Share

Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan
Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan
Author: Syamwiek

Bab 1

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2024-09-02 18:49:02

“Aku sedang mengandung anak dari tunangan Anda, Dokter Narumi!”

Seorang gadis belia menemuiku di rumah sakit tempatku bekerja berhasil membuat duniaku runtuh. 

“Apa benar yang kamu katakan?” tanyaku memastikan dan dia pun mengangguk sembari menangis.

“Aku minta maaf, tapi aku tak berbohong. Ini murni ketidaksengajaan, tetapi aku tetap membutuhkan suami. Aku tidak mau saat anakku lahir ke dunia tak memiliki seorang ayah.”

Aku tercekat.

Satu hal yang pasti, semua terjadi begitu cepat.

Pernikahan yang tinggal menghitung hari terpaksa harus dibatalkan karena kesalahan calon suamiku.

Dia dan keluarganya sempat tak terima.

Tapi, aku memintanya bertanggungjawab, hingga keluarganya setuju meski kedua orang tuanya masih membela diri.

Menurut mereka, putranya dijebak oleh pesaing bisnis dan dengan angkuh.

Aku hanya diam.

Bagiku yang terpenting, rencana pernikahan itu berakhir.

Namun siapa sangka, keluarga Daffa justru mengatakan pernikahan batal karena aku ketahuan selingkuh.

Entah dosa apa yang sudah aku perbuat? Aku yang dikhianati namun aku pula yang menjadi tersangka perselingkuhan. 

Padahal jelas-jelas, bukti rekaman CCTV di malam saat kejadian, tunanganku mendekati gadis belia itu dan mengajaknya minum alkohol....

Tapi, tak kusebarkan karena aku tak ingin memperpanjang masalah.

"Morning, Dokter Rumi ...."

Lamunanku buyar.

Aku mendesah pelan ketika melihat kedatangan dokter paling menyebalkan seantero rumah sakit, tapi tetap kucoba untuk sopan. "Pagi juga Dokter Sabil.”

"Cerah sekali pagi ini. Tau gak, kenapa?"

Aku menggeleng. Sebenarnya malas menanggapi gombalan garing Dokter alay. Tapi, sudah terlanjur tak bisa kabur.

"Karena mataharinya ada di dekat aku. Jadi, hatiku bersinar dengan cerah."

"Dokter Sabil bisa saja.”

Aku mempercepat langkah agar segera sampai di ruanganku. Bukannya aku sombong atau tidak menghargai rekan kerja. Tapi, aku sedang menghindar dari gosip. Bisa saja aku terkena predikat perempuan gatal jika berjalan berdua dengan Dokter Sabil, apalagi status saat ini kembali available.

Untungnya, hari ini aku mendapatkan banyak pasien ibu hamil yang sedang memeriksakan kandungannya.

Jujur, aku sangat menyukai pekerjaanku ini.

Selain dapat berbagi ilmu dengan calon ibu, aku juga bisa berbagi kebahagiaan pada mereka ketika aku memberikan kabar jika mereka positif hamil.

Selalu ada perasaan haru yang menyelimuti hatiku, apalagi saat membantu proses melahirkan.

Ada rasa bahagia yang tidak dapat aku jelaskan dengan kata-kata.

Hanya saja, aku terlonjak kaget ketika sudah melayani beberapa pasien, suster yang membantuku tiba-tiba membuka pintu dengan sedikit keras.

Brak!


"Maaf mengganggu Dokter Rumi," ucapnya.

"Ada apa, Sus?" tanyaku pada Suster Rima.

"Ada pasien urgent butuh tindakan operasi secepatnya Dok," jawabnya dengan nafas yang memburu.

"Baiklah, saya akan segera bersiap. Suster bisa handle sisa pasien?"

"Bisa, Dok. Serahkan semuanya pada saya. Aman!”

Aku lantas bergegas menuju ke ruang operasi. Perawat yang bertugas menjelaskan padaku mengenai kondisi pasien. Betapa kagetnya diriku saat mengetahui jika pasien mengalami pendarahan karena mendapatkan KDRT dari suaminya.

Setelah semua persiapan selesai, aku langsung masuk ke dalam ruang operasi.

Namun lagi-lagi aku mendapatkan kejutan!

Pasien yang tak sadarkan diri karena efek obat bius adalah istri mantan tunanganku....

Apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Kenapa sampai mendapatkan perlakuan kasar dari Daffa? Bukankah, selama ini Daffa adalah seorang Pria yang selalu memperlakukan wanita dengan lembut?

Tanpa pikir panjang, aku pun melakukan prosedur operasi  yang selesai dalam waktu 45 menit.

Aku berhasil menolong bayi mungil lahir ke dunia.

Tit!

Suara Elektrokardiograf menunjukkan henti jantung. 

Suasana seketika mencekam.

"Ambil defibrilator!" perintahku cepat.

Para perawat dan dokter anestesi menjadi panik.

Kami mencoba yang terbaik, tetapi nyawa sang ibu tak tertolong.

Pendarahan hebat yang dialami dan kondisi tubuh sangat lemah membuatnya tidak bisa bertahan.

Aku memenjamkan mata, menahan sendih.

Kutatap sejenak wajah gadis belia yang sudah tertidur dengan damai.

‘Kenapa dia memiliki takdir menyedihkan seperti ini?’ pedihku.

Sungguh, aku tak ada dendam.

Justru aku kasihan padanya.

“Terima kasih sudah berjuang melahirkan malaikat kecilmu. Maaf, kali ini aku tidak berhasil membantumu,” ucapku sambil membelai pipinya yang sedikit lebam.

Hanya saja, tangis histeris kedua orang tua gadis bernama Divya itu memenuhi lorong ruang operasi.

Mereka tidak bisa membendung kesedihannya saat aku mengatakan nyawa putrinya tidak dapat tertolong.

Plak!!!

Aku terhuyung begitu ada tangan besar yang menampar pipiku tiba-tiba.

“Barra! Apa yang kamu lakukan?!” teriak ayah dari Divya.

“Dia yang telah membunuh Divya kecil kita, Pa!”

Aku membelalakkan mata saat pria yang baru saja menamparku kini menuduhku sebagai pembunuh.

“Bukan dia Nak! Bukan Dokter yang membunuh adikmu! Tapi, suaminya sendiri yang telah membunuh Divya,” ucap Ibunya dengan memeluk lengan anaknya.

Dengan tatapan penuh amarah, pria yang dipanggil Barra itu masih terus menyalahkanku. “Mama tau dia siapa?” tanyanya dengan suara keras.

Kedua orang tuanya menggeleng.

“Dia adalah Narumi Azzura Arrasyid. Dia perempuan yang telah merebut suami Divya!” terang Barra pada semua orang.



Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Neng Saroh
halooooooo ... kenalin istrinya sugus nih ............
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
lah kok malah nuduh rumi yg rebut suami divya bukannya kdrt suaminya sendiri barra dapat bisikan dr mana ini
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
looo kok jadi semua salah arumi,apalaah mereka ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 4

    Aku berdiri di ambang pintu dapur, mengamati keramaian di halaman belakang rumah. Aroma sate kambing dan nasi kebuli sudah memenuhi udara. Suara tawa dan obrolan para tamu bercampur dengan suara anak-anak yang berlarian. Hari ini adalah aqiqah Zivanya. Seharusnya aku merasa bahagia—dan memang begitu. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Mataku mencari sosok Zain. Dia duduk di kursi kecil di sudut halaman, memeluk boneka dinosaurusnya erat-erat. Wajahnya... tidak seperti biasanya. Biasanya dia yang paling antusias saat ada tamu, berlarian kesana kemari, bercerita tentang dinosaurus kesukaannya pada siapa saja yang mau mendengar. Tapi hari ini berbeda. Aku melihat bagaimana Zivanya berpindah dari satu pelukan ke pelukan lain. Para tamu antri untuk menggendongnya, mencium punggung tangannya, berkata betapa lucunya si bungsu ini. Dan aku melihat bagaimana pandangan Zain mengikuti setiap gerakan adiknya—pandangan yang perlahan berubah dari kebanggaan menjadi... kesedihan. "Zain

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 3

    Langit pagi ini mendung, seakan sudah tahu apa yang akan terjadi. Aku berjalan perlahan menuju taman belakang rumah, merasakan beban di perutku yang semakin berat. Minggu ke-38. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan putri kecilku. Taman masih basah oleh embun, dan bunga-bunga lavender kesayanganku bermekaran seperti biasa. Aku mengusap perutku sambil tersenyum kecil. Damai. Inilah yang kurasakan—kedamaian sebelum badai. Aku meraih ember kecil untuk menyiram bunga lavender. Tapi entah mengapa, langkah kakiku tergelincir. Seketika dunia terasa jungkir balik. Ember terlempar, air menyiprat kemana-mana dan tubuhku terhempas ke tanah dengan keras. Nafasku tertahan, rasa sakit menjalar dari pinggang hingga ke seluruh tubuh. Tanganku reflek memegang perutku yang kini terasa sangat tegang. "Mas Barra—" suaraku lemah. Panik menyelimuti diriku. Napasku mulai pendek. Aku tahu ada yang tidak beres dengan bayiku. Dari dalam rumah, kudengar langkah kaki berlari. Barra berlari keluar dengan mata

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 2

    Acara ulang tahun Zain berjalan dengan lancar. Sepanjang acara wajahnya berseri-seri penuh binar bahagia. Belum pernah dia sebahagia ini— semua itu karena diulang tahunnya kali ini mendapatkan kado istimewa. Aku sempat turun sebentar saat acara tiup lilin dan potong kue. Meski kepala rasanya berputar-putar dan tubuh terasa lemas. Semua yang aku lakukan ini demi melihat Zain tersenyum lebar. Dia mulai sekolah dan kini memiliki banyak teman. Dengan bangganya aku mengatakan jika dia putraku pada semua tamu undangan. Saat itu, dia langsung memelukku erat. Usianya memang baru 4 tahun— namun Zain sangat peka dengan perasaan orang disekelilingnya. Dia paham jika aku butuh pelukan karena terbawa suasana haru. “Rum, aku titip Adek ya. Ada masalah di butik jadi aku harus segera ke sana. Gak mungkin aku bawa Letta karena dia sedang demam,” ujar Gista setelah masuk ke dalam kamarku. “Iya, bawa sini si cantik. Jangan diajak keliling dunia dulu. Kasihan masih kecil,” jawabku. Oh, iya— setelah

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 1

    Ulang tahun Zain yang ke empat dirayakan sangat meriah karena dia sudah mulai sekolah. Dia tumbuh menjadi anak yang tampan, pintar dan penyayang. Postur tubuhnya lebih tinggi dan besar dari anak seusianya— hingga banyak yang mengira dia sudah berusia 6 tahun.Di sekolah banyak sekali teman perempuan yang sengaja mendekatinya. Ada yang membawakannya bekal, bunga segar dan mainan. Namun, Zain tak mau menerimanya. Menolak dengan nada halus dan alasannya Maminya melarangnya menerima hadiah jika bukan hari ulang tahunnya.Zain itu ibarat calon pria soft spoken. Tak hanya teman kelasnya— anak perempuan yang tinggal di komplek perumahan saja sering datang untuk mengungkapkan cinta. Padahal mereka sudah duduk dibangku SD.Sungguh pesona Mas Barra menurun pada putranya. Tidak hanya wajah yang mirip tapi sifat dan kelakuan pun sama persis. “Sayang, kok kelihatan makin pucat ya,” ujar Mas Barra setelah selesai memakai pakaian. Kami sedang bersiap untuk menyambut para tamu undangan. “Kayaknya b

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Bab 55

    Zain senang sekali bermain bersama anak-anak seusianya. Meski keringat telah membasahi sekujur tubuhnya— dia tidak mau berhenti barang sejenak.Untungnya aku sudah menyuapinya lebih dulu. Jadi aku bisa tenang saat dia aktif bermain di Playground.Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Selama aku di sini cuaca memang kurang bersahabat. Pagi cerah, siang panas, pas sore hari hujan turun beserta angin.Mas Barra mencari cafe yang sangat nyaman. Meski guntur terdengar bersahutan tak membuat Zain ketakutan. Dia tetap asik bermain dengan teman-teman barunya."Kalau hujannya tidak reda Pak supir akan menjemput kita," ujar Mas Barra ketika aku sedang memperhatikan Zain."Kayaknya sih gak bakal reda sampai malam. Langitnya tambah gelap. Entah ini karena sudah petang atau memang mendung," balasku. "Keduanya benar. Sudah petang dan langit sedang mendung. Nanti malam bakal tidur nyenyak. Karena cuaca sangat dingin," lanjut Mas Barra.Ngomong-ngomong soal cuaca dingin mengingatkanku pada kelakuan Si

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Bab 54

    Seperti yang aku katakan pada Kevin saat sarapan tadi— seharian ini aku menghabiskan waktu dengan suami dan anakku di dalam kamar hotel. Aku dan Mas Barra ingin quality time dengan anak ganteng karena sering meninggalkannya bekerja. Meski hanya bermain di dalam ruangan— Zain terlihat sangat bahagia sekali. Dia bahkan tak mau tidur siang karena takut ditinggal Papinya. Kebiasaan Mas Barra jika anaknya sedang mode manja. Padahal aku sudah menjelaskan pada Zain jika Papi dan Maminya tidak akan pergi. Kami akan ikut tidur dan memeluknya sepanjang waktu.Sayangnya Zain sudah tidak percaya. Karena aku dan Mas Barra sering membohonginya. Berkata jika akan menemaninya tidur nyatanya meninggalkannya untuk bekerja.Akhirnya, Mas Barra menggendongnya. Menimang-nimang sambil membacakan sebuah dongeng. Pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Rasanya aku ingin memperpanjang liburan supaya memiliki waktu berkualitas dengan keluarga kecilku. “Aku tinggal berkemas gapapa ‘kan, Mas?”“Buat apa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status