“Kata temanku di bank RUT kamu bisa mulai bekerja besok,” ucap Skala. “Dan sebagai tanda terima kasih karena kamu mau mengundurkan diri sebagai sekretaris putraku, aku punya hadiah.” Beni menyodorkan sebuah kotak ke depan gadis itu. Matanya pun membelalak lebar mendapati tas branded berada di dalam
“R-R-R-Rain.”Embun memeluk erat map berisi salinan kontrak yang diberikan bagian HRD kepadanya. Matanya terus tertuju pada pria yang kini berjalan perlahan menghampirinya. Hening, tidak ada satu staff pun yang membuka suara. Hingga Rain berhenti tepat di depan Embun dan bertanya-“Apa yang kamu lak
Menahan rasa malu Rain bergegas menuju tangga darurat, disusul Embun yang memasang muka hampir menangis karena harus menuruni banyak anak tangga. Rain tidak mau menunggu dan memperlambat langkah, dengan sepatu berhak tinggi tentu saja Embun kesusahan untuk mengejar, tapi tak kurang akal gadis itu me
Rain berbalik dan melangkah untuk kembali ke ruangan di mana Embun berada, akan tetapi logikanya menghalangi. Ia hanya bisa geram dan menggenggam erat jas yang ada di tangan.“Tidak, aku tidak akan pernah membiarkanmu masuk kembali ke dalam hatiku, tidak akan.”Akhirnya Rain berbalik pergi, benar-be
💦💦💦 Hari berikutnya, Embun terlihat sudah rapi. Dia bahkan mengenakan setelan kerja baru yang terlihat sangat modis, meski begitu dia tidak melupakan kacamatanya. Embun merasa tidak boleh terlihat mencolok di awal-awal bekerja, meskipun nanti pada akhirnya dia juga menjadi sosok wanita paling di
Beberapa jam sebelumnya“Ke mana Pak?” Embun yang baru saja menerima berkas dari tangan sang atasan mencoba mencari penegasan. Rain baru saja memintanya menemani ke gelaran acara perusahaan Bianca.“Maaf Pak saya belum siap ketemu calon mertua,” ucap Embun tanpa rasa malu.“Nglunjak ya kamu.” Rain
“Rain, ayo!” Embun berlari mendekat, dia meraih pergelangan tangan Rain kemudian berlari, sampai pacarnya itu harus ikut berlari untuk mengimbangi langkah kakinya. Rain tersenyum lebar, jemari tangannya balik menggenggam pergelangan tangan Embun. Seolah bisa membaca pikiran masing-masing, Embun pun
“Apa kamu baik-baik saja?”Rain sejatinya ingin menanyakan hal itu ke Embun, tapi otaknya kembali menolak. Ia hanya bisa memandangi punggung gadis yang fokus mengendarai mobil miliknya kembali ke tempat kerja.Setelah melepaskan pelukannya ke Arkan tadi. Embun berucap,“Terima kasih, tapi aku belum s