Share

BAB 88 : IKUT KE KANTOR

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-07-14 08:04:46

Daryan baru saja keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk yang melilit pinggang lebarnya. Tubuh bagian atasnya dibiarkan terbuka, memamerkan tubuh atletisnya.

Tiba-tiba pintu wardrobe diketuk dari luar.

"Mas udah selesai mandi?" Tanya Savana dari balik pintu yang ia buka sedikit.

"Udah, kenapa?" Jawab Daryan dengan nada rendah.

"Udah pake baju?"

Daryan mengerutkan kening. Kakinya melangkah menuju pintu dan membukanya lebih lebar. Di hadapannya, Savana berdiri dengan mata membulat ketika melihat sosok suaminya yang hanya mengenakan handuk. Mukanya memerah.

"Kamu mau pake kamar mandi?" Daryan bertanya.

Savana buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Saya mau mandi bentar. Tapi tunggu saya ya, mas? Saya mau ikut mas ke kantor."

Dahi Daryan kembali mengernyit, "Mau ikut? Ngapain?"

"Ikut aja. Ga boleh, ya? Kalau ga boleh ga apa-apa, tapi saya nebeng mas keluar dan nanti mas turunin saya di cafe," pintanya, hati-hati melirik wajah suaminya itu.

Daryan menatap Savana beb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
lanjut kakak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 88 : IKUT KE KANTOR

    Daryan baru saja keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk yang melilit pinggang lebarnya. Tubuh bagian atasnya dibiarkan terbuka, memamerkan tubuh atletisnya. Tiba-tiba pintu wardrobe diketuk dari luar. "Mas udah selesai mandi?" Tanya Savana dari balik pintu yang ia buka sedikit. "Udah, kenapa?" Jawab Daryan dengan nada rendah. "Udah pake baju?" Daryan mengerutkan kening. Kakinya melangkah menuju pintu dan membukanya lebih lebar. Di hadapannya, Savana berdiri dengan mata membulat ketika melihat sosok suaminya yang hanya mengenakan handuk. Mukanya memerah. "Kamu mau pake kamar mandi?" Daryan bertanya. Savana buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Saya mau mandi bentar. Tapi tunggu saya ya, mas? Saya mau ikut mas ke kantor." Dahi Daryan kembali mengernyit, "Mau ikut? Ngapain?" "Ikut aja. Ga boleh, ya? Kalau ga boleh ga apa-apa, tapi saya nebeng mas keluar dan nanti mas turunin saya di cafe," pintanya, hati-hati melirik wajah suaminya itu. Daryan menatap Savana beb

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 87 : TIBA DI MANSION

    Pelayan membukakan pintu utama saat mobil Daryan berhenti di depan mansion. Daryan keluar lebih dulu, kemudian berbalik membantu Savana turun dari mobil. Savana berjalan pelan di belakangnya, masih menunduk sejak tadi. Di ruang tamu, Ajeng tengah duduk anggun dengan secangkir teh. Di sampingnya ada Bella yang menatap sosok Savana dengan tatapan tajam. "Ngapain dia pulang ke sini?" desis Ajeng. Nadanya sinis, dingin, dan penuh penghinaan. Bella menahan senyum di balik gelas teh, seolah ikut menikmati drama yang akan dimulai. Savana menelan ludah, tapi sebelum ia sempat bicara, Daryan sudah berdiri di hadapannya, menghadang pandangan sang ibu. “Dia istriku.” Suara Daryan tegas, dalam, tanpa ragu sedikit pun. “Dan rumah ini juga rumahnya.” Ajeng berdiri, meletakkan cangkirnya dengan dentingan ringan. “Rumah ini milik keluarga Ardhanata, Daryan. Bukan tempat menampung—” “Aku juga pemilik rumah in,” potong Daryan. “Dan sebagai istri pemilik rumah, tentu Savana tinggal di sini.” S

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 86 : DARYAN KERAS

    Mobil berhenti perlahan di depan rumah Hana. Tak ada yang berkata-kata saat Daryan membuka pintu mobil dan membantu Hana turun dari kursi roda. Ameer menggandeng lengan istrinya. Selanjutnya, Daryan membantu Savana membenahi tas-tas dan koper kecil milik sang ibu. Savana tersenyum tipis saat membantu Hana duduk di sofa, lalu mengatur bantal sofa di belakang punggung ibunya. “Akhirnya bisa sampai rumah juga,” gumam Hana sambil memejamkan mata sejenak. “Kalau begitu saya pamit dulu.” Suara Daryan memecah keheningan. Ia berdiri tegak di depan pintu, pandangannya berpindah dari Hana ke Savana. “Sav, ayo.” Savana menoleh, lalu tersenyum kecil. “Saya ... ga ikut, mas,” katanya pelan. Daryan mengernyit. “Kenapa?” “Saya mau jagain mama di rumah, mas. Setidaknya sebulan ke depan, sampai mama benar-benar pulih. Saya juga bisa berangkat ke kampus dari sini,” Ruangan seketika hening. Daryan tidak langsung menjawab, tapi sorot matanya berubah. Ia menatap Ameer, ingin tahu tanggap

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 85 : DARYAN KEMBALI

    Suara koper diseret dan kardus dilipat terdengar samar di antara obrolan pelan di dalam ruang rawat inap Hana pagi itu. Savana membungkuk merapikan sisa baju di lemari kecil, sementara Ameer sedang mengecek ulang dokumen administrasi rumah sakit. “Ini baju mama yang terakhir, ya,” ujar Savana sambil menutup resleting tas jinjing besar. “Udah ga ada yang ketinggalan.” Hana duduk bersandar di atas tempat tidur yang kini sudah rapi tanpa selimut. Wajahnya jauh lebih segar, meski masih terlihat lemah. Di pangkuannya, selimut tipis dilipat rapi oleh tangannya sendiri. “Semuanya sudah diberesin?” tanyanya pelan, matanya menatap sang anak. “Udah, ma. Tinggal nunggu kursi roda buat anter mama ke mobil,” jawab Savana sambil tersenyum manis. Hana mengangguk pelan. Tatapannya jatuh sebentar ke arah Ameer yang tengah berbicara dengan perawat di luar ruangan. Begitu pria itu masuk lagi sambil membawa map, suasana sedikit kaku. “Ini surat rujukan kontrol ke dokter jantung, untuk dua minggu k

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 84 : BERTEMU RINKA

    Matahari pagi menyusup lembut dari celah jendela, menerangi wajah Hana yang duduk bersandar di atas tempat tidur. Aroma bubur ayam di atas nampan yang diletakkan di meja lipat memenuhi ruangan. Savana, yang sudah bangun sejak pagi buta, kini duduk di sisi tempat tidur. Rambutnya dicepol tinggi, mengenakan kaus santai dan cardigan tipis, pakaian yang kemarin dibawakan Daryan. Senyum gadis itu manis saat menyuapi ibunya perlahan. “Mama suka bubur yang ini kan? Aku pesen khusus dari kantin bawah,” ucap Savana pelan. Hana mengangguk kecil. “Iya, masih hangat ya. Terima kasih, Nak.” Savana menyuapkan satu sendok lagi, lalu duduk lebih dekat. “Ma, nanti siang dokter katanya bakal mulai terapi ringan. Mama udah siap, kan?” “Kalau ada kamu, mama pasti kuat,” jawab Hana dengan senyum lembut. Savana menatap ibunya beberapa detik, lalu menggenggam tangannya. “Aku janji jagain mama. Mulai sekarang.” Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu. Savana menoleh. “Masuk!” Pintu terbuka, m

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 83 : HATI-HATI DIJALAN

    Suasana di ruang tunggu eksekutif bandara terasa tenang. Daryan duduk bersandar di sofa kulit hitam, satu tangan meraih iPad berisi jadwal dan dokumen presentasi, sementara tangan satunya mengaduk kopi yang bahkan belum sempat disentuh. Di hadapannya, Revanza berdiri sambil melihat arloji di tangan kirinya. “Jet kita udah dalam persiapan akhir. Mungkin sepuluh menit lagi baru boarding.” Daryan hanya mengangguk kecil. Pandangannya kosong menatap jendela besar yang menghadap ke landasan pacu. “Kamu yakin mau ninggalin istri kamu dalam keadaan kayak gini?” Revanza bertanya hati-hati. "Soalnya, kamu khawatir banget sampe ga masuk kantor karena nemenin dia." Daryan menjawab acuh. “Mending kamu diam, aku lagi fokus baca dokumen.” Revanza belum sempat membalas ketika ponsel Daryan bergetar di atas meja. Nama Savana muncul di layar. Kedua pria itu langsung saling pandang. “Dia telepon kamu?” tanya Revanza cepat, nyaris tak percaya. Daryan langsung mengambil ponselnya dan berdiri. Ia me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status