Home / Rumah Tangga / Dipinang Dosen Tampan / Untuk Pertama Kalinya

Share

Untuk Pertama Kalinya

last update Last Updated: 2023-05-27 10:08:03

“Misyaaa!!” Laura berteriak kemudian menghampiri Misya yang tengah duduk di resto bersama sang kekasih.

“Anak dajjal! Ngapa sih lo, teriak-teriak mulu? Dikira hutan apa.” Misya menyunggingkan bibirnya.

“Misya. Besok gue suruh izi nggak masuk. Tolong kasih tahu Pak Santoso, yaa. Gue nggak nggak bisa masuk. Mau ke villa.”

“Bulan madu lo, yee? Udah mau nih, ceritanya? Kok bisa?” tanyanya ingin tahu.

“Emang kenapa sih Lau, harus ditunda-tunda? Enak tahu!” timpal Ricko kepada Laura.

“Diem, dugong! Gue nggak ngomong sama elo. Emang dasar pedofil elo mah.”

Misya memukul lengan sahabatnya itu. “Sendirian?”

“Mana ada. Laki gue nungguin di mobil. Nggak mau ke sini dengan alasan malas. Nggak mau lihat muka kalian pada.”

Misya lantas menyunggingkan bibirnya. “Setan Kutub Utara mana mau, mencairkan suasana di sini. Kita mah bobrok, dia mah kalem.”

Laura meringis pelan. “Untung ganteng, yaa. Masih ketolong dikit.”

Misya memutar bola mata lagi. “Udah siap beneran? Kok bisa?”

Laura menghela napasnya. “Dia … udah cinta, katanya sama gue.”

Uhukk! Uhuuk!

“Serius?” Misya berucap seraya menahan batuknya. “Anak Sultan Jason berhasil naklukin setan Kutub Utara? Gimana ceritanya? Kirain bakalan kaku, rumah tangga elo. Tahunya bisa jatuh cinta juga tuh orang.”

“Dia kan pernah pacaran, Misya. Katanya, kenapa nggak bisa mencintai istrinya sendiri. Dia udah jadi suami gue. Hal yang harus dia lakukan adalah mencintai gue. Dahlah, gue mau pulang. Setan Kutub Utara udah berisik chat gue terus. Bye!”

Misya melambaikan tangannya kepada Laura. Sementara perempuan itu sudah masuk ke dalam mobilnya.

“Lama banget. Minta izin udah kayak orang muslim naik haji,” sengal Jonathan karena kesal kepada istrinya yang baru tiba di mobil.

“Namanya juga diajak ngobrol. Cuma sepuluh menit doang juga. Berisik deh!” Laura mengerucutkan bibirnya.

Jonathan diam. Ia kemudian melajukan mobilnya menuju villa yang ada di kota Bogor. Mereka akan melakukan bulan madu dalam waktu sehari saja. Hanya untuk menenangkan suasana Laura agar tidak kaget dengan pergulatan yang akan dilakukan oleh Jonathan kepadanya.

“Pernikahan kita kan, masih disembunyikan. Kalau nanti aku hamil, gimana?” tanya Laura seraya menoleh kepada Jonathan.

“Aku tidak pernah mengiyakan perintah kamu untuk menyembunyikan pernikahan kita. Aku sudah bilang ke semuanya kalau aku sudah menikah. Meskipun tidak memberi tahu siapa, orang yang sudah berhasil aku nikahi.”

Laura menelan salivanya dengan pelan. Memang pada dasarnya Laura lah yang menyembunyikan semuanya. Tidak ingin satu orang pun yang tahu tentang pernikahan itu. Hanya karena dia masih mencintai Virza, malu karena menikah dengan dosen sendiri.

“Aku nggak keberatan, kalau kamu kasih tahu semuanya,” ucap Laura kemudian mengatup bibirnya.

Jonathan tersenyum tipis. “Gampang!” ucapnya santai. “Nanti juga kalau kamu hamil, anaknya siapa?”

“Anak setan Kutub Utara.”

Jonathan terkekeh mendengarnya. Bahkan, tertawa pun sangat minim. Benar-benar sangat menjaga mulutnya untuk tidak mengeluarkan suara yang membuat bobrok image-nya.

Dua jam kemudian, mereka sudah tiba di villa milik Jonathan. Keduanya langsung masuk ke dalam villa tersebut kemudian duduk di sofa ruang tengah.

“Udah berapa lama, punya villa ini? Sering bawa Kiara, ke sini? Udah tidur, sama dia?”

Jonathan menggeleng. “Aku tidak pernah menyentuh barang yang bukan milikku. Belum tentu dia jadi jodohku.”

“Anak Tuhan,” ucapnya yang entah mengejek atau memuji.

Jonathan menghela napasnya dengan pelan kemudian menatap Laura dengan lekat. “Kamu sendiri, kenapa nggak pernah mau main kayak gitu? Beda banget sama kelakuan kedua kakak kamu. Mama kamu juga. Bukannya mereka selalu bermain di mana pun dan kapan pun?”

Laura mengendikan bahunya. “Nggak tahu. Mungkin badungnya udah ke Kak Gerald dan Kak Kinara.”

Jonathan manggut-manggut dengan pelan. “Baiklah kalau begitu. Aku pesan makan malam dulu. Khawatir asam lambungnya kumat.”

Laura melirik ke arah suaminya yang tengah memesan makanan. Sepertinya lelaki itu sedang malas masak. Alhasil, Jonathan memilih untuk memesan makanan saja.

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Di balkon kamar lantai dua, keduanya tengah duduk sembari menikmati semilir angin yang begitu sejuk.

“Gimana, Laura? Udah siap?” tanya Jonathan setelah membuang puntung rokok ke dalam tong sampah.

“Bentar.” Laura kemudian masuk ke dalam kamar “Tunggu di situ!” teriaknya kepada Jonathan. Ia tidak ingin Jonathan melihat apa yang sedang ingin dia lakukan di dalam kamar itu.

Jonathan mengendikan bahunya kemudian menyenderkan punggungnya di tiang seraya menatap pemandangan indah di sana.

“Jo?” teriak Laura kemudian. “Udah siap nih, Jo!”

Jonathan mengulas senyumnya kemudian masuk ke dalam kamar setelah Laura memanggilnya. Ia kemudian terkekeh melihat Laura mengenakan lingerie transparan yang diberikan oleh Tiara sebagai hadiah pernikahan.

Jonathan kemudian membuka kaus yang masih ia kenakan. Kemudian menghampiri Laura dan mengecup kening perempuan itu seraya meredupkan lampu. Hanya lampu meja saja yang menyinari kamar itu.

“Your’e ready?” ucap Jonathan pelan.

Laura menganggukkan kepalanya seraya menatap Jonathan yang sudah tidak bisa mengontrol dirinya.

Bibir itu kemudian meraup bibir Laura. Menciuminya dengan lembut. Namun, tautan itu semakin dalam dan semakin menuntut.

“Gimana? Udah kerasa enak?” tanya Jonathan seraya melepas tali lingerie yang masih dikenakan oleh perempuan itu.

“Enakan apaan? Kalua berciuman mah udah hal lumrah, kali.”

Jonathan terkekeh pelan. “Baiklah. Kita mulai yang lebih dari sekadar berciuman,” ucapnya kemudian menarik tubuh perempuan itu dan meraih dadanya. Mengusapinya dengan lembut kemudian menyesapnya satu persatu.

Ia kemudian memulainya. Mencoba menerobos masuk ke dalam lubang kenikmatan yang katanya bisa ketagihan kalau sudah mencobanya.

Meleset. Sekali lagi Jonathan mendombraknya tanpa ada pantang menyerah dalam dirinya. Hingga di menit kelima, dinding pertahanan itu akhirnya bobol.

Dengan keringat membasahi wajahn lelaki itu, akhirnya bisa menghela napas lega karena sudah berhasil masuk ke dalam.

“Laura?” panggil Jonathan pelan.

“Huwaaaa! Sakit, Jonathaaaannn!” teriak Laura seraya menangis karena merasakan perih di bawah sana.

Cup!

Jonathan mengecup mata Laura yang sedari tadi mengeluarkan air matanya. Bukan hanya menitikannya, melainkan meraung-raung, meringis kesakitan. Jonathan akhirnya menenangkan perempuan itu agar lebih relax.

“I love you,” bisik Jonathan dengan suara lembutnya.

Sembari terisak dengan pelan, Laura mengusap air matanya yang mengalir di pipi. “Sakit, Jo,” ucapnya pelan.

Jonathan menganggukkan kepalanya. “Iya, Laura. I know. Tapi, jangan kayak anak kecil jatoh dari sepeda juga, nangisnya.”

Laura terisak pelan seraya menatap Jonathan yang masih berada di atasnya. Bahkan miliknya masih terendam di bawah sana, belum berani ia gerakan karena tidak mau membuat Laura semakin menjadi.

Perempuan itu benar-benar membuat Jonathan tepuk jidat. Pergulatan untuk pertama kalinya harus diiringi dengan tangisan suara menggelegar yang dibuat oleh perempuan itu.

“Aku mulai, ya? Sudah merasa baikan?” tanyanya kemudian.

“Pelan-pelan,” ucapnya memohon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipinang Dosen Tampan   TAMAT

    “Heuh? Hukum mati?” Gerald tampak terkejut mendengar vonis untuk Frans.Jason menganggukkan kepalanya. “Ya. Bukan karena kasus penembakan yang dia lakukan pada kamu, melainkan karena polisi berhasil menemukan markas Frans. Gudang tempat menyembunyikan narkoba dan senjata illegal.”“Aaahh ….” Gerald manggut-manggut dengan pelan. “Jadi, hukumannya adalah hukum mati? Divonis mati?” tanya Gerald sekali lagi.Jason menganggukkan kepalanya. “Ya. Hukuman mati. Akan dieksekusi satu bulan lagi. Hanya membutuhkan satu kali sidang dan … dibawa ke tempat eksekusi.” Jason kembali menjelaskan kepada Gerald.Sementara Gerald tersenyum menyeringai sembari melirik Sandra yang masih duduk di sampingnya. “Baguslah. Aku lega, mendengarnya.” Gerald kemudian mengulas senyumnya kepada Jason.Jason menepuk-nepuk bahu Gerald dengan pelan. “Cepat sembuh, Gerald. Selesaikan kuliah kamu, lulus dengan predikat baik dan … menikahlah.” Jason menerbitkan senyum tulus kepada sang anak.Gerald menganggukkan kepalanya.

  • Dipinang Dosen Tampan   S2: Siuman

    “Bagaimana kondisi anak saya, Dok?” tanya Jason dengan suara paniknya.Gerald langsung dibawa ke rumah sakit dan langsung dibawa ke ruang operasi untuk mengambil peluru yang menancap di tubuh lelaki itu. Kurang dari dua jam lamanya operasi itu akhirnya selesai dilakukan.“Operasinya berjalan dengan lancar. Beruntung, peluru itu hanya menancap di bagian tulang belakang. Peluru itu sudah berhasil diambil dan kondisinya saat ini masih kritis. Kami akan membawanya lima menit lagi ke ruang intensif untuk melakukan perawatan selanjutnya sampai kondisinya kembali normal,” tutur Dokter Azmi—penanggung jawab kala operasi pengambilan peluru di tubuh Gerald.Sandra menghela napas lega setelah mendengar kabar dari Dokter Azmi bila Gerald selamat dari tembakan itu. Ia mengalami sedikit trauma bila seseorang terluka oleh luka tembak. Sebab Gery meninggal oleh peluru yang menancap di jantungnya. Sehingga membuat Gery tidak bisa diselamatkan.Kayla datang dengan wajah paniknya. “Sayang. Kamu baik-bai

  • Dipinang Dosen Tampan   S2: Menembus Punggung Gerald

    Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi. Hari ini adalah hari Minggu. Gerald dan Sandra pergi ke mall untuk belanja keperluan bayi yang sama sekali belum mereka beli.“Karena bayinya laki-laki, lebih baik kita beli warna yang lebih ke warnah laki-laki. Seperti warna biru, putih atau abu-abu. Yang cerah-cerah. Oke?” Sandra memberi saran kepada Gerald.Pria itu memberikan jempolnya kepada Sandra. “Oke, Sandra. Terserah kamu saja, yang penting semua keperluan untuk bayi kita sudah terpenuhi.”Sandra kemudian menerbitkan senyumnya. “Kita beli baju dulu kalau begitu. Baju, celana, handuk, selimut dan topi. Kaus kaki juga.”Gerald menggenggam tangan Sandra dan membawanya masuk ke dalam toko perlengkapan serba ada. Lengkap, berbagai macam keperluan bayi ada di sana.“Yang ini bagus, nggak?” Sandra menunjuk pakaian bayi kepada Gerald.“Bagus. Ambil aja yang menurut kamu cocok, Sayang. Jangan tanya aku. Aku mah terserah kamu aja. Kalau kata kamu bagus, berarti bagus juga menurut aku.”Sandra

  • Dipinang Dosen Tampan   S2: Misi Penangkapan Gerald

    “Bentar ... mau mandi dulu!” teriak Gerald menjawab panggilan dari mamanya itu.Sandra lantas memukul lengan lelaki itu. “Ishh! Gerald. Gak usah teriak juga.”Gerald terkekeh pelan. “Aku mau mandi dulu. Mau mandi lagi nggak?”Sandra menggeleng. “Mau cebok aja. Mandi mah besok pagi lagi aja.”“Ya sudah. Aku mandi dulu.”Sandra mengangguk. Ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan area sensitifnya terlebih dahulu.Sepuluh menit kemudian Sandra keluar dari kamarnya dan menghampiri Kayla dan juga Jason serta Laura yang sudah menunggu mereka tiba di sana untuk makan malam bersama.“Gerald sudah dipanggil?” tanya Jason kepada Kayla.“Sudah. Tadi katanya mau mandi dulu,” ucapnya menjawab pertanyaan sang suami.Jason mengerutkan keningnya. “Kok, aku nggak lihat kamu naik tangga?”Kayla mengendikan bahunya. “Mungkin kamu lagi sibuk dengan rainbow cake buatan Sandra. Makanya nggak lihat aku ke atas.”Jason manggut-manggut dengan pelan. Ia kemudi

  • Dipinang Dosen Tampan   S2: Hanya ingin Tahu saja

    Waktu sudah menunjuk angka lima sore.Dering ponsel Sandra berbunyi, panggilan dari Gerald. Ia kemudian segera menerima panggilan tersebut.“Halo, Gerald?” tanyanya kemudian.“Sandra. Hari ini mungkin aku pulang jam tujuh malam. Banyak tugas yang harus aku kerjakan soalnya. Mengejar ketertinggalan tiga bulan nggak masuk.”“Oh iya, Gerald. Nanti aku simpan kuenya di kulkas saja kalau begitu. Kalau lapar, tinggal ambil saja di sana, yaa.”“Iya, Sayang. Ya sudah kalau begitu aku lanjut nugas lagi.” Gerald menutup panggilan tersebut setelah memberi tahu bila dirinya akan pulang malam. Khawatir Sandra cemas lantaran tidak ada pulang di jam yang biasanya dia pulang.Sandra kemudian keluar dari kamarnya setelah membersihkan diri. Menghampiri Kayla yang sedang menggendong Felisha.“Mamanya ke mana, Mom?” tanya Sandra kepada Kayla.“Lagi mandi dulu katanya. Biar pulang nggak perlu mandi lagi.”Sandra manggut-manggut. “Gerald tadi telepon, katanya dia akan pulang di jam tujuh. Ada banyak tugas

  • Dipinang Dosen Tampan   S2: Bahagia Kami Semua

    Satu minggu sebelum tragedi ....Gery menemui Jason di gedung International Global.“Ada yang ingin saya sampaikan pada Anda.” Gery berucap dengan tegas dan datar.“Apa itu?” tanyanya ingin tahu. “Silakan duduk.” Jason mempersilakan Gery duduk di sofa yang tak jauh dari kursi kebanggaannya.Gery menghela napasnya dengan panjang. “Anda masih belum ingin menyetujui hubungan Sandra dan Gerald? Saya sudah ikhlas mereka bersama, Pak Jason. Kalau masalahnya ada pada saya ....” Gery memberikan dokumen surat permohonan cerai kepada Jason.“Saya sudah menandatangani surat cerai ini dan dua minggu lagi sidang dimulai. Semoga hakim menyetujui permohonan ini dan Sandra akan saya minta mengenakan pakaian longgar agar tidak kelihatan kalau dia sedang hamil. Tolong, Pak Jason. Saya hanya bisa berharap banyak pada Gerald.“Dia pasti bisa menjaga Sandra dari Frans. Saya tidak ingin Sandra jadi budak Frans. Anda pasti tahu bagaimana kejamnya dia kepada perempuan. Bukan karena cinta, tapi obsesi. Saya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status