Share

6. First Kiss

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2023-08-01 10:07:02

"Dea, kakak mau bicara sama kamu!" Tanpa menunggu jawaban dari Dea, Bian segera menarik tangan gadis itu untuk meninggalkan David yang masih terbengong di tempatnya.

"Kakak?" David tidak begitu paham mengapa mereka terlihat sangat dekat.

Setelah keluar dari area kantin, Bian masih menggenggam tangan Dea begitu kuat. Ia membawa gadis itu masuk ke dalam lift yang kebetulan sepi.

"Ih, lepaskan! Apa-apaan sih, Kak Bian! Sakit!" rintih Dea. Ia merasa kesal dengan sikap kakaknya.

"Kenapa kamu dekat-dekat sama cowok lain?" ujar Bian tegas. Kali ini ia benar-benar merasa cemburu.

"Bukan urusan Kakak!" Dea sedikit membentak. Ia tidak suka diatur-atur oleh siapapun.

Bian terdiam. Ia mencoba menahan emosinya agar tidak meledak hingga menyakiti wanita yang dicintainya.

Bian mendorong tubuh istrinya hingga gadis itu tidak dapat bergerak. Ia mengunci tubuh Dea dan menautkan jemarinya pada jari-jari gadis bertubuh mungil itu.

"Aku ini suami kamu, Dea!" lirih Bian seraya mendekatkan wajahnya. Ia pandangi bibir merona milik Dea.

Dea menggeleng perlahan sambil memejamkan kedua matanya. Ia tidak kuat jika harus bertatap muka sedekat itu.

Bian tidak bisa mengendalikan diri. Kali ini ia ingin sekali menjamah bibir indah yang ada di hadapannya.

Beberapa menit berlalu. Dea mulai membuka kedua matanya. Ia dapat melihat Bian yang masih memandanginya dengan penuh perasaan.

"Lepaskan! Dea mau kembali ke ruangan kerja."

Bian mulai menurunkan tangan Dea dan melepaskan genggamannya. Ia mulai mengatur jarak dengan gadis itu.

Seketika Dea menjauh dari Bian. Pintu lift terbuka. Gadis itu berlari menuju toilet terdekat.

Bian hanya mampu memandangi Dea dan tidak mengejarnya. Ia tahu jika tindakannya berlebihan.

Di dalam toilet, Dea bercermin. Ia sentuh bibirnya dengan perlahan. Tanpa sadar gadis itu mulai memejamkan kembali kedua matanya.

Dea masih dapat merasakan sentuhan yang baru saja Bian lakukan kepadanya. Sentuhan bibir dengan bibir yang kian beradu. Rasanya sangat manis sekali.

"Kak Bian telah melakukannya."

Dea memegangi dadanya. Jantungnya berdetak sangat cepat dan kuat.

"Kenapa aku tidak mampu untuk menolaknya?"

Refleks Dea membuka kedua matanya. Ia kembali bercermin. Pipinya bersemu merah. Sepertinya gadis itu mulai jatuh cinta kepada suaminya.

"Tidak. Ini tidak mungkin."

Tidak ingin kembali terjebak pada kesalahan yang sama, Dea segera mencuci wajah dan mengusap bibirnya berkali-kali. Seolah menghilangkan jejak sentuhan dari bibir Bian.

Setelah itu, Dea kembali ke ruangan kerjanya. Meski masih deg-degan, ia berusaha untuk bersikap tenang.

"Aku harus menjelaskan apa kepada David. Pasti dia akan bertanya-tanya."

Gadis itu duduk di kursi kerjanya dengan tenang. Ia akan menganggap bahwa tidak pernah terjadi apa-apa antara dia dan Bian Dirgantara

Saat Dea mulai merasa tenang, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara meja yang digebrak. Rupanya David sudah berada di depannya.

"Dari tadi bengong mulu. Kenapa, sih? Kamu habis dimarahi sama Pak Bian ya," celetuknya percaya diri.

Dea merasa lega. Ternyata David menganggap jika dia telah dimarahi CEO tampan yang merupakan suaminya itu.

"Kamu sabar aja ya, Dea. Pak Bian memang sukanya marah-marah. Nggak pernah tersenyum pada karyawan."

Dea hanya tersenyum kecut sambil manggut-manggut. Ia mulai melanjutkan pekerjaannya kembali setelah David beranjak dari tempatnya dan kembali ke kursi kerjanya yang berada cukup jauh dari Dea sedang duduk.

"Syukurlah. Dia sudah pergi. Rasa-rasanya risih juga dekat sama cowok yang baru dikenal. Apa ini karena—"

Dea geleng-geleng kepala. Gadis itu kembali mengingat kejadian yang baru saja ia alami.

"First kiss memang susah dilupain. Apalagi sama pasangan yang sudah halal. Tapi, aku 'kan nggak suka sama hubungan ini. Bukan sebuah pernikahan impian. Dan ini hanya sebuah pernikahan kontrak."

Gadis itu kembali menggerutu. Ia bingung sendiri dengan perasaannya yang tak menentu. Sebentar kesal dan sebentar rindu.

Tak ingin ambil pusing, Dea mulai fokus dengan pekerjaannya. Ternyata ia cukup kesulitan di hari pertama gadis itu bekerja. Tanpa Dea sadari sedari tadi ada seseorang yang sibuk memperhatikannya.

Sedangkan di ruangan CEO, Bian tampak resah. Ia tidak bisa berkonsentrasi terhadap pekerjaannya yang menumpuk.

Bian menghembuskan nafas berat. Ia mengusap kasar wajahnya sendiri.

"Aku tidak bisa melupakan kejadian tadi. Semakin aku berusaha untuk melupakannya, semakin aku menginginkan hal yang lebih dari Dea."

Bian hampir saja prustasi karena ulahnya sendiri terhadap Dea. Harusnya ia bisa mengontrol diri dan tidak bertindak kurang ajar kepada Dea.

"Apa aku salah? Tetapi Dea sudah sah menjadi istriku. Hanya saja ... aku tidak ingin dia semakin membenciku. Dan aku menyembunyikan perasaanku dengan menjadikan pernikahan ini sebagai nikah kontrak satu tahun. Apakah aku sanggup menjalaninya?"

Bian mengambil ponselnya. Membuka galleri dan memandangi tiap foto yang memperlihatkan sosok Dea.

Lelaki itu tersenyum. Dulu mereka sangat dekat. Hampir setiap momen selalu mereka abadikan bersama. Dan Dea memilih untuk memakai ponsel kakaknya.

"Ini semua gara-gara aku sendiri. Aku memang bodoh."

Bian semakin menyesali perbuatannya. Tetapi semua sudah terlanjur. Ia tidak mungkin menceraikan Dea. Bahkan lelaki itu sudah berjanji akan membuat hati istrinya luluh meski secara pelan-pelan.

"Tidak. Aku tidak boleh lemah. Seorang lelaki sejati akan terus berjuang untuk wanita yang ia cintai."

Bian mulai melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia memang bekerja tanpa sekretaris sudah hampir dua bulan. Hal itu menyebabkan dirinya cukup sibuk melakukan tugasnya.

***

Di hari pertama kerja, Dea bekerja delapan jam tanpa over time. Hal itu membuatnya cukup bersemangat.

"Dea, hari ini semua pulang lebih awal dari biasanya. Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" ajak David kepada gadis itu.

Dea berpura-pura sibuk melihat jam di tangannya. Ia memang tidak membawa ponsel karena benda kesayangannya itu masih tertinggal di kamarnya yang terkunci.

"Maaf ya, Dav. Hari ini aku tidak bisa. Badanku capek. Mungkin karena belum terbiasa bekerja di tempat ini."

Dea segera keluar dari ruangannya. Entah kenapa perutnya terasa sakit.

Setelah beberapa menit berlalu, Dea keluar dari area perusahaan. Rupanya suasana begitu sepi. Para karyawan sudah pulang.

Sejenak Dea melihat ke arah parkiran. Dan ternyata juga sudah kosong.

Ada perasaan lega karena tidak akan ada yang menganggu Dea. Tetapi ia juga sedikit takut karena sendirian di sana.

Dea memilih untuk berjalan menuju halte bus. Ia ingin naik kendaraan umum agar lebih hemat.

Cukup lama menanti bus, tetapi belum ada yang lewat.

"Tumben sekali nggak ada bus yang lewat," ucap Dea mengeluh. Gadis itu melihat ke arah kanan dan kiri.

Dari kejauhan terlihat segerombolan lelaki berpenampilan preman sedang berjalan menuju ke arah Dea sedang duduk. Membuat gadis itu merasa gelisah seketika.

"Apakah mereka juga mau naik bus?" lirih Dea mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Para lelaki itu semakin mendekat. Salah satu dari mereka tersenyum ketika melihat seorang perempuan cantik sedang duduk sendirian.

"Hai, cantik ... mau ke mana nih?" Lelaki itu berucap sambil memainkan dagu dengan jemarinya dan tersenyum menggoda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nor Kholis
lanjutkan......seru bgetttt
goodnovel comment avatar
Evina14441 Evina14441
wahhhh cerita nya seru sekali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   56. Sang Buah Hati

    Beberapa bulan telah berlalu, Dea merasakan perutnya begitu sakit. Di saat itu dia sedang berada di rumah sang mama. Seketika Amelia membawanya ke rumah sakit. Wanita paruh baya itu langsung menelepon Bian yang masih di kantor bersama Marco. “Ada apa, Ma?” tanya Bian dari balik teleponnya. “Dea masuk rumah sakit, Sayang. Kamu segera ke sini ya? Sepertinya dia akan segera melahirkan.” Tanpa berpikir panjang, Bian langsung menyanggupi permintaan sang mama. “Kenapa?” Marco penasaran karena melihat tingkah Bian yang tidak tenang. “Aku harus ke rumah sakit, Marco. Sepertinya Dea akan segera melahirkan.” Marco terlihat bahagia mendengar kabar bahwa Dea akan menjadi seorang Ibu. “Waow, itu berita yang sangat baik. Aku akan menghubungi Mama dan Papa Justin. Kamu tidak boleh panik.” Bian menepuk pelan bahu Marco. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Bian begitu polos. Tiba-tiba telapak tangannya terasa sangat dingin. “Kamu pulang dulu. Persiapkan segala kebutuhan untuk bayi baru lahir

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   55. Bahagia

    Setelah siuman dari pingsan, Lusi segera memberikan minuman kepada Bian. Gadis itu menanyakan bagaimana keadaannya. "Mas Leo, apakah kepalanya masih sakit?" tanya Lusi khawatir. "Aku sudah ingat semuanya, Lusi. Kenapa kamu membohongiku?" balas Bian balik bertanya. Lusi terlihat gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Satu kali dalam seumur hidupnya merasakan jatuh cinta. Dan kini harus terluka. Patah dan hancur hatinya. Ternyata gadis itu mencintai lelaki yang sudah beristri. Kakek Baya menghampiri Bian. "Lusi melakukan hal itu karena dia sangat mencintaimu, Bian. Maafkan kakek juga. Kakek merasa bahagia melihat Lusi bisa tersenyum kembali semenjak kepergian kedua orangtuanya." Kakek Baya menjelaskan semuanya. Ia membawa Lusi ke hutan dan jauh dari tempat tinggalnya semula karena tidak ingin gadis itu kenapa-napa. "Maafkan saya. Saya harus kembali untuk menemui istri saya." "Tapi Mas?" Lusi terkesiap. Ia belum siap jika harus kehilangan Bian secepat itu. "Maaf Lusi. Bian harus

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   Bertengkar

    Beberapa bulan telah berlalu. Keadaan Bian semakin membaik, tetapi ia masih belum mengingat apapun tentang masa lalunya. Lelaki tampan itu telah selesai membantu Kakek Baya mencari kayu di hutan. "Kakek, apakah setiap hari mencari kayu di hutan seorang diri?" tanya Bian kepada kakek itu. "Ya terkadang Lusi menemani Kakek. Tetapi ia lebih sering di rumah untuk memasak dan mempelajari tentang meracik obat seperti kakek. Ia ingin seperti kakek yang jago mengobati orang-orang." "Boleh saya menemui Lusi sebentar, Kek?" pamit Bian. "Tentu saja. Pasti ia sangat senang jika kamu membantu pekerjaannya." Kakek Baya tertawa renyah. Ia senang melihat hubungan Lusi dengan lelaki itu yang semakin dekat. Bian pun mengangguk senang. Ia pergi ke bagian dapur untuk melihat Lusi yang sedang sibuk memasak. "Hai, masih sibuk?" sapa Bian kaku. Padahal ia sudah mulai menerima Lusi sebagai calon istrinya. Tetapi selalu seperti itu saat berbicara dengan gadis itu. "Mas Leo? Ngapain datang ke sini? Mem

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   53. Berdebar-Debar

    Uhuk !Dea tersedak oleh air liurnya sendiri. Ia tidak menyangka jika Marco akan menanyakan hal itu kepadanya. Wanita segera menghabiskan air putih yang ada di dekatnya."Em, maaf Dea. Kamu tidak apa-apa?" Marco tentu saja panik melihat Dea terbatuk-batuk karena pertanyaan konyolnya. Lelaki itu mencoba memijit tengkuk leher Dea."Aku baik-baik saja, Marco. Tidak perlu khawatir." Dea berusaha mengelak. Tidak enak jika dipandang banyak orang di sana.Untuk sesaat Marco membiarkan Dea mengatur nafasnya agar kembali stabil. Namun ia juga menanti sebuah jawaban dari wanita itu."Bagaimana kamu bisa tahu tentang Reno? Aku dan dia—" Dea menghentikan ucapannya. Seakan berpikir sejenak. "Ah, sebaiknya tidak perlu membahas tentang dia.""Kamu yakin? Tidak ada yang perlu dijelaskan tentang masalah ini? Apakah kamu sudah melupakan Bian?" tanya Marco penuh selidik. Padahal jelas-jelas ia tahu jika di kantor tadi melihat Dea menangis gara-gara mengingat kenangan bersama Bian.Dalam sekejap saja kedu

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   52. Sepasang Kekasih

    "Belum ada perkembangan. Maafkan kakek ya, Nak?" Kakek Baya tampak bersedih."Tidak apa-apa, Kek. Kakek sudah berusaha. Mungkin besok dia akan sadar."Lusi segera menemui Bian di kamar. Perempuan itu semakin mengagumi wajah tampan milik lelaki itu."Andai saja kamu bisa berbicara hari ini. Aku pasti sangat senang."Setelah mengatakan kalimat itu, tiba-tiba kedua mata Bian terbuka. Tentu saja Lusi merasa terkejut."Kamu sudah sadar?" tanya Lusi bersemangat."Aku di mana?" tanya Bian seraya memegangi kepalanya. Ia tidak mengingat apapun selain saat dirinya tertabrak mobil dan kepalanya terbentur."Kamu di sini bersamaku, Mas. Aku Lusi calon istrimu.""Calon istri?" Bian terlihat kebingungan.Lusi meminta Bian untuk menunggu sebentar. Wanita itu segera menemui sang kakek untuk menyampaikan kondisi Bian."Kakek, lelaki itu sudah sadar. Sepertinya dia kehilangan sebagian memorinya. Mungkin dia tidak mengingat namanya sendiri.""Kamu serius, Lusi? Kamu tidak menemukan kartu identitas atau ap

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   51. Tenaga Dalam

    Amelia tersenyum kala menyadari siapa yang datang. Sepertinya wanita paruh baya itu mulai tertarik kepada lelaki tersebut."Nak Reno? Tumben pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Amelia dengan wajah sumringahnya.Amelia melihat penampilan Reno. Lelaki itu mengenakan pakaian joging."Saya ingin mengajak Dea jalan-jalan pagi, Tante. Bukankah baik buat kesehatan ibu hamil?" ungkap Reno ramah."Memangnya Nak Reno tidak bekerja hari ini? Tante sih setuju banget kalau Dea diajak jalan-jalan pagi."Amelia semakin merasa bahagia. Karena pagi itu ia ada janji dengan Reza untuk bertemu di suatu tempat."Reno hari ini libur, Tante. Ada yang handel di kantor!" jawab Reno tegas.Dea yang sudah selesai menyiapkan makanan di atas meja jadi penasaran dengan siapa yang datang. Ia pikir papanya yang berkunjung untuk temu kangen dengan sang mama."Siapa, Ma? Ini sarapannya sudah siap," teriak Dea dari arah meja makan."Ayo, Nak Reno. Silahkan masuk," ajak Amelia kemudian."Terima kasih, Tante."Amelia berjala

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   50. Menepati Janji

    Bian berhasil melepaskan ikatan tangannya. Ia segera mencari jalan ke luar. Sayangnya telapak kaki lelaki itu menginjak sebuah pecahan kaca yang tersebar sepanjang area belakang."Ternyata mereka sudah merencanakan semua ini."Bian merobek pakaiannya sendiri. Kemudian mengikatnya pada kaki yang berdarah."Aku tidak punya banyak waktu. Aku harus segera kabur dari tempat ini."Bian melihat ada sebuah jendela kaca. Ia mencari sebuah besi untuk memecahkan kaca itu. Tertatih Bian untuk mencapai jendela itu. Ia berusaha sekuat tenaga agar bisa selamat.Jalanan terlihat sepi. Daerah yang sangat gelap dengan minim pencahayaan. Dinginnya malam menerobos masuk ke kulit Bian. Membuat lelaki itu menggigil dan kelelahan."Aku harus mencari bantuan."Tanpa diduga ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang. Bian hendak mengelak namun terjatuh hingga akhirnya ia tertabrak dan tak sadarkan diri.***Keesokan harinya Annisa dan lelaki pilihan ibunya resmi menikah. Dia adalah Rasyid, lelaki yang terkena

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   49. Hangus Terbakar

    "Aku turut berduka cita atas meninggalnya suamimu. Kedatanganku ke sini untuk meminta maaf kepadamu. Sebenarnya selama ini aku masih mencintaimu, Dea.""Sudahlah, Ren. Kamu tidak perlu membahas masalah itu. Aku sudah memaafkanmu.""Terima kasih, Dea. Aku berjanji akan selalu ada untukmu. Sekarang kita pulang, ya? Semua orang pasti mengkhawatirkan kamu."Dea berdiri dari tempatnya. Namun tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Hampir saja ia pingsan, namun tubuhnya segera ditangkap oleh Reno."Dea, kamu kenapa? Bangun Dea!" Bergegas Reno mengangkat tubuh Dea dan memasukkannya ke dalam mobil lalu ia menemani gadis itu di kamarnya.Reno menanti Dea hingga sadar. Amelia sudah menyiapkan teh hangat dan membalurinya minyak kayu putih.Dengan perlahan Dea membuka kedua matanya. Amelia segera mengambilkan teh buatannya, namun Reno mendekat dan meminta agar dirinya diberi kesempatan untuk menjaga Dea."Biar saya saja yang memberikan minumannya, Tante. Saya ingin memperbaiki semua kesalahan saya dah

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   48. Kangen

    Sore yang cerah telah berganti menjadi gelap. Bian belum pulang dari mini market. Hal itu membuat Dea kebingungan."Ma, kenapa Kak Bian lama sekali, ya? Tadi katanya cuma sebentar."Dea semakin merasa risau. Perasaannya sudah tidak enak. Ia takut terjadi apa-apa dengan suaminya."Kamu yang sabar ya, Dea. Coba hubungi nomornya dan cepat suruh pulang.""Baik, Ma."Dea segera mencari ponselnya. Ia mencoba menghubungi Bian dan ternyata ponsel suaminya tertinggal di meja nakas."Yah, Ma. Ponsel Kak Bian ketinggalan. Bagaimana ini?" Dea semakin risau. Harusnya ia bahagia karena hubungan semakin dekat."Sudah. Kita tunggu saja. Sebaiknya kita berdo'a agar Bian baik-baik saja."Dea mengangguk cepat. Ia sampai belum mau minum obat yang harusnya sudah ia konsumsi."Apakah sebaiknya kita menyusul Kak Bian, Ma? Seharusnya Kak Bian berada di tempat yang tidak terlalu jauh dari sini," ungkap Dea kepada sang mama."Suasana sudah gelap, Sayang. Mama tidak mau nanti kamu kenapa-napa. Mama yakin Bian a

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status