Share

Sedang Sakit

Author: Chocoo Crunch
last update Last Updated: 2024-01-12 01:39:49

"Dek, terima kasih ya." Ucap Fahmi berbisik didekat daun telinga milik Ayana.

Ayana tampak lemas, namun gairahnya belum kunjung surut.

Maklum saja, mereka pengantin baru. Sama-sama baru perdana merasakan surga dunia seperti yang disebut oleh banyak orang.

Malam itu, menjadi malam yang sangat panjang bagi Ayana dan Fahmi. Sepasang pengantin baru yang menikmati indahnya kebersamaan.

Entah sudah berapa ronde, sehingga ketika menjelang subuh keduanya tampak lemas dan tidak berdaya.

"MasyaAllah, cantik sekali Isteriku ini. Beruntung aku bisa mendapatkan kamu, sayang." Gumam Fahmi ketika melihat Ayana masih tidur nyenyak tidak berdaya akibat gempuran dari Fahmi.

Fahmi beranjak dari tempat tidurnya, ia segera membersihkan tubuhnya.

Karena setelahnya akan melaksanakan sholat subuh.

Setelah tubuhnya sudah bersih dan wangi, ia segera membangunkan Isterinya yang masih terlelap.

"Sayang, Dek bangun. Sudah mau subuh. Kamu segera mandi ya. Nanti kita sholat berjama'ah." Perintah Fahmi kepada Ayana yang baru saja membuka matanya, sedikit mengerjapkan matanya Ayana langsung duduk dan membaca do'a ketika bangun tidur.

Ayana tersenyum kepada Fahmi.

"Aku mandi dulu ya, Mas." Izin Ayana kepada suaminya.

"Baik, Isteriku." Jawab lembut Fahmi.

"Awww sakit, Mas." Rengek Ayana dengan berjalan pelan sedikit meregang. Karena dibagian area int*mnya masih terasa sangat sakit.

"Sabar ya, Sayang. Maaf atas ulah suamimu ini. Habisnya kamu legit sekali sih Dek, hehehee.." Fahmi meledek Ayana.

***

"Ayana, kenapa wajah kamu pucat seperti itu, Nak? Apakah kamu sedang sakit?" Tanya Bu Fatimah kepada Ayana yang keluar dari kamar tidurnya.

Bu Fatimah langsung berjalan mendekati Ayana dan menyentuh dahi Ayana yang memang sedikit panas.

"Tidak apa Ibu, sepertinya aku hanya kurang tidur saja." Jawab Ayana dengan senyuman khasnya.

"Maklum Bu, pengantin baru. Ibu kayak tidak tahu saja." Celetuk Zidan yang berjalan mengambil segelas air pada dispenser.

Ayana sedikit menunduk karena malu.

Wajahnya tampak memerah layaknya kepiting rebus.

"Tunggu sebentar ya, Nak! Ibu ambilkan obat dulu." Ucap Bu Fatimah yang berlalu dan meninggalkan Ayana berdua dengan Zidan di dapur.

"Kamu apa kabar, Ay?" Tanya Zidan yang sudah sangat lama sekali tidak mengobrol dengan Ayana.

Namun ketika dirinya dipertemukan kembali, dengan berbesar hati ia harus menelan pil pahit bahwa ia harus menjadi kakak ipar dari Ayana. Bukan untuk menjadi seorang suami bagi Ayana.

"Alhamdulillah baik, Kak." Jawab Ayana dengan senyumannya.

"Sudah lama ya kita tidak bertemu. Eh sekalinya bertemu kamu dipinang adikku sendiri. Padahal aku yang ingin..... " Ucapan Zidan terhenti karena kedatangan sang Ibu.

"Nak, minum paracetamol dulu ya. Kamu sepertinya lemas sekali." Perintah Bu Fatimah.

Mendapat perintah dari sang Ibu Mertua, Ayana langsung menuruti perintahnya.

"Baik, Bu." Ayana menerima obat dari sang Ibu Mertua dan segera meminumnya.

"Ya sudah kamu beristirahat saja ya Nak dikamar." Perintah Bu Fatimah kembali.

"Tapi Bu, aku ingin membantu Ibu memasak." Sahut Ayana dengan nada lembutnya.

"Tidak usah, Nak. Kamu istirahat saja." Pinta Bu Fatimah.

"Baik, Bu. Maaf kali ini Ayana belum bisa membantu Ibu memasak." Jawab Ayana, yang langsung beranjak dari tempat duduknya.

Namun ketika ia sudah berdiri, pandangannya tiba - tiba gelap, ia seperti melayang-layang dan pada akhirnya Ayana ambruk jatuh ke lantai.

"Ya Allah." Teriak Bu Fatimah.

"Ayana!" Disusul teriakan Zidan.

"Zidan, tolong angkat Ayana dan bawa ke kamar sekarang!" Perintah sang Ibu.

"Tapi, Bu?" Zidan menyadari bahwa dirinya dan Ayana bukan mahrom. Ia tidak berani untuk menyentuh Ayana walau hanya membopongnya saja.

"Cepat, Zidan! Anak laki-laki dirumah ini hanya kamu. Ibu tidak kuat membopongnya. Ini darurat, Zidan. Kasihan Ayana." Bu Fatimah sangat paham apa maksud Zidan mengapa Zidan tidak langsung mengangkat tubuh Ayana.

Zidan masih diam mematung.

"Astaghfirullah, Cepat Zidan!" Sentak Ibunya.

"Baik, Bu." Jawab Zidan.

Dengan segera Zidan mengangkat tubuh Ayana dan membopongnya masuk kedalam kamarnya.

(Ayana kamu kenapa? Jangan sakit Ayana. Aku sangat rindu dengan kamu, kamu tumbuh dengan sempurna. Kamu manis sekali. Izinkan aku menggendongmu ya Ay, sebelumnya aku minta maaf karena telah menyentuhmu, karena ini dalam keadaan darurat)

Zidan membaringkan Ayana di ranjangnya.

Bu Fatimah langsung datang dan memberikan kompres pada dahi Ayana serta minyak angin pada hidung Ayana supaya lekas sadarkan diri.

Terlihat Ayana membuka matanya perlahan dan menyentuh pucuk kepalanya yang terasa sangat sakit sekali.

"Jangan terlalu banyak bergerak, Ay. Nanti sakitnya jadi semakin bertambah." Ucap Zidan.

"Kamu sudah sadar, Nak? minum dulu ya!" Perintah Bu Fatimah sambil menegakkan kepala Ayana.

"Zidan, Fahmi terbang berapa hari?" Tanya sang Ibu menoleh ke arah Zidan.

"Tiga hari, Bu." Jawab Zidan yang langsung berdiri menjauh karena sudah ada sang Ibu didekatnya.

"Kalau Ayana sampai nanti sore tidak kunjung reda, langsung kita bawa ke Rumah Sakit ya, Zid. Ibu khawatir Ayana kenapa-kenapa." Ucap Bu Fatimah.

"InsyaAllah tidak apa-apa, Bu. Kita terus berdo'a untuk kesembuhan Ayana." Sahut Zidan.

Ayana kembali memejamkan matanya. Tampaknya efek dari obat yang telah ia minum sudah bereaksi.

"Ya sudah, Ibu ke dapur dulu ingin membuatkan bubur untuk Ayana. Tolong jaga Ayana selama Fahmi sedang terbang seperti amanat Kyai Akbar dan Umi Farida. Kamu juga harus menjaga anak ini." Perintah sang Ibu.

"Tapi, Bu?" Cegah Zidan menarik tangan Sang Ibu.

"Sudah kamu ini jangan kebanyakan tapi-tapian." Sungut sang Ibu sembari menepis tangan Zidan.

Zidan terdiam dan hanya bisa menuruti perintah dari Sang Ibu.

Bu Fatimah berlalu meninggalkan Zidan dan Ayana di dalam kamar.

Zidan duduk di sofa yang sedikit jauh dari ranjang. Biar bagaimanapun Zidan harus tetap menjaga jarak.

Sembari memainkan ponselnya, tanpa seizin Ayana. Zidan memotret wajah Ayana yang cantik dan manis ketika sedang terlelap.

(Andai dirimu tahu Ayana, betapa aku menyayangimu sedari dulu. Mungkin akulah yang akan menjadi suamimu sekarang)

Ucap Zidan dalam hati, ketika ia memandangi foto Ayana.

"Astaghfirullahalazim, apa-apaan sih aku?" Gumam Zidan menggaruk kepalanya yang sebenernya tidak gatal.

***

"Zidan, nampak nya belum ada perubahan pada diri Ayana. Tubuhnya semakin demam. Kita bawa Ayana ke Rumah Sakit sekarang!" Perintah Bu Fatimah pada Zidan.

Zidan yang sedang membaca beberapa ayat dari kitab Shimtudurror, langsung beranjak mendekati Ibunya.

"Ibu bersiap-siap dulu ya, Zid." Ucap sang Ibu yang sudah sangat panik dan khawatir dengan keadaan Ayana.

"Kita harus bilang ke Fahmi tidak Bu?" Tanya Zidan pada Ibunya.

"Jangan! Nanti dia menjadi tidak konsentrasi membawa pesawatnya. Tunggu sampai Fahmi selesai baru kamu bisa kabari Fahmi." Cegah sang Ibu.

"Baik Bu."

Bu Fatimah berlalu meninggalkan Zidan dan Ayana untuk bersiap-siap mengganti pakaian dan membawa beberapa barang yang diperlukan saat di Rumah Sakit.

"Ay, Ayana. Ayanaaa.." Panggil Zidan pada Ayana.

Namun rupanya Ayana belum bisa dibangunkan.

"Zaaa, Zazaaaa.. Bangun Zaaa." Panggil Zidan pada Ayana dengan sebutan Zaza yang tidak lain adalah nama panggilan akrab mereka ketika masih di Pesantren. Sebuah penggalan nama Ayana, yang bernama lengkap Ayana Zahira.

Tidak lama kemudian Ayana segera membuka matanya karena sudah sangat lama sekali ia tidak mendengar panggilan masa kecilnya, hanya Zidan lah yang memanggilnya dengan sebutan Zaza.

"Kak Zizid. Kamu yang memanggilku tadi ya?" Ayana bertanya dengan nada lirih karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah.

Zidan mengangguk.

"Kamu harus dibawa ke Rumah Sakit, Za. Kondisi kamu semakin turun. Nanti Fahmi sedih kalau tahu kamu sampai sakit begini." Titah Zidan.

"Tidak perlu, Kak. Aku masih kuat kok." Sahut Ayana yang tidak ingin di bawa ke Rumah Sakit.

"Yakin kuat? Coba bangun! Lalu berdiri!" Perintah Zidan.

Ayana mengangguk pelan.

Ia berusaha untuk bangun dari tempat tidur nya namun sangatlah sulit.

Perlahan-lahan ia mencoba menegakkan kepalanya namun malah semakin mual dan terasa melayang-layang.

Zidan sengaja memperhatikan Ayana yang tetap pada pendiriannya untuk tetap di rumah saja.

Ayana terus mencoba untuk bangun. Ketika ia berhasil duduk, ia mencoba kembali untuk bisa berdiri.

Namun saat kakinya ingin ditegakkan, tiba-tiba tubuhnya lemas tidak berdaya.

Seketika Zidan langsung meraih tubuh Ayana, kini tepat tubuh Ayana berada dalam pelukan Zidan.

Zidan dan Ayana saling berpandangan, ada cerita dibalik kedua bola mata mereka. Kedua mata mereka saling berbicara dan saling menahan kerinduan yang mendalam. Membuka kembali memory ketika keduanya masih di Pesantren.

"Zaaa." Ucap Zidan lirih dengan terus memandang manik mata Ayana.

Ayana sangat lemas, kalau dirinya kuat ia sudah melepas pelukan Zidan. Namun apa daya, tubuhnya seperti tidak memiliki tulang.

"Kepalaku pusing banget, Kak Zizid. Aku tidak kuat Kak." Ucap Ayana terbata-bata.

"Mau aku gendong atau ingin dipapah saja?" Tanya Zidan kembali.

"Dipapah saja, Kak." Pinta Ayana.

Zidan akhirnya memapah Ayana. Dengan terpaksa Zidan dan Ayana harus saling bersentuhan, karena sangat sulit Zidan memapah jika tidak melingkarkan tangannya pada pinggang Ayana. Sedangkan tangan yang satunya memegang tangan Ayana yang tengah merangkul pada pundaknya, namun tetap terhalangi oleh pakaian panjang Ayana.

Keduanya berjalan pelan menuju pintu kamar.

"Maaf ya, Za. Aku harus seperti ini ke kamu." Ucap Zidan lirih.

"Tidak apa kak, darurat." Jawab Ayana.

"Bagaimana, Zid? Aduh kok Ayana malah dipapah? Nanti tubuhnya akan semakin lemas. Kapan akan sampai ke mobil kalau seperti ini? Kamu gendong Ayananya, Zid. Cepat!" Perintah sang Ibu yang tiba-tiba datang dengan membawa beberapa tas jinjing berisikan pakaian.

Zidan langsung menoleh ke arah Ayana. Ayana mengangguk pelan tanda menyetujuinya.

"Maaf ya. Aku izin menggendong kamu." Ucap Zidan yang langsung membopong tubuh Ayana.

Ayana yang telah berada dalam bopongan Zidan, terus menatap lekat wajah Zidan.

(Kak, sudah setampan ini kamu sekarang. Aku yang dulu mengagumimu karena kebaikanmu. Kamu yang dulu selalu menolongku, selalu ada ketika aku membutuhkanmu, bahkan sampai saat ini pun. Disaat aku membutuhkan pertolongan, kamu dengan siaga menolongku. Mengapa kita dipertemukan kembali dengan kondisi yang sangat berbeda?)

Batin Ayana terus berbicara.

Zidan yang merasa sedang diperhatikan Ayana, langsung melirik ke arah manik mata Ayana.

"Ayana dibelakang saja dengan Ibu ya." Pinta Bu Fatimah.

Zidan langsung menurunkan Ayana pada barisan tengah.

Ayana menyandarkan tubuhnya, dan disusul lah Bu Fatimah duduk disebelahnya.

Zidan langsung duduk dibagian kemudi dan segera melajukan mobilnya.

"Cepat sedikit mengemudinya, Zidan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Honeymoon

    "Kamu mau es krim?" Tanya Fahmi dengan menatap mata Sarah.Sarah mengangguk dan tersenyum."Baiklah, ambil sesukamu saja." Perintah Fahmi pada Sarah.Sarah menuruti perintah dari Fahmi.Setelah cukup pada bagian es krim, mereka beralih di tempat lain dan segera membayar.Fahmi dan Sarah dengan segera melanjutkan perjalanannya untuk ke tempat honeymoonnya.***"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Biarkan mereka honeymoon, kan tujuan Fahmi menikahi Sarah untuk mendapatkan keturunan. Bukan begitu?" Zidan membuyarkan lamunan Ayana.Ayana yang sedang duduk menatapi sunset di rooftop rumah Zidan, seketika terkejut tatkala Zidan datang menghampirinya.Zidan menyodorkan secangkir kopi panas untuk Ayana."Iya, Kak. Aku hanya sedang meratapi hidupku saja." Jawab Ayana.Zidan mengerutkan dahinya."Mengapa harus diratapi? Hadapi saja dengan lapang dada. Ikuti alurnya dan terima dengan ikhlas." Zidan memberikan semangat kepada Ayana.Ayana bergeming dengan mata memandang jauh langit sore berikut sun

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Pergi Honeymoon

    "Baik, Umi." Jawab Indah.Belum sempat Ayana berkata kembali, datanglah Zidan memanggil Ayana. Yang rupanya sejak tadi memperhatikan cara Ayana menyelesaikan masalah bersama santriwatinya."Za, ikut aku sebentar!" Panggil Zidan kepada Ayana.Sontak, Ayana dan para santriwati menoleh kearah Zidan.Yang lainnya menunduk hingga nanti Zidan pergi meninggalkan area tersebut.Sedangkan, Ayana bangkit dari posisinya."Saya tinggal dulu ya!" Ucap Ayana seraya berjalan meninggalkan semuanya.Ayana berjalan menghampiri Zidan."Ada apa, Kak?" Tanya Ayana."Ikut aku ke rumah sebentar." Ajak Zidan kepada Ayana seketika berjalan menuju rumahnya.Ayana berjalan mengekori Zidan.Disepanjang perjalanan, tidak sengaja Ayana bertemu dengan Zayn.Tatapan Zayn memiliki arti yang mendalam.Ia melemparkan senyuman kepada Ayana.Zayn berjalan menuju ruangan Kamal."Bang Kamal! Bang, yang berjalan bersama Kyai Zidan siapa, bang?" Tanya Zayn dengan penasaran.Kamal yang tengah mengecek project nya, seketika me

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Menyelesaikan Masalah

    "Siap, Kak." Jawab Ayana seraya meletakkan gelas kosong di meja."Ya sudah, kita sarapan sekarang. Setelah itu kita berangkat ke Pesantren. Aku rindu rumahku, apakah kamu berminat untuk menginap di rumah ku lagi?" Goda Zidan kembali.Ayana menghembuskan napasnya."Tidak, Kak. Terima kasih!" Jawab Ayana berlalu mengambil dua piring dan menyiapkan makanan untuk disediakan di meja makan.Zidan tersenyum dengan kekehannya. Matanya terus memandangi gadis yang sangat ia sayangi."Za, apakah kamu berani sendirian di rumah jika Fahmi, Ibu dan Sarah belum juga kunjung pulang ke rumah?" Tanya Zidan kembali."Insya Allah aku berani! Tinggal kunci semua nya, aku pasti berani." Jawab Ayana seraya menuangkan air mineral kedalam gelas panjang."Yakin? Kamu apakah sudah dengar cerita halaman belakang yang sangat sepi dan angker itu?" Ucap Zidan mulai menakut-nakuti Ayana.Sontak, Ayana langsung melebarkan matanya dan merasa merinding semua bulunya."Maksudnya, Kak? Kakak jangan menakut-nakuti begitu

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Ketegangan

    "Sayang, mengapa aku ditinggal tidur sendirian di bawah? Kamu jahat deh." Gumamnya yang merasa ia memeluk tubuh Fahmi karena ia tidak menyadarinya.Zidan pun juga tidak menyadari bahwa Ayana telah memeluk dirinya. Ia pun menggeliat dan membalas pelukan Ayana. Ia memeluk Ayana dengan begitu erat yang ia pikir itu adalah gulingnya.Malam semakin larut, keduanya tampak hangat dan dekat sekali.Hingga pada akhirnya, Zidan terbangun karena hendak merasakan ingin buang air kecil.Betapa terkejutnya ia tatkala membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya sedang memeluk tubuh Ayana dan mengeloni Ayana.Kedua matanya terbuka lebar."Ya Allah, Za! Mengapa kamu ada disini?" Tanya Zidan dengan membangunkan Ayana.Kemudian Ayana membuka matanya dengan sedikit mengerjapkan kedua matanya.Ayana tidak kalah terkejut ketika dirinya tengah berpelukan dengan Zidan"Kak Zidan? Mengapa kakak memeluk aku?" Tanya Ayana dengan cepat melepaskan pelukan Zidan.Zidan mengerutkan dahinya."Tunggu, tunggu! Seperti

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Dengan Tanda Tanya

    "Tidak! Aku tidak ingin berpacaran. Aku mau nya langsung menikah saja!" Tegas Difa kemudian."Kalau begitu, menikah saja yuk!" Ajak Kamal kepada Difa.Sontak Difa mendengus kesal dan membuka matanya lebar-lebar seolah ingin menerkam Kamal saat itu juga."Kamal! Ish.. Tidak perlu aneh-aneh deh!" Jawab Difa kemudian."Lho, aku serius kalau memang kamu mau, Difa." Ucap Kamal.Difa bangkit dari posisinya."Sudahlah, aku pergi saja!" Ucap Difa seraya pergi meninggalkan Kamal begitu saja."Difa! Difa! Jadi tidak mau nih?" Tanya Kamal dengan nada meninggi.Namun, tidak ada respon dari Difa. Rupanya Difa telah menghilang dari pandangan Kamal.Kamal pun terkekeh."Difa.. Difaa.. Lucu sekali kamu." Gumam Kamal.***"Za, apakah kamu berani sendirian di rumah?" Tanya Zidan tatkala mengantarkan Ayana masuk kedalam rumah Bu Fatimah."Insya Allah berani, Kak. Apa yang harus ditakuti? Kan kata Kak Zidan aku harus menjadi wanita yang kuat dan pemberani." Jawab Ayana melangkahkan kakinya.Ia sempat mel

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Penyemangat Dari Zidan

    "Aku mau pulang! Kalau kakak tidak bisa mengantarkan aku pulang, aku akan pulang sendiri!" Ucap Ayana bangkit dari posisinya.Tatkala ia hendak melangkahkan kakinya, dengan cepat Zidan menarik pergelangan tangan Ayana."Oke, kita pulang sekarang! Hapus air mata kamu!" Ajak Zidan menarik tangan Ayana.Ayana mengekori langkah Zidan.Sesampainya di rumah Kyai Haji Hasan, semuanya tampak berbahagia dan bercengkrama.Namun, tidak bagi Fahmi. Ia terus mengkhawatirkan perasaan Ayana.Sarah telah berada didekatnya.Tampak dari kejauhan Ayana dan Zidan berjalan menghampirinya."Fahmi, aku izin membawa pulang Ayana ya!" Ucap Zidan berbisik kepada Fahmi.Fahmi yang tengah duduk dikelilingi oleh keluarga besar Kyai Haji Hasan pun tidak dapat banyak komentar."Kenapa pulang?" Tanya Fahmi."Ayana ingin pulang, dia tidak bisa berlama-lama disini." Jawab Zidan kembali dengan suara berbisik-bisik.Mata Fahmi tertuju kepada Ayana. Ayana mendekati Fahmi."Mas, aku izin pulang ya. Selamat berbahagia ya,

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Resmi Menjadi Madu

    "Bagaimana, Nak Fahmi? Saya harus menunggu berapa lama lagi? Masih ada urusan di tempat lain juga, saya tidak bisa berlama-lama." Ucap penghulu kembali tampak sudah tidak sabar.Kyai Haji Hasan menghembuskan napas panjangnya.Umi Naima dan Bu Fatimah turut gelisah. Sarah belum diperbolehkan keluar jika acara akad nikah belum terlaksana.Keluarga Kyai Haji Hasan yang lainnya sampai berkipas-kipas karena cuaca mulai panas dan terik."Silahkan dimulai, Pak Penghulu. Saya isterinya!" Teriak Ayana dari kejauhan.Wajah Fahmi yang tadinya sempat muram, kini menjadi sedikit lebih sumringah. Jelas saja, power hidup Fahmi ada di diri Ayana.Ayana dan Zidan langsung duduk di deretan keluarga.Hati Ayana sangat berdegup kencang tatkala ia melihat Fahmi telah mengenakan pakaian menikah."Baik, kalau begitu kita mulai saja ya. Apalagi, sudah dihadiri oleh Isteri pertama dari Nak Fahmi." Ucap Penghulu hendak memulai acara akad nikah.Fahmi sempat melihat wajah Ayana yang begitu cantik namun terlihat

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Hari Pernikahan Fahmi & Sarah

    "Kamu akan tetap menjadi isteri satu-satunya untukku, sayang." Ucap Fahmi.Ayana menyunggingkan senyumannya.Fahmi kemudian melum*t b*bir Ayana dengan lembut sehingga keduanya berpagut dalam kehangatan yang begitu dalam, keduanya saling membalas satu sama lain untuk terakhir kalinya sebelum Fahmi resmi menjadi suami Sarah.Tok..Tok..Tok.."Fahmi, Ayana! Ayo kita berangkat sekarang!"Suara ketukan pintu Zidan membuyarkan pagutan Fahmi dan Ayana.Ayana tampak berat sekali melepaskan sang suami."Iya, Kak. Sebentar!" Jawab Fahmi dengan suara sedikit tinggi."Ayo, sayang. Kita keluar. Ibu dan Kak Zidan sudah menunggu kita." Ucap Fahmi menarik tangan Ayana."Baik, Mas." Jawab Ayana.Fahmi dan Ayana keluar dari kamar dan segera berjalan menuju parkiran mobil.Dibawah sana sudah ada Bu Fatimah dan juga Zidan yang telah menunggu."Ibu dengan Zidan ya, kalian berdua saja!" Pinta Bu Fatimah kepada Fahmi dan Ayana."Baik, Bu." Jawab kompak dari Fahmi dan Ayana.Semuanya masuk kedalam mobil dan

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   H-3 Pernikahan

    "Ini kopinya, Kak!" Ucap Ayana berjalan seraya membawa dua cangkir kopi menghampiri Zidan yang telah duduk di sofa empuknya."Syukron Isteri haluku. Bagaimana kalau kita menikmati ini semua di rooftop? Sekalian kita bisa melihat sunrise. Pasti sangat indah sekali. Kamu pasti suka kan?" Ajak Zidan kepada Ayana.Ayana mengangguk dengan melemparkan senyumannya."Ayo, Kak." Jawab Ayana.Zidan berjalan menuju rooftop dan Ayana mengekorinya.Sesampainya di rooftop masih terlihat gelap, hanya matahari sudah mulai menampakan sinarnya dengan malu-malu.Zidan duduk disamping Ayana disebuah kursi panjang yang beralaskan sofa ringan."Masya Allah, indah sekali. Sebentar lagi sunrisenya muncul, Kak." Ucap Ayana dengan wajah sumringah.Zidan tersenyum."Iya, Za. Kita tunggu saja." Jawab Zidan.Keduanya menikmati secangkir kopi dan sarapan yang telah dibuat oleh Ayana."Za, apa rencanamu ketika nanti Fahmi dan Sarah sudah menikah? Apakah kamu akan tetap tinggal dirumah Ibu?" Tanya Zidan kepada Ayana

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status