Share

Bab 37

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2024-10-19 20:00:42
Cittt ... Brak!!!

Tubuh terhuyung ke depan dan kepalaku membentur dashboard ketika Barra mengerem mendadak.

“Akhhh, sakit –” Aku meringis kesakitan sambil memegang kepala.

“Sayang, kamu tidak apa-apa ‘kan?” Barra melepaskan seat belt yang masih melilit tubuhku. Lalu memeriksa luka akibat benturan dashboard yang terasa nyeri.

Tiba-tiba saja ada mobil warna putih berhenti di depan mobil yang dikendarai oleh Barra. Alhasil dia mengerem mendadak agar tak menabrak mobil itu.

Tangan Barra membelai lembut pelipis ku dan meniupnya pelan. “Maaf, aku tidak sengaja membuatmu terluka,” ujarnya.

“Hm, lebih baik kita lanjutkan lagi perjalanan. Aku merasa ada yang sengaja –”

Kalimatku terpotong saat kaca mobil diketuk keras dari luar. Aku dan Barra pun terlonjak kaget.

“Siapa mereka, Bar?” tanyaku kaget ketika melihat empat orang berbadan besar.

“Kamu tetap di dalam dan kunci mobil setelah aku keluar,” titah Barra.

Aku menarik lengan Barra ketika dia akan meninggalkanku. Dia p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nurhayati
mb mantan harus segera di basmi supaya gak bikin geger..
goodnovel comment avatar
Kania Putri
wah gila bahaya banget ini si tamara ya. apa sih rencana kak Ravi ini bikin kepo aja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 4

    Kediaman Narumi dan Barra kini penuh tawa dan tamu. Kursi-kursi di halaman tertata rapi, aroma sate kambing dan nasi kebuli menguar ke segala penjuru, dan suara ibu-ibu bercampur dengan suara anak-anak berlarian ke sana kemari. Hari ini adalah aqiqah Zivanya— dan Zain dengan bangganya mengatakan pada semua orang jika pagi ini 'Pesta menyambut adik kecilnya'." Namun, euforia itu tak bertahan lama untuk Zain. Sejak acara dimulai, Zivanya berpindah dari satu pelukan ke pelukan lain. Ada yang minta foto, ada yang mencium punggung tangannya karena gemas dan tak sedikit yang berkata 'si bungsu yang paling lucu'. Zain hanya menonton dari kursi kecil di sudut. Wajahnya makin lama makin masam. Dia memeluk boneka dinosaurusnya erat, tak bicara apa-apa, hanya mengamati adiknya— yang terus dipeluk, dicium dan dikerubungi. Dan puncaknya ... Ketika salah satu tantenya berkata sambil bercanda, "Zain sekarang mah udah besar, udah nggak lucu-lucu amat kayak dulu!" Kalimat itu menampar ego

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 3

    Langit pagi ini mendung, seakan sudah tahu apa yang akan terjadi. Taman di belakang rumah masih basah oleh embun, dan bunga-bunga bermekaran seperti biasa, tak sadar bahwa hari ini akan menjadi saksi perubahan besar dalam hidup Narumi. Narumi mengusap perutnya yang membesar, usia kandungannya sudah masuk minggu ke-38. Dia berjalan perlahan, menyiram bunga lavender kesayangannya. Senyum kecil mengembang di bibirnya. Damai. Tapi hanya dalam sekejap, semuanya berubah. Langkah kakinya tergelincir. Seketika dunia terasa jungkir balik. Ember terlempar, air menyiprat kemana-mana dan tubuh Narumi terhempas ke tanah dengan keras. Nafasnya tertahan, rasa sakit menjalar dari pinggang hingga ke seluruh tubuh. Tangannya reflek memegang perutnya yang kini terasa sangat tegang."Mas Barra—" suaranya lemah. Panik. Napasnya mulai pendek. Dia tahu ada yang tidak beres. Di dalam rumah, Barra yang sedang membuatkan teh segera berlari keluar begitu mendiami teriakan. Matanya membelalak saat melihat is

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 2

    Acara ulang tahun Zain berjalan dengan lancar. Sepanjang acara wajahnya berseri-seri penuh binar bahagia. Belum pernah dia sebahagia ini— semua itu karena diulang tahunnya kali ini mendapatkan kado istimewa. Aku sempat turun sebentar saat acara tiup lilin dan potong kue. Meski kepala rasanya berputar-putar dan tubuh terasa lemas. Semua yang aku lakukan ini demi melihat Zain tersenyum lebar. Dia mulai sekolah dan kini memiliki banyak teman. Dengan bangganya aku mengatakan jika dia putraku pada semua tamu undangan. Saat itu, dia langsung memelukku erat. Usianya memang baru 4 tahun— namun Zain sangat peka dengan perasaan orang disekelilingnya. Dia paham jika aku butuh pelukan karena terbawa suasana haru. “Rum, aku titip Adek ya. Ada masalah di butik jadi aku harus segera ke sana. Gak mungkin aku bawa Letta karena dia sedang demam,” ujar Gista setelah masuk ke dalam kamarku. “Iya, bawa sini si cantik. Jangan diajak keliling dunia dulu. Kasihan masih kecil,” jawabku. Oh, iya— setelah

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Ekstra Part 1

    Ulang tahun Zain yang ke empat dirayakan sangat meriah karena dia sudah mulai sekolah. Dia tumbuh menjadi anak yang tampan, pintar dan penyayang. Postur tubuhnya lebih tinggi dan besar dari anak seusianya— hingga banyak yang mengira dia sudah berusia 6 tahun.Di sekolah banyak sekali teman perempuan yang sengaja mendekatinya. Ada yang membawakannya bekal, bunga segar dan mainan. Namun, Zain tak mau menerimanya. Menolak dengan nada halus dan alasannya Maminya melarangnya menerima hadiah jika bukan hari ulang tahunnya.Zain itu ibarat calon pria soft spoken. Tak hanya teman kelasnya— anak perempuan yang tinggal di komplek perumahan saja sering datang untuk mengungkapkan cinta. Padahal mereka sudah duduk dibangku SD.Sungguh pesona Mas Barra menurun pada putranya. Tidak hanya wajah yang mirip tapi sifat dan kelakuan pun sama persis. “Sayang, kok kelihatan makin pucat ya,” ujar Mas Barra setelah selesai memakai pakaian. Kami sedang bersiap untuk menyambut para tamu undangan. “Kayaknya b

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Bab 55

    Zain senang sekali bermain bersama anak-anak seusianya. Meski keringat telah membasahi sekujur tubuhnya— dia tidak mau berhenti barang sejenak.Untungnya aku sudah menyuapinya lebih dulu. Jadi aku bisa tenang saat dia aktif bermain di Playground.Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Selama aku di sini cuaca memang kurang bersahabat. Pagi cerah, siang panas, pas sore hari hujan turun beserta angin.Mas Barra mencari cafe yang sangat nyaman. Meski guntur terdengar bersahutan tak membuat Zain ketakutan. Dia tetap asik bermain dengan teman-teman barunya."Kalau hujannya tidak reda Pak supir akan menjemput kita," ujar Mas Barra ketika aku sedang memperhatikan Zain."Kayaknya sih gak bakal reda sampai malam. Langitnya tambah gelap. Entah ini karena sudah petang atau memang mendung," balasku. "Keduanya benar. Sudah petang dan langit sedang mendung. Nanti malam bakal tidur nyenyak. Karena cuaca sangat dingin," lanjut Mas Barra.Ngomong-ngomong soal cuaca dingin mengingatkanku pada kelakuan Si

  • Disayang Bayi Tampan, Dipinang Pamannya yang Arogan   Bab 54

    Seperti yang aku katakan pada Kevin saat sarapan tadi— seharian ini aku menghabiskan waktu dengan suami dan anakku di dalam kamar hotel. Aku dan Mas Barra ingin quality time dengan anak ganteng karena sering meninggalkannya bekerja. Meski hanya bermain di dalam ruangan— Zain terlihat sangat bahagia sekali. Dia bahkan tak mau tidur siang karena takut ditinggal Papinya. Kebiasaan Mas Barra jika anaknya sedang mode manja. Padahal aku sudah menjelaskan pada Zain jika Papi dan Maminya tidak akan pergi. Kami akan ikut tidur dan memeluknya sepanjang waktu.Sayangnya Zain sudah tidak percaya. Karena aku dan Mas Barra sering membohonginya. Berkata jika akan menemaninya tidur nyatanya meninggalkannya untuk bekerja.Akhirnya, Mas Barra menggendongnya. Menimang-nimang sambil membacakan sebuah dongeng. Pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Rasanya aku ingin memperpanjang liburan supaya memiliki waktu berkualitas dengan keluarga kecilku. “Aku tinggal berkemas gapapa ‘kan, Mas?”“Buat apa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status