공유

3. Pria Tua Bangkotan

"Siapa?" Tanya Yuna.

Kinan tak menjawab. Ia hanya fokus pada Devan yang mulai mendekat ke arahnya.

"Kinan, siapa Kin? Lo nggak bilang punya kenalan ganteng subhanallah begini sama gue. Lee min hoo mah lewat Kin." Ucap Yuna yang mulai menggatal.

Devan berhenti di depan Kinan. Belum Devan bicara,Yuna sudah meraih jemari Devan untuk ia salami. "Kenalin, saya Yuna sahabat dekatnya Kinan." Ucap Yuna yang masih terlihat terpesona.

Kinan menatap Yuna dengan tatapan horor. Kenapa Yuna mendadak ganjen begini?, batinnya.

Kinan melihat jemari Devan yang digenggam Yuna. Devan menarik kuat tangannya karena Yuna menggenggamnya terlalu erat. Bukannya menjawab pertanyaan Yuna, Devan justru tersenyum pada sahabat calon istrinya itu.

"Ikut aku!" Perintah Devan dingin saat ia kembali melirik Kinan.

"Kemana? Nggak mau. Saya masih mau di sini." Tolak Kinan berani.

"Ikut saya atau kamu dapat masalah setelah ini," Kinan melotot kaget.

Apa? Apa ia baru saja diancam?, batinnya.

Ia menatap Devan kesal, "Nggak mau. Maksa banget sih." tolaknya kembali.

Egheemm. Yuna berdehem untuk memisahkan pertengkaran tersebut, "Permisi. Kalau boleh tahu, mas ganteng ini siapanya Kinan? Kok bisa kenal si pecicilan ini?" Ucap Yuna dengan santainya membuat Kinan melotot kesal padanya.

Devan menatap Yuna lalu menatap Kinan sejenak. Calon istrinya itu sedang membuang muka darinya.

"Saya Devan." Ucapnya singkat dan masih dengan sikap dinginnya. Namun bukannya takut, Yuna justru meleleh melihat Devan yang terlihat seperti pria-pria di novel-novel yang selalu ia baca .

"A mas Devan, saya--" belum juga Yuna menyelesaikan kalimatnya, ia sudah dibuat syok dan langsung menutup mulutnya tak percaya.  "WHAT? Si--siapa tadi namanya?"

"Devan." Jawab Devan santai.

"O my god! DEVAN DUDA BANGKOTAN ITU?"

Plaaak!

"Aww. Sakit Kinan. Lo main geplak aja." Teriak Yuna sembari mengusap lengannya yang terasa panas. ia masih menatap Devan dengan tatapan yang begitu mempesona.

"Lagian mulut Lo, pengen gue jahit!"." Tegur Kinan berbisik.

"Ya mana gue tahu kalau ternyata si Devan Devan itu setampan ini. Lo sih  nggak ngomong. Lo bilang dia tua bangkotan."

"Mana ada gue bilang? gue nggak ngomong apa-apa tentang pria ini. lo nya aja yang asal nyablak." bela Kinan pada dirinya sendiri yang merasa dituduh.

Yuna kembali menatap Devan. ia tak peduli sama sekali dengan yang Kinan katakan bahkan Senyum terbaiknya masih Yuna berikan pada Devan.

"Mas Devan calonnya Kinan ya? Ya Tuhan, cakep banget sih. Mau dong yang begini juga. Masa Kinan bilangnya tua bangkotan. Kalau tua bangkotannya begini, Yuna mah mau juga. Ada kembaran nggak mas?" Celoteh Yuna yang benar-benar membuat Kinan geli.

Untuk kedua kalinya, Kinan mencubit pinggang Yuna. Dan lagi-lagi gadis itu mengaduh.

Kinan kini menatap nyalang pada Devan, "Mau apa anda ke sini? Kurang kerjaan?" Tanya Kinan pada Devan. Seketika Kinan langsung ditatap horor oleh Yuna.

"Saya mau bawa kamu ke suatu tempat."

"Sorry, Saya sibuk." Tolak Kinan.

"Ini permintaan mama kamu." Ucap Devan yang tentu saja hanya alasan.

"Bilang sama mama, saya sibuk. Mama saja yang ikut anda."

Yuna menoel lengan Kinan, "Kinan! Lo benar-benar ya. Setampan ini Lo anggurin."

"Lo aja yang nikah sama dia." Kinan menatap Yuna kesal. Ia lalu berjalan meninggalkan Devan dan Yuna berdua. Namun Devan tak tinggal diam. Pria itu langsung mengejar Kinan dan menarik tangan gadis itu untuk ikut dengannya masuk ke dalam mobil.

Kinan tentu saja berontak. "Apaan sih! Lepasin nggak!" Ia bahkan memukul lengan Devan namun tak mempan sama sekali.

"Tidak sebelum kamu patuh sama saya."

"Ih, siapa anda sampai-sampai saya harus patuh sama anda!" Langkah Devan terhenti. Ia menatap Kinan dengan tatapan tajam. Kinan takut? Sama sekali tidak. Gadis itu justru ikut menatap Devan tajam.

Devan kembali menarik Kinan menuju mobilnya. Ia membuka pintu samping dan langsung mendorong Kinan masuk ke dalam. Setelahnya, giliran Devan yang berlari menuju pintu pengemudi dan masuk ke dalam mobil.

"Pasang sabuk pengamannya!" Perintah Devan. Namun tak diindahkan oleh Kinan. "Kamu punya telinga nggak sih? atau itu cuma pajangan saja?" 

Kinan menatap Devan tajam. smirk yang pria itu tunjukkan membuat Kinan ingin mencakar wajah Devan sampai rusak.

"Silahkan pasang sabuknya, atau jangan salahkan saya kalau kamu akan terlempar ke sana ke mari selama saya menyetir." Lagi-lagi Devan mengancamnya. Kinan menghembuskan nafasnya kesal.

"Laki-laki tapi sukanya mengancam." gerutu Kinan namun tetap memasang seatbelt nya walaupun dengan sedikit kasar. "Sudah." teriaknya gemas.

Devan belum mau melajukan mobilnya. pria itu mengarahkan duduknya mengahdap Kinan. "Jangan pancing emosi saya, Kinan. jujur, sejak kamu bawa mendiang istri saya saat pertemuan itu, saya sudah sedikit kesal dengan kamu. jangan sampai saya emosi dan berbuat yang aneh-aneh sama kamu." ucap Devan dengan wajah datar namun terkesan dingin. 

ancaman Devan ini dijadikan Kinan sebagai alarm berbahaya. Kinan bahkan sampai menyilangkan tangannya di dada, "Jangan macam-macam. saya bisa laporkan anda pada bang Riko atau papa saya." ucap Kinan yang kali ini bernada ancaman. namun bukannya takut, Devan justru gemas. 

pria itu mendekatkan wajahnya pada Kinan membuat Kinan langsung menahan nafasnya kaget, "Sekarang saya mau bilang sama kamu, Minta mamamu untuk batalkan perjodohan ini jika memang kamu tak suka atau menolak. gunakan hak dan kuasamu sebagi anak pada kereka. Jika mereka mau, saya tak akan menikah denganmu. Tapi jika kamu tak bisa melakukannya, jangan pernah bantah apa yang saya katakan. Kamu paham? gadis seperti kamu harus diberi pelajaran sekali-sekali biar tak semena-mena dengan ucapan. " Jarak wajah mereka kembali jauh. Namun Kinan masih membeku ditempatnya.

Sementara Devan, pria itu sudah menstater mobilnya dan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan sedang membelah jalan raya yang saat itu cukup padat dengan pengendara mobil.

Selama di perjalanan, Kinan tak bicara sepatah katapun. otaknya selalu bertengkar perihal dari mana orang tuanya mendapatkan pria seperti ini. jika memang temannya bang Riko dan kenal juga dengannya, harusnya ia tahu bukan? tapi ini, ia tak mengenal sama sekali siapa Devan, bahkan tak ingat.

Mobil Devan memasuki halaman sebuah perusahaan. Devan memarkirkan mobilnya pada bagian VIP. Setelah aman, ia pun turun.

Devan berjalan menuju pintu Kinan dan membukanya, "Keluarlah!" Perintah Devan.

Kinan menatap Devan dengan tatapan kesal. ia masih tak terlalu mengindahkan ucapan Devan membuat Devan kembali menghela nafas kasar. Kinan begitu sulit dibilang. Kinan ternyata bukan gadis penurut seperti yang ia bayangkan. akan butuh tenaga ekstra baginya untuk menaklukkan Kinan agar patuh padanya.

Devan meletakkan lengannya di atas pintu mobil yang ia buka lalu menatap Kinan yang masih santai duduk, "Keluar!" perintah Devan lagi.

"saya nggak mau!" tolak Kinan.

"Turun Kinan!"

"Saya bilang nggak mau ya nggak mau."

"Kinan turun cepat atau nggak saya cium kamu di sini!" Teriakan Devan mengejutkan Kinan. Gadis itu bahkan langsung melihat ke sekeliling dan semua orang yang ada di sekitarnya saat ini sedang menatap ke arahnya.

Kinan menatap tajam Devan. Namun Devan tak peduli. Pria itu menggoyangkan kepalanya memberi perintah pada Kinan untuk keluar.

Dengan kesal dan menggerutu, Kinan keluar dari dalam mobil. Ia bahkan menghentakkan kakinya kesal setelah ia sampai di luar.

"Apa lihat lihat!!!" Bentak Kinan pada orang-orang yang masih menatap ke arahnya. Devan ikut menatap semua orang dan tatapan Devan membuat semua yang ada di sana langsung bubar jalan.

Kinan kesal setengah mati. Ingin rasanya ia menjambak rambut Devan dan membuat Devan botak.

Huuhh, sabar Kinan. Batinnya.

Ia berjalan mengikuti Devan. Pria itu masuk ke dalam lewat lift yang ada di dekat parkiran lantai dasar.

"Khusus direktur? Hey, anda melanggar aturan. Ini khusus direktur!" Berontak Kinan. Ia tak mau ditegur hanya karena pria gila di depannya nekat masuk lewat pintu direktur.

"Tak perlu kamu hiraukan itu."

"Mana bisa. Nanti kalau kita dicegat bagaimana?"

"Tak akan ada yang berani mencegat."

"Tapi--"

"Masuk!"

"Tapi ini kan--"

"Masuk Kinan!" Bagaikan di cucuk hidungnya, Kinan pun menurut. Dalam hatinya ia berdoa agar tak ada security yang berjaga di lantai tempat mereka akan keluar nanti.

Devan menatap Kinan yang tertunduk. Devan tersenyum tipis. Kemana nyali besar gadis bar bar di sampingnya ini? Tadi Kinan terlihat begitu berani.

Lift berdenting dan pintu pun terbuka.

Kinan nyaris terpekik saat ia melihat satpam berdiri di pintu lift. Namun pekikan itu berganti dengan keterkejutan saat security tersebut justru memberi salam pada Devan.

Keterkejutan Kinan semakin bertambah saat setiap ia bertemu dengan karyawan kantor, mereka selalu memberi salam pada Devan. Bahkan memanggil Devan dengan sebutan pak bos.

"Anda bos di sini?" Tanya Kinan penasaran.

"Apa kamu akan percaya jika saya katakan saya bos di sini?"

Kinan tersenyum sinis, "Mana mungkin. sama sekali tak ada wajah bos sedikitpun." Bisik Kinan namun masih bisa didengar oleh Devan. pria itu tak mau berdebat lagi dengan Kinan. alhasil Devan hanya diam mendengar celotehan Kinan.

Devan melangkah mendekati sebuah ruangan dan masuk ke dalam tanpa mengetuk. Sementara Kinan mengikuti saja dari belakang. Ingin kabur, ia tak bisa. Alhasil harus ikut.

Saat keduanya sampai di ruangan kerja Devan, Kinan dibuat takjub dengan pemandangan yang terpampang nyata dari balik dinding kaca ruangan tersebut. Pemandangan Jakarta dan pantai.

"Indah banget." Seru Kinan tanpa sadar. Ia ingin melangkah mendekati jendela kaca tersebut namun langsung terkejut saat jendela tersebut tiba-tiba berubah gelap.

"Kamu ke sini saya ajak bukan untuk ini. Duduk di sana!" Devan menunjuk sofa. Kinan menatap sofa tersebut sekilas lalu kembali menatap Devan.

"Pelit banget sih om."

"What? Kamu panggil saja apa?"

"Kenapa? Penasaran?"

"Ulangi Kinan."

"Dengan senang hati om. Om Devan. Pedofil, penjahat kelamin, duda sok keren, Om Devan."

Rentetan kata tersebut berhasil memancing emosi Devan. Pria itu melangkah mendekati Kinan lalu menarik lengan Kinan, mendorong tubuh Kinan ke mejanya dan tanpa aba-aba langsung mengangkat tubuh Kinan sampai terduduk di meja kerja Devan.

Kinan ingin turun namun posisi Devan yang ada di depannya dan itu begitu dekat membuatnya mengurungkan niat.

"Ingin tahu nona apa arti pedofil dan penjahat kelamin sebenarnya?" Tatapan mata tajam dan aura dingin yang terlihat dari Devan membuat Kinan benar-benar menciut.

*****

*****

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status