Share

2. Bagaimana Kalau Aku Yang Gantikan

Disebuah rumah di kawasan elit di Jakarta.  Kinan sedang menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabat nya.

"Yang benar saja ? Hari gini masih ada jodoh jodohan? Lo nggak laku lagi Kin?" Seloroh Yuna yang langsung mengundang gelak tawa dari yang lainnya.

Kinan berdecak, "Bisa diam nggak? Berisik tahu!!" Sinis Kinan.

"Lagian lo, protes dikit kenapa sih? Dikira ini zaman Siti Nurbaya. Ini modern neng. Era Milenium. Anak millenial kita."

"Iya nih, si Kinan. Cantik cantik tapi dijodohin. Lihat gue nih. Nggak usah repot-repot Bunda cariin gue jodoh. Bunda mah percaya sama gue. Bunda palingan bilang "Kamu masih laku nak. Jadi bunda ndak bakal maksa kamu kawin.' Elit kan kitorang punya bunda." sahut Dimas yang ikut-ikutan.

Kinan mendengus. Kalau kalian semua tahu gimana gue hebohnya kemarin sama orang tua gue dan duda sialan itu, pasti kalian akan terkesima. Batin Kinan.

**

**

Haaahh.

Hembusan nafas gusar kembali terdengar. Kali ini wajah rusuh dan suntuk terlihat jelas di raut gadis itu. Ia menatap kartu yang sedari tadi dipegangnya dengan tatapan kosong.

"Udah, lo coba jalanin aja dulu. Siapa tahu kata mama lo itu ada benarnya. Si Devan Devan itu memang orang yang baik. Toh abang Lo juga bilang kan kalau dia pria yang baik." bujuk Yuna. Ia tak tega melihat sahabatnya itu kesusahan.

"Tapi Yun, gue belum siap dan belum siap juga jadi istri. gue masih mau bebas. Kuliah gue juga belum selesai. Mana bentar lagi masuk mata kuliah Skripsi. Sidang coy sidang.."

"Gue tahu. Bukan Lo doang yang harus nyusun skripsi, gue juga."

"Mending Lo minta tenggang waktu sama mama lo!" ide dari Bayu pun meluncur.

Kinan yang tadi galau langsung menatap Bayu dengan wajah yang berseri.

"Benar juga. Gimana kalau gue minta tenggang waktu sama mama. Siapa tahu di kasih. Nikahnya pas gue udah wisuda dan kerja setahun dulu."

"Nah. Tu baru bener." seru Yuna.

"Iya kan? Selesai gue wisuda, gue bisa kabur keluar negeri."

"HAH?? Lo gila? Nggak gitu juga neng konsepnya." teriak Dimas.

"Ck! Gue sehat Dim. Sehat banget malahan. Gue nggak mau dinikahin sama Devan. TITIK. NGGAK PAKE KOMA."

Kinan tersenyum iblis sembari  ditatap ketiga temannya. Inilah Kinan. Gadis ini sama sekali tak bisa ditebak.

Padahal sebenarnya tujuan Bayu memberi saran agar Kinan bisa lebih menerima takdir masa depannya. Tapi kenapa malah Kinan mikir buat kabur.

Ckckck. Gadis ajaib.

**

**

Dua hari setelah pertemuan tak terduga dan kabar malam itu, Kinan tak lagi bersemangat. Apalagi orang tuanya yang selalu mencuri celah untuk membicarakan tentang duda itu dengannya.

Contohnya saja pagi ini. Sarapan pagi yang ia pikir akan berjalan dengan baik dan begitu nikmat, ternyata justru diwarnai dengan satu kalimat yang diucapkan oleh mamanya, namun berhasil menarik emosi Kinan kembali muncul.

"Bagaimanapun kamu menolaknya, perjodohan kamu dan Devan tetap akan dilakukan."

Kinan menatap tajam pada mamanya. Ia meletakkan sendok yang tadi ia pegang kembali ke atas piring. "Sebenarnya Apa tujuan Mama jodohin Kinan dengan pria itu? Kinan masih 20 tahun mah, Kinan bingung sama mama. kalau masalah Kinan agar berubah menjadi lebih baik, Kinan bisa berubah kok. nggak harus dengan pernikahan. Apa serendah itu status pernikahan di mata mama.?" Ucap Kinan sedikit kecewa.

"Ada banyak pertimbangan yang kamu tidak tahu Kinan. kenapa Mama bersikeras untuk menjodohkan kamu dengan Devan."

"Ya kalau Kinan nggak tahu Mama jelasin. jangan buat Kinan bingung begini. memangnya Mama pikir siapa yang mau masa depannya hancur seperti ini."

"Mama nggak hancurin masa depan kamu kok."

"Dengan menjodohkan Kinan itu sama saja Mama udah ngerusak masa depan kinan. Kinan masih muda, kinan masih kuliah, masa depan kita masih panjang. Kinan juga punya cita-cita. Untuk apa mama sekolahin Kinan sampai kuliah dan akan skripsi seperti ini kalau ujung-ujungnya mama nikahin Kinan dan gak izinin Kinan untuk ngejar cita-cita Kinan." Tatapan tajam Kinan layangkan pada mamanya. Ia sungguh tak bisa mentolerir lagi apa yang mamanya perbuat padanya.

"Kinan! Kenapa kamu nggak bisa lihat kalau yang kami lakukan ini adalah yang terbaik."

Kinan berdiri dari duduknya, "terbaik buat Mama Papa Dan bang Riko tapi mimpi buruk buat Kinan. udah! Kinan udah nggak ada selera makan. kinan mau ke kampus dulu."

Kinan mengambil tas kuliahnya, lalu berjalan cepat menuju pintu keluar. ia Bahkan tak mengindahkan panggilan mamanya yang menyuruhnya untuk duduk kembali dan menikmati sarapan pagi.

*****

Kinan kini berada di kampusnya.  Bersama Yuna, gadis itu duduk di lapangan yang menghadap ke arah gerbang kampus. Duduk di kursi taman yang banyak disediakan pihak kampus untuk mahasiswa beristirahat dan bersantai.

Ia menyeruput minuman capuccino cincau yang tadi ia beli di kantin. Sementara Yuna duduk manis di sampingnya sembari memainkan ponsel dan mengemut lolipop kaki kesukaan sahabatnya itu.

"Kinan, kenapa nggak Lo terima aja dulu pernikahannya. Siapa tahu memang si Devan Devan itu jodoh Lo." Kinan langsung menatap Yuna dengan tatapan tajam membuat Yuna mendengus. "Dih, natapnya gitu amat neng. Gue cuma kasih saran. Lagian percuma deh Lo nolak perjodohan itu. Ujung-ujungnya pasti bakalan tetap dijodohin juga. Karena garis jodoh Lo itu emang mentoknya sama si Devan. Ya walaupun dia seorang duda. " Ucap Yuna santai.

Kinan menghela nafas. Ia kesal. Karena tak di rumah maupun di kampus, bahasannya selalu itu.

"Tapi gue penasaran deh, gimana sih wajahnya? Pasti tua Bangka ya? Ya walaupun kaya raya pasti. Secara mama sama papa Lo nggak bakal mau jodohin Lo sama orang yang tak berduit. Jadi mending sama si tua Bangka namun kaya raya. Karena kalau metong tu laki, pasti semua uangnya jatuh ke Lo kan." Celetuk Yuna dan lagi-lagi Kinan hanya mendengus.

Dalam hatinya, Kinan tertawa. Andai Lo tahu Yun, dia itu duda tampan, berbody tegap dan maskulin.

"Heh! Gue ajak ngomong malah bengong."

"Isshh. Apaan sih. Kaget gue."

"Habisnya Lo ditanyain malah diem."

Kinan berdecak, "Karena nggak ada yang harus gue jawab." Ucap Kinan.

"Berarti bener dong jodoh Lo pria tua bangkotan?"

Kinan mengangkat bahunya tak peduli.

"Ck! Lo benar-benar ya. Oh Iya, Kita bentar lagi nggak bakalan ke kampus Nih. Soalnya mau cari tempat magang kan dan nyusun skripsi juga. Gimana pas itu aja Lo nikahnya, jadi nggak repot kan. Lagian nikahnya diam-diam aja. Biar nggak ada teman-teman yang julid."

Kinan mendelik, "Kok jadi Lo yang ngatur-ngatur sih? Gue mau nikah atau nggak, kenapa Lo yang repot?"

"Ck! Kebinasaan Banget sih lo. Terima dulu kek saran gue."

"Kebiasaan." Teriak Kinan membenarkan ucapan Yuna.

"Ih, sewot banget. "

"Habisnya Lo ngeselin."

"Hello Kinan sahabat gue paling cantik. Gue ini bukan ngeselin, gue sayang sama Lo, gue peduli sama Lo."

"Kalau Lo peduli, harusnya Lo cari cara agar pernikahan gue nggak terlaksana." Ucap Kinan.

Yuna mengigit permen kakinya sampai hancur lalu membuang tangkai permen ke sembarang arah.

"Harus gimana lagi cara gue nunjukin kalau gue peduli sama lo. Gue udah ngasih saran terbaik gue buat Lo."

Kinan sangat ingin mengunyah Yuna sampai habis. Yuna kadang bisa diajak untuk bicara serius. Dan sepertinya sekarang sedang mode bego'nya sahabatnya ini.

KInan mendelik jengah, "kalau pernikahan itu gue terima, gimana?"

"Ya bagus. Kalau jodoh Lo tua Bangka, dia mati, Lo dapat warisannya."

"Kampret Lo!"

"Ih, dari tadi mulut Lo nyumpahin terus ya."

Kinan menatap Yuna, "Kalau jodoh gue ternyata DuRen gimana?" Yuna menatap Kinan dengan tatapan geli. Ia ingin tertawa saja rasanya, "ngelucu jangan gitu amat neng. Mana ada DuRen yang mau sama anak kuliahan. Kecuali sugar Daddy."

"Hah! Terus, Lo maunya gue sama tua Bangka?"

"Ya nggak gitu juga. Gue bilangnya kalau sama tua Bangka itu kan ada keuntungannya buat Lo. Kayak kalau dia metongnya cepat, Lo dapat warisan."

"Terus Lo mau gue jadi janda?"

"Eh, asal Lo tahu Kinan. Janda kaya semakin di depan sekarang. 2023 neng. Janda itu maju." Kinan menatap horor Yuna. Sepertinya otak Yuna hilang setengah.

Tiiitt tiiitt!

Kedua gadis itu terkejut karena suara klakson mobil yang memekakkan telinga mereka.

Baik Kinan maupun Yuna sama-sama memfokuskan pandangan mereka pada mobil tersebut.

"Siapa?" Tanya Yuna.

"Entah. Bukan manggil Kita kali. Lagian mana ada kita punya kenalan mobilnya mewah begitu. Sekaya-kayanya Dimas sama Bayu, mobilnya masih mobil sejuta umat." Celetuk Kinan.

Tiitt tiiitt.

Lagi-lagi suara klakson mobil terdengar. Dari kaca jendela mobil muncul tangan yang melambai ke arah mereka.

"Kayaknya beneran kita deh yang dipanggil."

"Lo kali. Gue mah o--" kalimat Kinan terhenti saat si pemilik mobil memunculkan dirinya.

"Kinan!!" Panggilnya.

Kinan langsung melotot tak percaya. Devan muncul dihadapannya.

Ih, ngeselin banget sih ni duda. Kenapa munculnya di depan Yuna sih.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status