"Aisyah!" Teriakan Bu Wiwik terdengar di penjuru rumah.
"Ada apa sih Bu, Pagi-pagi udah teriak?" tanya Pak Bayu sambil mengucek matanya, lelaki paruh baya itu terbangun karena mendengar teriakan istrinya."Lihat Pak, belum ada satupun masakan diatas meja," adu Ibu kesal.Davit, Elsa dan juga Santi juga ikut keluar dari kamar."Ada apa Bu?" tanya Aisyah menghampiri mereka yang sudah berkumpul dimeja makan."Cepat masak, kita udah lapar!" suruh Bu Wiwik."Suruh aja menantu baru kalian yang masak!" balas Aisyah tajam. Kemarin Davit dan Elsa baru saja melangsung pernikahan walaupun tanpa restu istri pertamanya, namun mereka tetap nekad untuk menikah.Hati Aisyah sangat sakit, rumah tangga yang sudah berjalan dua tahun harus hancur karena kedatangan orang ketiga yang ternyata masa lalu dari suaminya apalagi kenyataan bahwa keluarga lelaki itu sudah tahu dari lama bahwa anaknya menjalin hubungan gelap dengan perempuan lain, hati Aisyah benar-benar hancur."Mbak kan tahu aku itu anak seorang pengusaha, semua kebutuhan aku sudah disiapkan oleh para maid dirumah, jangankan masak, nyentuh kompor aja aku enggak dibolehin," ujar Elsa menyombongkan diri."Sekarang sudah beda, kamu sudah menjadi seorang istri jadi sudah kewajiban kamu untuk melayani suami kamu, bukan hanya melayani diatas ranjang doang!" seru Aisyah yang membuat mereka sangat geram."Aisyah cukup! Sekarang juga kamu siapkan sarapan untuk kita semua!" perintah Davit."Kalian masak aja sendiri!" ujar Aisyah tetap pada pendiriannya, sesekali ia memang harus tegas kepada mereka."Berani kamu membantah saya! Saya masih suami kamu jadi sudah kewajiban kamu melayani saya!""Jadi apa bedanya aku dengan Elsa? Kenapa Mas tidak berani menyuruh istri baru Mas itu membuatkan sarapan untuk Mas? Apa karena dia hamil atau karena dia kaya raya?" tanya Aisyah sangat berani."Udah deh Bang, talak aja perempuan kampungan ini, enggak ada yang bisa diharapkan dari dia," ujar Santi memprovokasi Kakaknya."Ya, saya memang sudah sering minta ditalak oleh Abang kamu ini tapi sampai sekarang dia tidak mau menalak saya," ujar Aisyah tersenyum miring.Tidak ada lagi rasa sayang maupun cemburu melihat suaminya bersama dengan perempuan lain, rasa cinta Aisyah sudah benar-benar hilang kepada lelaki yang dua tahun bersamanya."Saya Davit Michael dengan penuh kesadaran menjatuhkan talak tiga kepada Aisyah Marisa binti Abdul Rahman."Bibir Aisyah tertarik menampilkan senyuman tipis, hatinya lega setelah mendengar kalimat talak terucap dari mulut DavitWalaupun ia belum tahu mau pergi kemana setelah lelaki itu mentalak dirinya, namun keputusannya untuk bercerai sudah mantap, ia sudah tidak sanggup lagi hidup dengan keluarga toxic seperti mereka."Dasar perempuan tidak tahu terima kasih, sudah enak hidupnya dinafkahi oleh anak saya tapi sekarang hanya karena masalah sepele dia merasa paling tersakiti." Perkataan Pak Bayu tidak kalah pedas dari yang lain."Udah, sekarang aku mau berangkat ke kantor dulu!" Lelaki tersebut pergi dengan penuh amarah, ia tidak menyangka rumah tangganya hancur karena perempuan dimasa lalu yang sampai sekarang belum bisa ia lupakan, sebelumnya ia mengira Aisyah akan akan menerima kehadiran Elsa sebagai madunya, namun kenyataannya jauh berbeda, perempuan itu sangat menolak untuk dimadu.Sesampainya dikantor, Davit berjalan dengan sangat dingin, ia tidak memperdulihan para karyawan yang menyapa dirinya.Sesampainya didalam ruangan, Davit menghempaskan bokongnya disofa panjang yang berada didalam ruangan tersebut, ia mengusap kasar wajahnya."Lo kenapa sih?" tanya Aska--sahabat serta rekan kerjanya."Gue pusing karena kehadiran Elsa, rumah tangga gue hancur, Aisyah menolak untuk dimadu dan keluarga gue semakin membenci Aisyah," jawab Davit."Iya lah, mana ada perempuan yang mau dimadu, lagian keluarga lo juga keterlaluan dengan Aisyah, hanya karena dia dari kampung, dia selalu dipandang rendah oleh keluarga lo apalagi sekarang lo malah bawa masa lalu masuk ke dalam rumah tangga kalian, enggak habis pikir gue dengan jalan pikiran lo," ujar Aska mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia pendam."Gue kira Aisyah akan menyetujui keputusan gue apalagi selama ini dia enggak pernah membantah perkataan gue dan dia juga selalu menerima perbuatan keluarga gue tapi sekarang dia sangat berubah, dia sudah mulai melawan gue dan pagi ini gue sudah mentalak dirinya.""Kalau gue jadi Aisyah, gue juga akan melakukan hal yang sama, ingat Bro, kesabaran orang ada batasnya mungkin sekarang Aisyah sudah lelah dengan semua perbuatan kejam kalian."Davit hanya diam mencerna semua perkataan Aska, sebenarnya ia juga kasihan melihat sang istri yang selalu direndahkan oleh keluarganya, namun terkadang ia merasa istrinya yang terlalu berlebihan menanggapi semua perlakuan orang tua serta adiknya."Gue cuma mau bilang jangan pernah tinggalkan berlian demi seonggok sampah," ujar Aska memperingati."Percuma rumah tangga gue dengan Aisyah juga sudah hancur, gue yakin dia akan memohon minta rujuk dengan gue, bisa apa dia tanpa gue," ujar Davit dengan penuh percaya diri."Ekhem!" Mereka langsung terdiam melihat lelaki yang sedang berdiri diambang pintu."Mohon maaf Pak, saya permisi." Aska bergegas keluar dari ruangan Davit. "Saya cuma mau mengingatkan sebentar lagi kita akan meeting dengan klien besar, semua berkas yang saya suruh kerjakan sudah selesai 'kan?" tanya Alexander Wilian--CEO Angkasa Group. "Semuanya sudah selesai Pak tapi sepertinya berkasnya ketinggalan," ujar Davit menunduk, ia merutuki diri sendiri karena telah melupakan berkas yang sangat penting. Alex menghembuskan napas kasar. "Kenapa bisa ketinggalan? Sekarang juga kita pergi ke rumah kamu setelah itu baru ke tempat klien." Davit kembali teringat dengan mantan istrinya, biasanya semua keperluannya selalu disiapkan oleh Aisyah, namun sekarang perempuan berlesung pipi itu sudah pergi dari hidupnya. "Ayo berangkat!" Teriakan dari sang atasan membuyarkan lamunan Davit, lelaki itu bergegas menghampiri Alex yang sudah keluar dari ruangan. Sesampainya di rumah berlantai dua dengan cat berwarna putih, Davit keluar dan bergegas masuk kedalam rumah. "Astagfirullah k
"Aku dimana?" Aisyah melihat kesekeliling ruangan, ia mengernyit bingung ketika tidak mengenali ruangan tersebut."Non udah sadar?" Seorang perempuan paruh baya mendekati Aisyah dengan membawa nampan berisi bubur dan segelas air putih."Aku dimana, Bi?" tanya Aisyah kepada perempuan tersebut,"Non lagi dirumah Tuan Alex," jawab Bi Asih--maid di rumah tersebut.Aisyah bingung kenapa ia bisa berada di rumah ini dan siapa Tuan Alex? Sepertinya ia tidak mengenali lelaki itu."Non istirahat saja disini, bibi sudah membuatkan bubur untuk Non, sebentar lagi Tuan Alex akan pulang," ujar Bi Asih lembut."Makasih Bi." Aisyah tersenyum, ia sangat berterima kasih dengan lelaki itu karena telah menolong dirinya."Bibi keluar dulu, jangan lupa buburnya dihabiskan, kalau butuh sesuatu panggil aja Bibi," ujar perempuan tersebut sebelum meninggalkan Aisyah.Aisyah memakan bubur dengan lahap kebetulan perutnya memang belum diisi dari pagi.Selesai makan, Aisyah ingin berjalan keluar kamar, namun tiba-t
"Kamu suka dengan kontrakannya?" tanya Alex kepada Aisyah yang sedang melihat-lihat kontrakan."Suka sih tapi kayanya kontrakan ini mahal, aku takut engga bisa bayar apalagi aku belum punya kerjaan," ujar Aisyah."Aku sebenarnya sedang cari asisten pribadi, kalau kamu berkenan kamu boleh kerja dengan aku," tawar Alex.Aisyah menimbang-nimbang tawaran Alex, sebenarnya ia tertarik, namun melihat keadaannya yang baru bercerai dengan Davit membuatnya terpaksa menolak tawaran lelaki tersebut karena tidak enak jika dilihat oleh orang, ia juga tidak ingin membuat orang sekitarnya semakin membenci dirinya."Maaf, bukannya aku engga mau tapi kamu tahu sendiri kan aku tuh baru saja pisah dengan suamiku, nanti malah menimbulkan masalah baru," tolak Aisyah sehalus mungkin.Alex menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, jujur, ia sangat berharap Aisyah akan menerima tawaran darinya, namun harapannya sirna."Maaf banget ya dan makasih untuk semua kebaikan yang telah kamu berikan." Sebenarnya perem
Tibalah hari dimana Aisyah akan resmi bercerai dengan Davit."Kamu udah siap?" tanya Nenek menghampiri Aisyah ke kamarnya."Insyaallah Aisyah sudah siap Nek, Aisyah akan berusaha tegar untuk menerima semua cobaan ini, mungkin Aisyah dan Mas Davit tidak berjodoh."Jujur didalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih menyimpan nama suaminya, namun mengingat perlakuan mertua serta iparnya, ia menjadi lebih mantap untuk bercerai."Sabar ya Neng, Nenek tahu ini berat tapi kamu harus bisa jalani ini semua, Nenek yakin kamu perempuan kuat dan tegar pasti bisa melewati ujian ini.""Iya makasih ya Nek, maaf dulu Aisyah engga mau mendengarkan perkataan Nenek, seandainya dulu Aisyah menuruti perkataan Nenek pasti ini semua engga akan terjadi," ujar Aisyah penuh penyesalan."Jangan pernah menyesali semua yang sudah terjadi, sekarang kita keluar yuk, di depan ada seseorang yang sedang menunggu kamu.""Siapa Nek?" tanya Aisyah mengerutkan keningnya, sepertinya ia tidak ada janji dengan siapapun.
"Makan dulu Neng." Nenek mengetuk pintu kamar Aisyah, berharap perempuan itu akan keluar karena sedari pagi cucunya belum menampakkan batang hidungnya.Sudah tiga kali sang Nenek mengetuk pintu, namun tidak ada sahutan dari Aisyah, Nenek mulai khawatir, ia takut terjadi sesuatu dengan perempuan tersebut."Buka pintunya Neng, jangan bikin Nenek khawatir!" Perempuan lanjut usia itu sangat panik, ia menggelengkan kepala ketika pikiran-pikiran buruk terlintas dikepalanya.Nenek menelpon Alex, hanya lelaki itu yang bisa membantunya."Hallo Nak Alex, maaf Nenek mengganggu waktunya, Nenek sangat minta tolong agar Nak Alex bisa segera datang kesini, Aisyah ....""Baik Nek, sekarang juga Alex akan kesana!" Alex mematikan sambungan telepon lalu segera berangkat ke rumah perempuan yang sangat ia cintai.40 menit kemudian, Alex datang dengan napas tidak beraturan, kekhawatiran terlihat dari wajahnya."Apa yang terjadi Nek?" tanya Alex menghampiri Nenek yang sedang berdiri di depan pintu kamar Ais
Semakin hari kedekatan mereka semakin dekat, Alex dengan telaten merawat Aisyah yang sedang sakit dan itu semua tidak lepas dari pengawasan sang Nenek."Aku udah gapapa, lebih baik kamu pergi saja ke kantor, ga enak izin terus, jangan karena kamu bos kamu malah seenaknya, seharusnya kamu bisa memberikan contoh yang baik untuk para pekerja agar mereka juga nyaman kerja dengan kamu." Bukannya Aisyah tidak menghargai perhatian dari Alex, namun ia rasa perhatian dari lelaki itu terlalu berlebihan.Alex rersenyum, ingin rasanya lebih lama lagi berada disisi perempuan itu, namun ia tidak ingin Aisyah berpikiran buruk tentangnya."Baiklah, aku permisi dulu, kalau butuh sesuatu telpon saja aku.""Makasih ya, hati-hati bawa mobilnya, maaf bukan maksud aku ngusir kamu tapi aku cuma engga mau kamu melupakan pekerjaan karena aku," ujar Aisyah merasa tidak enak hati."Iya santai aja." Setelah berpamitan dan mencium tangan sang Nenek, Alex berlalu pergi meninggalkan kontrakan yang sederhana tersebu
"Eh ada mantan menantu," ujar Bu Wiwik ketika ia berpapasan dengan Aisyah di sebuah warung sembako.Perempuan itu berpenampilan sosialita, ia pergi ke komplek itu karena mengadakan arisan di rumah salah satu temannya, namun betapa terkejutnya ia ketika kembali bertemu dengan perempuan yang pernah menjadi istri dari anaknya."Hati-hati dengan perempuan itu, kelihatannya saja alim tapi aslinya dia itu suka goda suami orang," bisik Bu Wiwik kepada para ibu-ibu yang sedang berbelanja disebuah warung sembako.Aisyah yang juga berada disekitaran mereka memejamkan matanya untuk meredakan amarahnya, ia tahu siapa yang sedang disindir oleh mantan mertuanya itu."Bu kalau ngomong dipikir dulu, jangan sampai merusak nama baik orang, nanti bisa di bawa ke jalur hukum loh," ujar Bu Inem--pemilik warung memperingati perempuan paruh baya tersebut."Saya berbicara sesuai fakta, kalian tahu dia itu mantan menantu saya, beruntung mata anak saya cepat terbuka dan mentalak perempuan murahan ini!" sarkas
"Jawab Nek, apa yang kalian sembunyikan dari aku?" desak Aisyah. Perempuan itu tidak sengaja mendengar perkataan mereka ketika ia keluar dari kamar hendak menghampiri sang Nenek dan Alex."Ga ada apa-apa Neng, kamu cuma salah dengar, kita ga ada menyembunyikan apapun dari kamu," elak Nenek, perempuan lanjut usia itu belum siap mengatakan semuanya, ia belum siap melihat cucunya kecewa untuk kesekian kalinya."Aku ga mungkin salah dengar Nek, jelas-jelas tadi kalian sedang membicarakan sesuatu yang tidak boleh aku ketahui. Segitu tidak bergunakah aku sampai Nenek main rahasiaan sama aku?"Hati Nenek tersentuh, ia tidak tega dan tidak ingin menyakiti hati dan perasaan Aisyah, Nenek menatap Alex lalu mengangguk, mungkin memang ini waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya."Sebenarnya Alex ini adalah teman masa kecil kamu, kamu ingat kan lelaki yang dulu selalu menjaga dan melindungi kamu? Ya, lelaki itu adalah Alex," jelas sang Nenek."Jadi Alex itu Willi?" tanya Aisyah memastika