menantu saya lagi hamil. Nanti kalau ini jadi, mau saya kasih buat bayinya. Biar dia tahu kalau neneknya … meskipun di sini, tetap sayang.” Jarum rajut di tangannya terus bergerak, menyatukan

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 247 : LOTRE AMERIKA

    “Mau ngabarin Mama sama Papa kamu, kalau hamil kembar?” tanya Daryan saat mereka berdua tengah makan malam bersama di meja makan. Savana yang tengah menikmati sup ayamnya menoleh pada sang suami. “Iya, aku pengen kasih tahu tapi gak pengen.” Dahi Daryan mengernyit bingung. “Jadi intinya apa, Sayang? Pengen, apa gak pengen.” “Pengen sih, Mas. Penasaran mereka bakal sebahagia apa, sedangkan aku sama kamu udah kayak menang lotre Amerika,” Daryan langsung menyemburkan tawa bahaknya seumur-umur tinggal bersama sang istri, dan Savana terkejut suaminya juga bisa tertawa keras seperti itu—padahal dia tidak sedang melucu. “Kan emang bener? Kamu happy banget, kan?” “Hm, bener,” angguk Daryan masih dengan sisa tawa bahaknya. “Bahkan daripada menang proyek besar di dunia bisnis, ternyata itu belum ada apa-apanya dengan aku tahu kamu hamil du

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 246 : HAMIL SEPASANG

    Savana melangkah cepat melewati lorong sempit menuju pintu keluar. Udara luar menyambutnya, panas dan berdebu. Di seberang jalan, mobil hitam Daryan sudah terparkir, pemiliknya berdiri di samping body mobil. Begitu melihat istrinya, dia langsung membukakan pintu bagian penumpang samping kemudi. Tapi Savana tak langsung masuk, berdiri di hadapannya dan menatap sang suami, “Mas, kebetulan kamu udah di sini, mau sekalian ketemu Mama Ajeng nggak?” “Nggak!” jawab Daryan cepat. “Bentar aja, Mas, sekalian ada di sini ….” “Enggak, Sayang,” potong Daryan singkat. “Udah, masuk!’ perintahnya dengan nada datar. Savana mengerutkan kening. “Kenapa? Mama cuma mau ngobrol sebentar. Aku udah bawain makanan juga.” “Sayang, aku bilang enggak. Aku ke sini cuma mau jemput kamu, bukan buat jenguk Mama,” jawab Daryan, suaranya

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 245 : DI KANTOR POLISI

    Siang itu, Savana melangkah melewati pintu besi berat dengan aroma anyir besi yang khas. Suara kunci berderit dan gesekan rantai di tangan sipir mengiringinya. Seperti biasa, ia membawa tas berisi makanan untuk Ajeng. Ruang kunjungan penjara itu dingin dan agak pengap. Savana duduk di kursi, menunggu hingga Ajeng muncul dengan seragam oranye lusuh dan rambut diikat seadanya. Wajah Ajeng tetap menyimpan senyum kecil begitu melihatnya. “Kamu nggak pernah kapok ya, Na, repot-repot bawa makanan ke sini,” ujar Ajeng sambil duduk di seberangnya, kaca pembatas bening di antara mereka. Savana tersenyum tipis. “Aku nggak akan pernah kapok atau pun capek jenguk Mama. Lagian … kalau nggak aku yang bawain, siapa lagi?” Ajeng memandang makanan itu, lalu tatapannya kembali ke Savana. “Gimana kabar kamu?” Savana menghela napas panjang. “Baik. Mas Daryan juga baik … cuma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status