Erick baru saja keluar dari ruang kerjanya. ia berjalan menuju ruang tamu, tetapi sampai di sana ia tidak melihat siapapun. Akhirnya ia pun memutuskan untuk ke dapur mencari Riana. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba ia mendengar bel pintu rumah berbunyi. Ia pun memutuskan untuk melihat siapa yang datang dan mengurungkan niatnya pergi ka dapurnya. Erick baru saja membuka pintu rumahnya, namun ia terkejut saat mendapati seseorang dengan pakaian yang menurutnya aneh dan tidak dikenalinya."Siapa kamu?" tanya Erick. Reyvan yang sebelumnya berdiri membelakangi pintu, segera menoleh kepada Erick. Dengan gaya tengilnya, ia memperkenalkan dirinya pada Erick. "Maaf, Pak. kenalkan saya Roni, saya dapat pesan untuk memperbaiki AC di rumah ini. "AC? Aku merasa tidak pernah memanggil tukang servis AC. Sepertinya Anda salah alamat, jadi silakan pergi sekarang!" Erick pun tidak memedulikan Reyvan lagi, dan segera menutup pintunya kembali. Namun, saat pintu belum tertutup sempurn
Riana yang telah selesai membuat minuman untuk Alissa dan Rena, segera pergi membawa minuman itu untuk diantar ke kamar Alissa. Di saat Riana hampir sampai pintu dapur, tiba-tiba Reyvan datang dan sengaja menyenggol Riana.Seketika nampan di tangan Riana terlepas dari tangan. gelas berisi minuman itu jatuh dan tak berbentuk lagi hingga belingnya berserakan di mana-mana. "Maafkan saya! Saya tidak sengaja, saya tidak melihat Anda tadi," ucap Reyvan pura-pura khawatir. Riana melihat orang yang menabraknya tampak asing. "Siapa kamu? Kalau jalan tuh lihat-lihat!" bentak Riana. Ia mengerang marah, minuman syang sudah itu buat jatuh begitu saja. Kini ia harus membuat minuman lagi, belum lagi membersihkan lantai akibat pecahan gelas dan minuman yang tempat itu "Saya tukang servis AC, saya ingin melihat mungkin di sini dipasang AC.""Mana ada dapur dipasang AC? Pergi dari sini! Cari ke ruangan lain, sana!" bentak Riana lagi. Reyvan pun berbalik dan pergi meninggalkan dapur dengan senyum d
Reyvan mengerutkan keningnya kala mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Erick dari dalam. Ia sangat yakin, Erick akan pergi menemui seseorang yang berhubungan dengan obat yang di minum Alissa selama ini.Reyvan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia harus bisa mengikuti Erick dengan berbagai cara. Namun sebelum itu, ia harus menyelesaikan urusannya di rumah Alissa terlebih dahulu.Reyvan membenarkan kerah baju yang ia pakai, lalu bersiap untuk mengetuk pintu ruang kerja Erick. Reyvan mengangkat tangannya, sudah siap untuk mengetuk, tetapi tiba-tiba pintu terbuka dan muncul lah Erick dari dalam."Ada apa? Apa yang kau lakukan?" tegas Erick dengan pandangan matanya yang tajam.Reyvan yang melihat kemunculan Erick secara tiba-tiba, seketika cengengesan. "Ooh, Tuan! Tidak ada, saya hanya ingin bilang semua AC sudah saya periksa, sekarang tinggal ruangan ini."Erick mengerutkan keningnya menatap aneh pada Reyvan, baginya cara bicara Reyvan tidak seperti tukang servis pada umumnya.
"Apa?" Riana terkejut dengan apa yang ia dengar. "A-Apa yang Nona katakan tadi?'" Riana ingin memastikan apa yang ia dengar adalah salah. "Apa kurang jelas? Aku tidak suka jus. jadi, minuman ini untukmu." Rena pun mengulangi apa yang ia katakan. "Minumlah, dari pada mubazir," lanjutnya. Alissa yang sejak tadi hanya mendengarkan interaksi keduanya tersenyum tipis. Ia tidak menyangka Rena bisa membuat Riana terjebak oleh siasatnya sendiri."Ta-tpi Nona, saya tidak mungkin ... emm, obat ini milik Nona, temannya majikan saya. Jadi, Nona juga majikan saya. Mana berani saya minum minuman milik majikan saya.""Alah ... kamu ribet amat sih. Kamu anggap aku juga majikanmu, kan. Patuhi perintah majikanmu, cepat minum jus itu sekarang!" Rena pun menunjukkan sisi galaknya. "Tidak mungkin. Nyonya, tolong katakan pada Nona ini untuk tidak memaksa saya. Anda tahu sendiri saya tidak akan berani lancang." Riana berusaha mencari pembelaan dari Alissa.Alissa tersenyum pada Riana. Ia tahu Riana berus
Tampak Erick baru saja memasuki sebuah klinik sederhana yang berada lumayan jauh dari perkotaan. Dari luar klinik itu memang hanya terlihat biasa saja, akan tetapi di dalam ternyata semua nampak sangat berbeda. Klinik itu bukanlah tempat untuk pengobatan semata, melainkan tempat produksinya obat-obat ilegal.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Erick masuk begitu saja. "Apa yang sedang kau lakukan? serius amat," tegur Erick pada seseorang yang kini sedang bergelut di depan beberapa formula temuannya.Seketika laki-laki yang duduk dengan memakai baju serba putih, berparas tampan dan memakai kacamata itu menoleh pada Erick. "Kamu! Sejak kapan kamu datang?" tanyanya."Barusan saja. Aku lihat pintunya tidak terkunci, jadi aku masuk begitu saja," jawab Erick. "Apa yang sedang kamu lakukan?" Kali ini Erick yang bertanya.Denis, teman Erick itu mendengus kesal. Is tidak suka dengan sifat Erick yang masuk semaunya. "Yach ..., seperti yang kau lihat. Aku sedang bergelut dengan ciptaan baruku,
Reyvan yang baru saja selesai bertemu dengan para suruhannya, kini ia sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia kembali menuju rumah Alissa untuk menjemput Rena yang masih ada di sana. Tak jauh dari rumah Alissa, Reyvan menghentikan mobilnya, Lalu mencoba untuk menghubungi Rena, kakaknya. Tak menunggu lama, Rena mengangkat panggilan itu. Namun, hanya sebentar saja, panggilan itu tiba-tiba mati. "Dasar! Belum juga aku bicara, sudah dimatikan saja," gerutu Reyvan yang kesal pada kakaknya yang langsung mematikan panggilannya tanpa bicara.Tidak lama kemudian, dari dalam mobil Reyvan melihat Rena yang baru saja keluar dari rumah Alissa. Reyvan pun membuka pintu samping mobilnya, untuk mempermudah Rena masuk. "Bagaimana di dalam? Apa Kak Alissa baik-baik saja? Wanita itu tidak berhasil memberi obat itu pada kalian, kan?" Reyvan memberondong pertanyaan pada Rena begitu Rena masuk dalam mobil. Sebenarnya sejak ia meninggalkan rumah Alissa tadi, ia sangat khawatir pada Alissa j
Tubuh Alissa terasa menegang kala tiba-tiba merasakan jari-jari tangannya terus-terusan ditusuk jarum. Sekuat tenaga Alissa menjaga dirinya agar tidak terpancing. Bagaimanapun ia harus tetap bertahan. Alissa tidak mengerti kenapa tiba-tiba Erick menyakitinya lagi. Hanya dua kemungkinan yang dipikirkan Alissa, yaitu Erick curiga kembali padanya atau bahkan sudah mengetahui bahwa Alissa berhasil membohonginya selama ini. Sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah bertahan menahan semua rasa sakit dan menjaga pendiriannya. Alissa yakin Erick tidak akan berani menanyakannya pada Alissa selama Alissa kuat dengan pendiriannya. Karena jika Erick menanyakan semua itu, maka sama halnya dengan ia membongkar kejahatan ia sendiri selama ini.Erick sangat jelas merasakan ketegangan tubuh Alissa saat ia memegangi tangan Alissa. Senyum seringai kembali muncul di wajah Erick. Ia merasa tertantang oleh Alissa. "Ayo, Alissa Sayang! Tunjukkan dirimu!" ucap Erick dalam hati seraya menusuki jari Alissa lebi
Tampak mobil yang ditumpangi Reyvan sedang memasuki kawasan perumahan tempat tinggal Denis dan berhenti tepat di depan klinik Denis. Reyvan sudah tidak punya waktu lagi, ia harus segera mengatasi masalah obat yang sudah lama dikonsumsi oleh Alissa. Ia pun segera keluar dari mobil dan berjalan menuju klinik Denis. Di sekitar Klinik terlihat sangat sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Reyvan bergegas memencet bel yang ada di samping pintu masuk. Begitu bel berbunyi, tak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekat dari dalam. Pintu pun akhirnya terbuka. "Maaf, dengan siapa?" tanya Denis yang Baru saja membuka pintu kliniknya. Reyvan yang semula membelakangi pintu, seketika menoleh ke arah Denis. "Aku ada perlu dengan kamu. Bisa kita bicara sebentar?" tanya Reyvan dengan gaya sok tengilnya.Denis mengerutkan alisnya. Ia tidak kenal siapa orang yang ada didepannya saat ini, tetapi kenapa orang itu mencarinya? Berbagai pertanyaan pun muncul di benak Denis. Akhirnya D