Share

Merayakan Kepulangan

Belicia berhasil menyelesaikan program studinya di bidang desain fashion selama dua tahun. Seolah tak puas dengan ilmu yang didapat, satu tahun berikutnya dia mengabdikan diri sebagai seorang asisten desainer ternama di London.

Sejak saat itu Belicia bergabung di rumah mode milik Stefanus Gabriela, sang desainer kawakan sekaligus orang yang menjadi mentor pribadi Belicia untuk mempertajam bakatnya di bidang mode.

Hingga setelah satu tahun, Belicia mendapat penghargaan sebegai desainer muda yang inovatif. Sketsa-sketsa fashion yang dia buat berhasil dilirik oleh para desainer ternama di London, dan tak sedikit yang menginginkan Belicia bekerja di rumah mode mereka.

Namun, alih-alih menerima tawaran mereka, dalam pidatonya sore itu di acara pemberian pengharagaan, Belicia justru mengumumkan hal yang membuat publik tercengang.

"Pertama-tama, aku bersyukur pada Tuhan dan merasa luar biasa atas prestasi yang aku dapatkan saat ini. Terima kasih atas apresiasi dan penghargaan yang kalian berikan padaku. Terutama untuk mentorku, aku tak akan berhasil hingga di titik ini tanpa dukungan Anda, Tuan Gabe," kata Belicia sambil mengangkat piala kristal dalam genggamannya.

Dia kembali berdiri tegak di belakang podium sambil membenarkan microphone kondensor di hadapannya. Lalu, seorang MC yang berdiri di samping Belicia mulai melayangkan pertanyaan.

"Nona Belicia Leonardo, dengan pencapaian Anda sekarang, jika kami boleh tahu, apa rencana Anda selanjutnya?"

Belicia mengukir senyum lembut di sudut bibirnya. Sorot matanya yang memancarkan keteduhan seolah berkilauan bagai cahaya rembulan yang berpendar di musim dingin.

Belum sempat Belicia menjawab, sang MC kembali menambahkan dengan penuh rasa ingin tahu, "Apakah Anda akan menerima salah satu tawaran dari para pengusaha rumah mode untuk bekerja di perusahaan mereka?"

"Aku akan kembali ke tanah kelahiranku, Venesia— Italia," ungkap Belicia dengan penuh percaya diri.

"Uh, sungguh disayangkan Anda melewatkan kesempatan emas yang diincar oleh banyak orang seusia Anda," komentar sang MC mewakili para tamu yang hadir dan begitu penasaran dengan wanita berparas lembut itu. "Apa Anda berencana membuka perusahaan mode sendiri di Italia?"

Belicia lagi-lagi tersenyum saat mendekatkan bibir pada microphone dan berkata, "Kurasa ilmuku belum cukup untuk mendirikan rumah mode sendiri. Jadi, seperti yang direkomendasikan oleh mentorku, Tuan Gabe, aku akan berkerja untuk All In Corp."

Jawaban singkat Belicia langsung membuat para tamu yang hadir bungkam seketika. Mereka tahu, All In Corp adalah perusahaan asal Venesia yang baru berdiri selama tiga tahun terakhir. Namun, meski perusahaan mode tersebut terbilang cukup baru, tetapi berkat karya-karyanya yang luar biasa, All In Corp mampu bersanding hampir setara dengan perusahaan mode taraf internasional.

____

Hari berikutnya, 10.15 am.

Terminal kedatangan Bandara Marcopolo, Venesia— Italia.

Belicia menyeret dua kopernya yang besar keluar dari terminal kedatangan dengan diliputi suka cita. Dia mengenakan topi krem bertepian lebar dengan pita yang menjuntai.

Bahkan, Belicia menurunkan bagian depan topi untuk menutupi wajahnya yang sudah memakai masker putih, sekaligus kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

Belicia tak senang menjadi pusat perhatian, tetapi tetap saja tubuhnya yang semampai tak bisa membuat kaum adam berpaling menatap kemolekan tubuh Belicia.

'Venesia- ku, kota Gondola-ku! Setelah tiga tahun yang panjang, akhirnya aku kembali,' Belicia berseru senang dalam hati saat keluar dari bandara dan memanggil taksi untuk melanjutkan perjalanan.

Satu jam kemudian dia tiba di apartemen Dell Artha Suite siap huni yang sudah dipesan melalui agen properti profesional. Jadi, saat dia masuk ke unitnya, Belicia hanya perlu merapikan pakaian ke dalam lemari, menyusun beberapa arsip file di meja belajar, dan meletakkan bingkai-bingkai foto.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit bagi Belicia untuk merapikan barang-barang tersebut. Selama tiga tahun ini, Belicia semakin terbiasa mandiri dan bisa bekerja cepat. Bahkan, dia tak sadar menjadi keras pada diri sendiri, berbeda jauh dengan kehidupan tiga tahun lalu.

Ketika Belicia baru saja akan beristirahat di sofa, ponselnya berdering hingga membuat dia tersenyum ketika melihat nama yang muncul di layar ponsel.

"Hai, Belicia, apa kau sudah tiba di Venesia?" Itu adalah suara Violetta, teman masa kecil Belicia. Sahabat terbaik yang dia sayangi seperti keluarga sendiri.

"Uh, apa kau bercanda? Kenapa baru menghubungiku setelah aku bekerja keras sendirian di apartemen?" ujar Belicia sambil berbaring di sofa panjang.

"Maafkan aku, Sayang ... aku terlalu sibuk."

Mendengar suara Violetta yang manis, Belicia langsung tertawa penuh kerinduan. "Baiklah, aku memaafkanmu. Tapi, sebagai gantinya ..."

"Apa kau akan langsung bekerja?" tukas Violetta dari seberang panggilan.

"Ya, tentu saja. Mentorku sudah merekomendasikan dan memastikan bahwa aku bisa langsung bekerja di sini."

"Kalau begitu, sebegai ganti karena aku tak menjemputmu ke bandara, tak membantumu merapikan apartemen, aku akan mentraktir makan malam," kata Violetta dengan antusias. "Kepulanganmu patut dirayakan, Sayang."

"Oke, sampai jumpa nanti malam."

Belicia mengakhiri panggilan dan meletakkan ponsel di atas meja. Lalu, dia memejamkan mata dan mencoba untuk tidur beberapa jam sebelum bertemu dengan sahabatnya.

Namun, baru saja dia melemaskan seluruh otot-ototnya, ponsel di atas meja berdering lagi dan membuat Belicia mau tak mau langsung menjawab panggilan.

"Selamat siang, Nona Belicia Leonardo," kata seseorang dari seberang panggilan, suaranya terdengar diplomatis dan serius. "Aku dari departemen SDM All In Corp, ingin memastikan apakah Anda bisa datang ke kantor esok hari?"

"Ah, ya, tentu saja," sahut Belicia tanpa keraguan. "Aku akan datang."

"Bagus. Silakan datang ke bagian departemen SDM di di lantai tiga. Kami tunggu kedatangan Anda, Nona. Terima kasih atas waktumu."

Belicia mengembuskan napas panjang setelah panggilan berakhir, lalu memutuskan untuk menonaktifkan ponsel agar bisa istirahat sebelum bertemu Violetta.

Lalu, dia terbangun menjelang malam dan langsung bersiap-siap. Setelah selesai, Belicia baru saja menyalakan ponsel untuk menghubungi sahabatnya, tetapi suara bel pintu lebih dulu terdengar dan membuat Belicia langsung membuka pintu.

"Belicia!" Seorang wanita langsung menghambur memeluk Belicia dengan antusias begitu pintu terbuka.

"Akhirnya kita bertemu lagi," kata Violetta sambil melompat-lompat dan tak sadar pelukannya terlalu erat hingga membuat Belicia terbatuk-batuk. "Aku sangat merindukanmu."

"Ya ampun, Vio ... kau bisa membunuhku jika memelukku seperti ini," keluh Belicia hingga sang sahabat melonggarkan pelukannya.

Namun, Belicia juga tak bisa memungkiri bahwa dia sangat senang bertemu lagi dengan sahabatnya. "Kupikir kau begitu sibuk dan melupakan makan malam kita."

"Oh, itu tak mungkin!" seru Violetta sambil tertawa. "Bahkan meski langit runtuh dan aku dibuat sibuk untuk menyelamatkan seluruh manusia, aku akan tetap datang untukmu, Belicia sayangku! Jadi, ayo pergi dan traktir aku makan!"

Belicia tertawa geli mendengar apa yang dikatakan sahabatnya. "Kukira kau tadi mengatakan aku yang akan ditraktir olehmu, Vio."

"Ah, aku mendadak lupa ingatan!" sahut Violetta dengan wajah tanpa dosa.

Lalu, keduanya tertawa penuh suka cita. Belicia hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya. Kemudian buru-buru mengenakan sepatu kets dan menyampirkan tas panjang di bahunya.

Ketika mereka tiba di restoran dan sedang menikmati makanan, Violetta tiba-tiba berseru, "Oh, ya, Belicia ... kau kembali ke Venesia, apa kau tak takut bertemu dengan Alex?"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status