Share

Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI
Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI
Author: diara_di

Satu

“Mas pengen liat permainanmu, Dek. Apa kamu bisa bener-bener bikin Mas bangga?”

“Mas ngomong apa? Emang selama ini Mas nggak bangga punya aku?” kata Fiani bingung.

“Ini udah lebih dari setengah jam, kamu belum juga berhasil bikin Mas tuntas. Awas, turun aja, Mas yang pimpin. Kamu emang nggak bisa kayak Jeni.” Verry asal nyeletuk.

“Haa? Jeni siapa, Mas?”

“Ah itu ... ehm, itu lho Jeni pemain film dewasa,” jawab Verry agak gugup.

Fiani hanya manggut-manggut, lalu turun dan berganti posisi.

Setelah beberapa saat, Fiani akhirnya mencapai klimaks. Sayangnya, tidak dengan sang suami.

“Mas, kamu emang luar biasa,” ucap Fiani memuji sang suami.

“Mas emang hebat dari dulu, Dek. Nggak kayak kamu yang berubah sejak ngelahirin Reni. Udahlah, Mas mau tidur. Capek, buang-buang tenaga aja.”

Verry kemudian membersihkan diri walaupun belum sampai puncak. Dia kembali memakai pakaian tanpa peduli Fiani yang diam mematung di atas ranjang.

****

Keesokan pagi, Fiani bangun pukul empat. Meski sakit hati terhadap ucapan suaminya, Fiani masih berusaha menjadi apa yang diinginkan Verry. Melihat Reni, putrinya yang anteng, Fiani lantas memindahkan sang anak ke dalam box.

“Ah, aman.” Fiani mengusap dada dan kembali merangkak naik ke ranjang.

Melihat sang suami yang masih tidur, terlintas sebuah ide di pikiran Fiani. Perlahan, ia pun mulai menggoda Verry dengan aksi lebih berani, hingga Verry merasa terganggu.

“Kamu ngapain sih, Dek? Aku ngantuk, nanti aku bangun kesiangan kalo kamu ganggu terus.”

“Ini sudah pagi, Mas. Ayo main sekali lagi. Semalam kan Mas belum lepas.”

“Sudah, nggak usah pikirin Mas.”

“Ayolah, Mas.” Fiani merengek seperti bocah minta jajan.

'Nggak papa kali, ya, itung-itung ini hadiah buat dia untuk yang terakhir. Buang tenaga dikit buat dapat banyak. Ha-ha-ha.' Verry pun manggut-manggut dengan batinnya sendiri. Akhirnya dia menindih Fiani dan memulai satu permainan lagi.

Tak seperti semalam, di pagi hari ternyata Verry lebih cepat tumbang. Dia merem melek menikmati desiran yang menjalar hingga ke seluruh saraf.

“Mas, ini baru sepuluh menit, lho. Katanya Mas hebat. Aku juga belum selesai. Ah, kita impas kalo gitu.” Fiani menyeringai.

“Makanya Mas, jangan ngatain aku nggak menggigit lagi gara-gara Reni. Kamu tega menyalahkan anakmu sendiri? Yang bikin aku hamil kan, kamu juga, Mas. Inget, ibumu juga perempuan, berjuang mengandung, melahirkan lalu merawatmu sampai dewasa. Apa kamu tega kalo ibumu dibilang nggak legit lagi sama Ayah? Nggak rela, kan?” Setelah puas mengeluarkan unek-unek, Fiani langsung menuju kamar mandi, meninggalkan sang suami sendiri.

Tanpa dia sadari, Verry telah mengepalkan tangannya kesal.

****

Pukul delapan pagi, usai menidurkan Reni, Fiani berkutat dengan tanaman di teras.

Merawat bunga-bunga di pot. Dia memang hobi mengoleksi berbagai jenis bunga. Saking tak ada pekerjaan, Fiani sampai mengelap pot-pot berisi bunga itu.

Verry seperti biasa, pergi ke toko sejak pukul tujuh. Verry bekerja menjual-belikan motor bekas sejak empat tahun lalu. Namun, usahanya baru meledak sejak menikahi Fiani. Tentu saja karena suntikan dana yang Fiani berikan untuk menambah koleksi motor di toko Verry.

Seluruh tabungan hasil kerja keras Fiani di salah satu perusahan dulu, dia berikan pada Verry.

Saat asyik memotong tangkai mawar sembari mendendangkan lagu yang sedang viral di tok-tok, tiba-tiba Verry pulang dengan wajah kusut dan lesu seperti tidak punya gairah hidup.

Cepat-cepat Fiani berlari, meraih tangan kanan Verry untuk menyalami. “Kok udah pulang, Mas? Mobil Mas mana? Kenapa jalan kaki?” Fiani melempar pertanyaan beruntun.

Verry menjambak rambut, lalu berkata, “Duduk dulu, Dek. Mas pusing, tanyanya satu-satu.” Dia menjatuhkan tubuh di kursi teras, menyandarkan kepala pada sandaran kursi.

Fiani bergegas masuk untuk mengambil air minum, lalu memberikan pada Verry. “Minum dulu, Mas.”

“Makasih, Dek.” Verry meneguk air hanya seteguk saja.

“Ada apa sebenarnya, Mas?” tanya Fiani penasaran.

“Jadi begini, Dek ... .” Verry menceritakan kronologi kejadian yang baru saja dia alami. Hal tersebut membuat Fiani memekik tak percaya.

“Apa, Mas? Yang benar saja! Itu nggak mungkin.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status