Share

Bab 3

"Aisyah!" Teriakan Bu Wiwik terdengar di penjuru rumah.

"Ada apa sih Bu, Pagi-pagi udah teriak?" tanya Pak Bayu sambil mengucek matanya, lelaki paruh baya itu terbangun karena mendengar teriakan istrinya.

"Lihat Pak, belum ada satupun masakan diatas meja," adu Ibu kesal.

Davit, Elsa dan juga Santi juga ikut keluar dari kamar.

"Ada apa Bu?" tanya Aisyah menghampiri mereka yang sudah berkumpul dimeja makan.

"Cepat masak, kita udah lapar!" suruh Bu Wiwik.

"Suruh aja menantu baru kalian yang masak!" balas Aisyah tajam. Kemarin Davit dan Elsa baru saja melangsung pernikahan walaupun tanpa restu istri pertamanya, namun mereka tetap nekad untuk menikah.

Hati Aisyah sangat sakit, rumah tangga yang sudah berjalan dua tahun harus hancur karena kedatangan orang ketiga yang ternyata masa lalu dari suaminya apalagi kenyataan bahwa keluarga lelaki itu sudah tahu dari lama bahwa anaknya menjalin hubungan gelap dengan perempuan lain, hati Aisyah benar-benar hancur.

"Mbak kan tahu aku itu anak seorang pengusaha, semua kebutuhan aku sudah disiapkan oleh para maid dirumah, jangankan masak, nyentuh kompor aja aku enggak dibolehin," ujar Elsa menyombongkan diri.

"Sekarang sudah beda, kamu sudah menjadi seorang istri jadi sudah kewajiban kamu untuk melayani suami kamu, bukan hanya melayani diatas ranjang doang!" seru Aisyah yang membuat mereka sangat geram.

"Aisyah cukup! Sekarang juga kamu siapkan sarapan untuk kita semua!" perintah Davit.

"Kalian masak aja sendiri!" ujar Aisyah tetap pada pendiriannya, sesekali ia memang harus tegas kepada mereka.

"Berani kamu membantah saya! Saya masih suami kamu jadi sudah kewajiban kamu melayani saya!"

"Jadi apa bedanya aku dengan Elsa? Kenapa Mas tidak berani menyuruh istri baru Mas itu membuatkan sarapan untuk Mas? Apa karena dia hamil atau karena dia kaya raya?" tanya Aisyah sangat berani.

"Udah deh Bang, talak aja perempuan kampungan ini, enggak ada yang bisa diharapkan dari dia," ujar Santi memprovokasi Kakaknya.

"Ya, saya memang sudah sering minta ditalak oleh Abang kamu ini tapi sampai sekarang dia tidak mau menalak saya," ujar Aisyah tersenyum miring.

Tidak ada lagi rasa sayang maupun cemburu melihat suaminya bersama dengan perempuan lain, rasa cinta Aisyah sudah benar-benar hilang kepada lelaki yang dua tahun bersamanya.

"Saya Davit Michael dengan penuh kesadaran menjatuhkan talak tiga kepada Aisyah Marisa binti Abdul Rahman."

Bibir Aisyah tertarik menampilkan senyuman tipis, hatinya lega setelah mendengar kalimat talak terucap dari mulut Davit

Walaupun ia belum tahu mau pergi kemana setelah lelaki itu mentalak dirinya, namun keputusannya untuk bercerai sudah mantap, ia sudah tidak sanggup lagi hidup dengan keluarga toxic seperti mereka.

"Dasar perempuan tidak tahu terima kasih, sudah enak hidupnya dinafkahi oleh anak saya tapi sekarang hanya karena masalah sepele dia merasa paling tersakiti." Perkataan Pak Bayu tidak kalah pedas dari yang lain.

"Udah, sekarang aku mau berangkat ke kantor dulu!" Lelaki tersebut pergi dengan penuh amarah, ia tidak menyangka rumah tangganya hancur karena perempuan dimasa lalu yang sampai sekarang belum bisa ia lupakan, sebelumnya ia mengira Aisyah akan akan menerima kehadiran Elsa sebagai madunya, namun kenyataannya jauh berbeda, perempuan itu sangat menolak untuk dimadu.

Sesampainya dikantor, Davit berjalan dengan sangat dingin, ia tidak memperdulihan para karyawan yang menyapa dirinya.

Sesampainya didalam ruangan, Davit menghempaskan bokongnya disofa panjang yang berada didalam ruangan tersebut, ia mengusap kasar wajahnya.

"Lo kenapa sih?" tanya Aska--sahabat serta rekan kerjanya.

"Gue pusing karena kehadiran Elsa, rumah tangga gue hancur, Aisyah menolak untuk dimadu dan keluarga gue semakin membenci Aisyah," jawab Davit.

"Iya lah, mana ada perempuan yang mau dimadu, lagian keluarga lo juga keterlaluan dengan Aisyah, hanya karena dia dari kampung, dia selalu dipandang rendah oleh keluarga lo apalagi sekarang lo malah bawa masa lalu masuk ke dalam rumah tangga kalian, enggak habis pikir gue dengan jalan pikiran lo," ujar Aska mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia pendam.

"Gue kira Aisyah akan menyetujui keputusan gue apalagi selama ini dia enggak pernah membantah perkataan gue dan dia juga selalu menerima perbuatan keluarga gue tapi sekarang dia sangat berubah, dia sudah mulai melawan gue dan pagi ini gue sudah mentalak dirinya."

"Kalau gue jadi Aisyah, gue juga akan melakukan hal yang sama, ingat Bro, kesabaran orang ada batasnya mungkin sekarang Aisyah sudah lelah dengan semua perbuatan kejam kalian."

Davit hanya diam mencerna semua perkataan Aska, sebenarnya ia juga kasihan melihat sang istri yang selalu direndahkan oleh keluarganya, namun terkadang ia merasa istrinya yang terlalu berlebihan menanggapi semua perlakuan orang tua serta adiknya.

"Gue cuma mau bilang jangan pernah tinggalkan berlian demi seonggok sampah," ujar Aska memperingati.

"Percuma rumah tangga gue dengan Aisyah juga sudah hancur, gue yakin dia akan memohon minta rujuk dengan gue, bisa apa dia tanpa gue," ujar Davit dengan penuh percaya diri.

"Ekhem!" Mereka langsung terdiam melihat lelaki yang sedang berdiri diambang pintu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status