Share

Malam Pertama

Author: Chocoo Crunch
last update Last Updated: 2024-01-07 03:11:37

"Ayana, kamu tidak apa-apa?" Tanya Bu Fatimah pada Ayana yang sedari tadi pandangannya menerawang jauh keluar sana.

"Tidak apa-apa, Ibu. Ayana hanya bersedih saja karena meninggalkan Kyai Akbar dan Umi Farida yang sudah Ayana anggap seperti orang tua kandung sendiri. Mereka begitu sangat menyayangi Ayana sedari kecil hingga sampai saat ini. Bahkan Pondok Pesantren sendiri sudah menjadi rumah bagi Ayana selama bertahun-tahun lamanya." Ayana menjelaskan sedikit perasaannya.

Ibu Fatimah menggenggam dan mengusap lembut tangan milik menantu baru nya. Ia dapat merasakan betapa sedihnya Ayana meninggalkan semuanya.

"Sudah, Bu. Biarkan saja Ayana menenangkan dirinya. Mungkin ia sedang menstabilkan emosinya karena harus pindah jauh dari Pesantren serta Kyai dan Umi." Nabila berucap untuk memberikan waktu bagi Ayana untuk beradaptasi dengan keluarga baru dan lingkungan yang baru.

Terlihat dari kaca spion, Zidan memperhatikan Ayana yang sedang mengusap air matanya menggunakan tissue.

Namun sialnya, pandangan mata Zidan dari kaca spion tertangkap oleh Ayana sendiri.

Seketika Zidan melemparkan pandangan nya kembali lurus kedepan.

***

"Nah ini rumah Ibu nak. Ini juga akan menjadi rumah kamu juga. Semoga kamu betah dan bisa cepat beradaptasi dengan keluarga ini dan lingkungan sekitar ya, nak." Ujar Bu Fatimah kepada Ayana yang sedari tadi tangannya menggandeng tangan Ayana.

"Baik, Bu." Ucap lirih dari mulut Ayana.

Nabila segera memasuki kamarnya untuk beristirahat sejenak, karena tidak lama lagi ia akan dijemput oleh suaminya. Kebetulan suaminya tidak dapat menghadiri pernikahan Fahmi dan Ayana.

Zidan turut membantu Fahmi untuk membawa beberapa koper milik Ayana untuk dibawa kedalam kamar pengantin.

"Terima Kasih, Kak. Selamat beristirahat ya." Ucap Fahmi kepada Zidan yang telah membantu membawakan koper-koper masuk ke dalam kamarnya.

"Sama-sama. Mulai sekarang kamu sudah menjadi suami bagi Ayana. Perlakukan dan bimbing Ayana dengan baik. Serta di jaga dengan baik juga. Itu pesan Kyai sebelum melepas Ayana pindah ke rumah ini." Pinta Zidan kepada adiknya.

"Siap, Kak. Terima kasih sebelumnya. Maaf telah merepotkan."

"Santai saja. Aku ke kamar ya. Ingin istirahat." Jawab Zidan yang langsung berlalu meninggalkan Fahmi didalam kamar.

Tampak Bu Fatimah mengantar Ayana menuju kamar pengantin.

"Nah ini kamar kamu nak. Ini menjadi kamar kalian. Kamar nya sudah dirapikan sama mbak Lusi pembantu rumah ini. Sudah rapi dan harum kan?" Ucap Bu Fatimah dengan lembut, nampak ia bahagia sekali memiliki menantu baru yang sangat cantik dan sholehah.

"Terima kasih banyak, Ibu. Mohon maaf jika Ayana telah merepotkan seisi rumah ini." Jawab Ayana sungkan.

"Tidak apa-apa, nak. Ya sudah Ibu ke kamar ya, ingin istirahat. Kalian juga istirahat ya nak. Selamat malam." Jawab Bu Fatimah seraya meninggalkan Ayana dan Fahmi di dalam kamar.

"Tolong pintunya ditutup dan dikunci ya isteriku." Perintah Fahmi yang sedari tadi sudah duduk menanti Ayana.

Fahmi rupanya telah membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai.

"Baik, Mas." Ayana segera melaksanakan perintah suaminya.

Dengan langkah pelan Ayana meletakkan tas jinjing yang telah ia bawa di atas meja.

"Kamu bersihkan tubuhmu ya, supaya lebih segar." Perintah Fahmi kembali.

Ayana mengangguk dan mengiyakan perintah Fahmi.

*

Ayana telah keluar dari kamar mandi dengan menggunakan dress silky berwarna putih. Entah dari mana Ayana mempunyai pakaian seperti itu.

Dengan rambut tergerai panjang sebahu menambah kecantikan Ayana semakin sempurna.

Fahmi yang sedang asyik dengan ponselnya seketika dibuat terkejut melihat kecantikan wanita dihadapan nya itu.

Mata Fahmi membulat tak berkedip.

"Maaf ya, Mas. Aku pakai pakaian seperti ini. Aku tidak pantas ya? Kalau tidak pantas aku akan menggantinya kembali." Ucap Ayana dengan rasa kurang nyaman karena Fahmi melihatnya dengan sedikit mata membulat lebar, yang dikira Ayana bahwa Fahmi marah dan tidak menyukai pakaian yang telah ia kenakan.

"Eh tidak perlu diganti Isteriku, kamu sangat cantik sekali. Aku sampai tidak mengenali jika itu adalah kamu. Jujur kamu sangat cantik. Aku suka kamu berpakaian seperti ini. Tapi hanya khusus buatku saja ya." Goda Fahmi pada Ayana.

Ayana tersipu malu dengan tubuh masih mematung di depan ranjang.

"Sini sayang." Fahmi memerintahkan Ayana untuk mendekatinya seraya menepuk-nepuk kasur pada ranjangnya.

Ayana langsung menghampiri Fahmi yang telah duduk bersandar di ranjang sedari tadi.

Setelah Ayana duduk disebelah Fahmi, Fahmi segera menggeserkan tubuhnya lebih mendekat ke tubuh Ayana.

Fahmi meraba tangan Ayana dengan lembut. Fahmi dan Ayana sama-sama sudah bersandar di ranjang dengan sandaran bantal empuk.

"Ayana."

"Iya, Mas."

"Enaknya aku panggil kamu apa ya? Apakah Dek saja? Atau Ayank saja?" Ucap Fahmi dengan wajah bingung karena sampai saat ini ia belum menemukan panggilan yang cocok untuk isterinya.

"Terserah kamu saja, Mas. Senyamannya kamu saja." Jawab Ayana dengan sedikit tersenyum hingga mempertontonkan deretan gigi putihnya yang bersih.

"Aku panggil Dek saja ya. Usia kamu juga jauh kan dibawah aku?" Ujar Fahmi.

Ayana mengangguk tanda mengiyakan.

"Oh iya,Dek. Kalau aku boleh tahu. Usia kamu berapa?" Fahmi bertanya dengan penasaran.

"Dua puluh tahun, Mas." Sahut Ayana dengan santun.

"Berarti kita berbeda lima tahun ya, Dek." Jawab Fahmi kembali.

"Memangnya Mas Fahmi dua puluh lima tahun ya?" Ayana mulai memberikan sedikit pertanyaan kepada suaminya.

Fahmi mengangguk cepat.

"Iya, Dek." Fahmi terus memandangi wajah cantik Ayana.

Ayana melirik kearah Fahmi. Keduanya saling berpandangan.

Tangan Fahmi mengusap lembut pipi halus Isterinya.

Ayana menjadi tersipu malu mendapat perlakuan dari Fahmi.

Wajah Fahmi semakin mendekat ke wajah Ayana. Hembusan nafas keduanya saling bertabrakan. Terasa hangat dan mulai memburu.

Jantung Ayana berdetak sangat kencang, karena memang belum pernah ada laki-laki yang menyentuh dirinya.

Ayana adalah gadis yang benar - benar masih bersih dari sentuhan laki-laki.

Jarak keduanya hanya tinggal dua centi saja.

Fahmi mendaratkan c*uman pertamanya untuk Isterinya.

B*bir mereka saling bertautan.

Fahmi mel*mat lembut b*bir Isterinya.

Tidak ada penolakan dari Ayana. Karena memang sudah menjadi kewajiban Ayana untuk melayani suaminya.

Fahmi langsung meraba tengkuk Ayana dengan masih mel*mat. Nafas keduanya telah memburu.

Kaki Fahmi melingkarkan tangannya ke tubuh Ayana. Sampai pada akhirnya Fahmi dapat memeluk erat Isterinya dengan c*uman yang masih membara.

"Dek, apakah kamu sudah siap untuk melakukannya untukku?" Tanya Fahmi pada Ayana dengan tatapan yang penuh harapan.

Mata Ayana menatap manik mata Fahmi dengan lekat.

Ayana mengangguk.

" Iya, Mas. Aku siap."

Mendapat jawaban dari Ayana, Fahmi langsung meraup kembali b*bir ranum Ayana.

Tangan Fahmi mulai bergerilya menuju area-area yang lain pada tubuh Ayana.

Keduanya sangat menikmatinya.

"Dek, siap? Tahan ya! Ini akan sakit. Tapi lama-lama sakitnya akan hilang." Fahmi memberikan aba-aba.

Ayana telah siap dengan jantung yang teramat berdebar-debar karena baru pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini.

Fahmi mencoba untuk menjebol benteng pertahanan Ayana yang sangat sulit. Butuh beberapa kali untuk meruntuhkannya.

"Awww sakit, Mas. Pelan-pelan." Rintih Ayana yang telah merasakan sakit pada area int*mnya.

"Tahan ya, sayang. Nanti lama-lama enak kok." Jawab Fahmi dengan terus mencobanya.

"Memang Mas pernah melakukannya? Kok bisa bilang ini enak?" Ayana mulai menyelidiki.

"Belum pernah, Sayang. Hanya dengar kata orang-orang saja." Jawab Fahmi kemudian.

Fahmi terus mencobanya.

Dan akhirnya benda kerasnya mampu menembus dinding pertahanan milik Ayana.

"Ahhhh sakit, Mas." Ayana merintih kesakitan karena tubuhnya serasa dibelah oleh benda keras.

Fahmi berhenti sejenak. Lalu ia langsung mel*mat kembali b*bir Ayana untuk meredakan rasa sakit pada area int*m Ayana.

Namun pelan-pelan Fahmi menggerakannya dengan tempo yang sangat lambat, karena masih mengimbangi rasa sakit yang didera oleh Ayana.

L*matan b*bir keduanya masih saling bertaut, karena rupanya sembari berc*uman dapat meredakan rasa sakit dan menambah rasa nikmat pada gerakan temponya.

Fahmi masih dengan tempo yang pelan.

"Gerak sedikit cepat, Mas." Pinta Ayana.

Mendapat perintah dari Ayana, Fahmi semakin tertantang dan menggerakan p*nggulnya lebih cepat.

"Ahhhh." Desahan Ayana terdengar pada telinga Fahmi. Membuat Fahmi semakin bergairah. Pertanda bahwa Ayana sudah sangat menikmatinya.

"Lebih cepat lagi, Mas. Ini enak." Perintah Ayana kembali.

"Enak kan, Sayang?" Tanya Fahmi pada Isterinya yang sudah memejamkan matanya.

Ayana mengangguk pasrah.

"Iya,Mas. Enak sekali. Lebih cepat lagi, Mas."

Fahmi langsung menggerakan p*nggulnya dengan tempo yang sangat cepat, membuat ranjang turut bergerak menyaksikan sepasang pengantin baru yang sedang dimabuk asmara.

Akhirnya Ayana melepaskan pelepasan pertamanya. Dan disusul lah oleh Fahmi.

"Ahhhhh." Desah keduanya berbarengan.

"Jangan dilepas, Mas. Biarkan tetap seperti ini." Perintah Ayana.

Terasa hangat c*iran keduanya saling bertemu didalam sana.

Fahmi telah melepaskan benih pertamanya pada rahim Isterinya.

"Dek, terima kasih ya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Honeymoon

    "Kamu mau es krim?" Tanya Fahmi dengan menatap mata Sarah.Sarah mengangguk dan tersenyum."Baiklah, ambil sesukamu saja." Perintah Fahmi pada Sarah.Sarah menuruti perintah dari Fahmi.Setelah cukup pada bagian es krim, mereka beralih di tempat lain dan segera membayar.Fahmi dan Sarah dengan segera melanjutkan perjalanannya untuk ke tempat honeymoonnya.***"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Biarkan mereka honeymoon, kan tujuan Fahmi menikahi Sarah untuk mendapatkan keturunan. Bukan begitu?" Zidan membuyarkan lamunan Ayana.Ayana yang sedang duduk menatapi sunset di rooftop rumah Zidan, seketika terkejut tatkala Zidan datang menghampirinya.Zidan menyodorkan secangkir kopi panas untuk Ayana."Iya, Kak. Aku hanya sedang meratapi hidupku saja." Jawab Ayana.Zidan mengerutkan dahinya."Mengapa harus diratapi? Hadapi saja dengan lapang dada. Ikuti alurnya dan terima dengan ikhlas." Zidan memberikan semangat kepada Ayana.Ayana bergeming dengan mata memandang jauh langit sore berikut sun

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Pergi Honeymoon

    "Baik, Umi." Jawab Indah.Belum sempat Ayana berkata kembali, datanglah Zidan memanggil Ayana. Yang rupanya sejak tadi memperhatikan cara Ayana menyelesaikan masalah bersama santriwatinya."Za, ikut aku sebentar!" Panggil Zidan kepada Ayana.Sontak, Ayana dan para santriwati menoleh kearah Zidan.Yang lainnya menunduk hingga nanti Zidan pergi meninggalkan area tersebut.Sedangkan, Ayana bangkit dari posisinya."Saya tinggal dulu ya!" Ucap Ayana seraya berjalan meninggalkan semuanya.Ayana berjalan menghampiri Zidan."Ada apa, Kak?" Tanya Ayana."Ikut aku ke rumah sebentar." Ajak Zidan kepada Ayana seketika berjalan menuju rumahnya.Ayana berjalan mengekori Zidan.Disepanjang perjalanan, tidak sengaja Ayana bertemu dengan Zayn.Tatapan Zayn memiliki arti yang mendalam.Ia melemparkan senyuman kepada Ayana.Zayn berjalan menuju ruangan Kamal."Bang Kamal! Bang, yang berjalan bersama Kyai Zidan siapa, bang?" Tanya Zayn dengan penasaran.Kamal yang tengah mengecek project nya, seketika me

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Menyelesaikan Masalah

    "Siap, Kak." Jawab Ayana seraya meletakkan gelas kosong di meja."Ya sudah, kita sarapan sekarang. Setelah itu kita berangkat ke Pesantren. Aku rindu rumahku, apakah kamu berminat untuk menginap di rumah ku lagi?" Goda Zidan kembali.Ayana menghembuskan napasnya."Tidak, Kak. Terima kasih!" Jawab Ayana berlalu mengambil dua piring dan menyiapkan makanan untuk disediakan di meja makan.Zidan tersenyum dengan kekehannya. Matanya terus memandangi gadis yang sangat ia sayangi."Za, apakah kamu berani sendirian di rumah jika Fahmi, Ibu dan Sarah belum juga kunjung pulang ke rumah?" Tanya Zidan kembali."Insya Allah aku berani! Tinggal kunci semua nya, aku pasti berani." Jawab Ayana seraya menuangkan air mineral kedalam gelas panjang."Yakin? Kamu apakah sudah dengar cerita halaman belakang yang sangat sepi dan angker itu?" Ucap Zidan mulai menakut-nakuti Ayana.Sontak, Ayana langsung melebarkan matanya dan merasa merinding semua bulunya."Maksudnya, Kak? Kakak jangan menakut-nakuti begitu

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Ketegangan

    "Sayang, mengapa aku ditinggal tidur sendirian di bawah? Kamu jahat deh." Gumamnya yang merasa ia memeluk tubuh Fahmi karena ia tidak menyadarinya.Zidan pun juga tidak menyadari bahwa Ayana telah memeluk dirinya. Ia pun menggeliat dan membalas pelukan Ayana. Ia memeluk Ayana dengan begitu erat yang ia pikir itu adalah gulingnya.Malam semakin larut, keduanya tampak hangat dan dekat sekali.Hingga pada akhirnya, Zidan terbangun karena hendak merasakan ingin buang air kecil.Betapa terkejutnya ia tatkala membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya sedang memeluk tubuh Ayana dan mengeloni Ayana.Kedua matanya terbuka lebar."Ya Allah, Za! Mengapa kamu ada disini?" Tanya Zidan dengan membangunkan Ayana.Kemudian Ayana membuka matanya dengan sedikit mengerjapkan kedua matanya.Ayana tidak kalah terkejut ketika dirinya tengah berpelukan dengan Zidan"Kak Zidan? Mengapa kakak memeluk aku?" Tanya Ayana dengan cepat melepaskan pelukan Zidan.Zidan mengerutkan dahinya."Tunggu, tunggu! Seperti

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Dengan Tanda Tanya

    "Tidak! Aku tidak ingin berpacaran. Aku mau nya langsung menikah saja!" Tegas Difa kemudian."Kalau begitu, menikah saja yuk!" Ajak Kamal kepada Difa.Sontak Difa mendengus kesal dan membuka matanya lebar-lebar seolah ingin menerkam Kamal saat itu juga."Kamal! Ish.. Tidak perlu aneh-aneh deh!" Jawab Difa kemudian."Lho, aku serius kalau memang kamu mau, Difa." Ucap Kamal.Difa bangkit dari posisinya."Sudahlah, aku pergi saja!" Ucap Difa seraya pergi meninggalkan Kamal begitu saja."Difa! Difa! Jadi tidak mau nih?" Tanya Kamal dengan nada meninggi.Namun, tidak ada respon dari Difa. Rupanya Difa telah menghilang dari pandangan Kamal.Kamal pun terkekeh."Difa.. Difaa.. Lucu sekali kamu." Gumam Kamal.***"Za, apakah kamu berani sendirian di rumah?" Tanya Zidan tatkala mengantarkan Ayana masuk kedalam rumah Bu Fatimah."Insya Allah berani, Kak. Apa yang harus ditakuti? Kan kata Kak Zidan aku harus menjadi wanita yang kuat dan pemberani." Jawab Ayana melangkahkan kakinya.Ia sempat mel

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Penyemangat Dari Zidan

    "Aku mau pulang! Kalau kakak tidak bisa mengantarkan aku pulang, aku akan pulang sendiri!" Ucap Ayana bangkit dari posisinya.Tatkala ia hendak melangkahkan kakinya, dengan cepat Zidan menarik pergelangan tangan Ayana."Oke, kita pulang sekarang! Hapus air mata kamu!" Ajak Zidan menarik tangan Ayana.Ayana mengekori langkah Zidan.Sesampainya di rumah Kyai Haji Hasan, semuanya tampak berbahagia dan bercengkrama.Namun, tidak bagi Fahmi. Ia terus mengkhawatirkan perasaan Ayana.Sarah telah berada didekatnya.Tampak dari kejauhan Ayana dan Zidan berjalan menghampirinya."Fahmi, aku izin membawa pulang Ayana ya!" Ucap Zidan berbisik kepada Fahmi.Fahmi yang tengah duduk dikelilingi oleh keluarga besar Kyai Haji Hasan pun tidak dapat banyak komentar."Kenapa pulang?" Tanya Fahmi."Ayana ingin pulang, dia tidak bisa berlama-lama disini." Jawab Zidan kembali dengan suara berbisik-bisik.Mata Fahmi tertuju kepada Ayana. Ayana mendekati Fahmi."Mas, aku izin pulang ya. Selamat berbahagia ya,

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Resmi Menjadi Madu

    "Bagaimana, Nak Fahmi? Saya harus menunggu berapa lama lagi? Masih ada urusan di tempat lain juga, saya tidak bisa berlama-lama." Ucap penghulu kembali tampak sudah tidak sabar.Kyai Haji Hasan menghembuskan napas panjangnya.Umi Naima dan Bu Fatimah turut gelisah. Sarah belum diperbolehkan keluar jika acara akad nikah belum terlaksana.Keluarga Kyai Haji Hasan yang lainnya sampai berkipas-kipas karena cuaca mulai panas dan terik."Silahkan dimulai, Pak Penghulu. Saya isterinya!" Teriak Ayana dari kejauhan.Wajah Fahmi yang tadinya sempat muram, kini menjadi sedikit lebih sumringah. Jelas saja, power hidup Fahmi ada di diri Ayana.Ayana dan Zidan langsung duduk di deretan keluarga.Hati Ayana sangat berdegup kencang tatkala ia melihat Fahmi telah mengenakan pakaian menikah."Baik, kalau begitu kita mulai saja ya. Apalagi, sudah dihadiri oleh Isteri pertama dari Nak Fahmi." Ucap Penghulu hendak memulai acara akad nikah.Fahmi sempat melihat wajah Ayana yang begitu cantik namun terlihat

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Hari Pernikahan Fahmi & Sarah

    "Kamu akan tetap menjadi isteri satu-satunya untukku, sayang." Ucap Fahmi.Ayana menyunggingkan senyumannya.Fahmi kemudian melum*t b*bir Ayana dengan lembut sehingga keduanya berpagut dalam kehangatan yang begitu dalam, keduanya saling membalas satu sama lain untuk terakhir kalinya sebelum Fahmi resmi menjadi suami Sarah.Tok..Tok..Tok.."Fahmi, Ayana! Ayo kita berangkat sekarang!"Suara ketukan pintu Zidan membuyarkan pagutan Fahmi dan Ayana.Ayana tampak berat sekali melepaskan sang suami."Iya, Kak. Sebentar!" Jawab Fahmi dengan suara sedikit tinggi."Ayo, sayang. Kita keluar. Ibu dan Kak Zidan sudah menunggu kita." Ucap Fahmi menarik tangan Ayana."Baik, Mas." Jawab Ayana.Fahmi dan Ayana keluar dari kamar dan segera berjalan menuju parkiran mobil.Dibawah sana sudah ada Bu Fatimah dan juga Zidan yang telah menunggu."Ibu dengan Zidan ya, kalian berdua saja!" Pinta Bu Fatimah kepada Fahmi dan Ayana."Baik, Bu." Jawab kompak dari Fahmi dan Ayana.Semuanya masuk kedalam mobil dan

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   H-3 Pernikahan

    "Ini kopinya, Kak!" Ucap Ayana berjalan seraya membawa dua cangkir kopi menghampiri Zidan yang telah duduk di sofa empuknya."Syukron Isteri haluku. Bagaimana kalau kita menikmati ini semua di rooftop? Sekalian kita bisa melihat sunrise. Pasti sangat indah sekali. Kamu pasti suka kan?" Ajak Zidan kepada Ayana.Ayana mengangguk dengan melemparkan senyumannya."Ayo, Kak." Jawab Ayana.Zidan berjalan menuju rooftop dan Ayana mengekorinya.Sesampainya di rooftop masih terlihat gelap, hanya matahari sudah mulai menampakan sinarnya dengan malu-malu.Zidan duduk disamping Ayana disebuah kursi panjang yang beralaskan sofa ringan."Masya Allah, indah sekali. Sebentar lagi sunrisenya muncul, Kak." Ucap Ayana dengan wajah sumringah.Zidan tersenyum."Iya, Za. Kita tunggu saja." Jawab Zidan.Keduanya menikmati secangkir kopi dan sarapan yang telah dibuat oleh Ayana."Za, apa rencanamu ketika nanti Fahmi dan Sarah sudah menikah? Apakah kamu akan tetap tinggal dirumah Ibu?" Tanya Zidan kepada Ayana

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status