Share

Bab 4

Author: Rani
last update Last Updated: 2024-01-31 12:22:35

"Mohon maaf Pak, saya permisi." Aska bergegas keluar dari ruangan Davit.

"Saya cuma mau mengingatkan sebentar lagi kita akan meeting dengan klien besar, semua berkas yang saya suruh kerjakan sudah selesai 'kan?" tanya Alexander Wilian--CEO Angkasa Group.

"Semuanya sudah selesai Pak tapi sepertinya berkasnya ketinggalan," ujar Davit menunduk, ia merutuki diri sendiri karena telah melupakan berkas yang sangat penting.

Alex menghembuskan napas kasar. "Kenapa bisa ketinggalan? Sekarang juga kita pergi ke rumah kamu setelah itu baru ke tempat klien."

Davit kembali teringat dengan mantan istrinya, biasanya semua keperluannya selalu disiapkan oleh Aisyah, namun sekarang perempuan berlesung pipi itu sudah pergi dari hidupnya.

"Ayo berangkat!" Teriakan dari sang atasan membuyarkan lamunan Davit, lelaki itu bergegas menghampiri Alex yang sudah keluar dari ruangan.

Sesampainya di rumah berlantai dua dengan cat berwarna putih, Davit keluar dan bergegas masuk kedalam rumah.

"Astagfirullah kenapa rumah berantakan kaya gini?" tanya Davit terkejut melihat sampah cemilan yang berserakan, rumahnya terlihat seperti kandang kambing yang sangat jorok.

"Mau gimana lagi, kan biasanya Aisyah yang beresin semuanya tapi sekarang perempuan itu udah pergi," jawab Bu Wiwik yang masih fokus dengan televisi, ia tidak memperdulikan tatapan kesal dari anaknya.

"Ya makanya mulai sekarang Ibu, Sinta dan Elsa yang harus mengurus rumah dan kebutuhan keluarga," ujar Davit lirih.

"Engga mau ah, Mas cari aja pembantu untuk membersihkan rumah ini, lagian uang Mas kan banyak, jadi bisa dong untuk bayar pembantu," ujar Elsa yang di setujui oleh sang mertua.

"Aisyah aja bisa bersihkan rumah ini sendirian tapi kalian kok engga bisa? Lagian sayang uangnya kalau bayar pembantu dan zaman sekarang susah cari pembantu yang jujur dan rajin," ujar Davit panjang lebar.

"Ya jelas beda dong, Aisyah anak kampung yang sudah biasa kerja sebagai pembantu sedangkan aku anak kaya raya yang biasanya semua kebutuhan selalu disediakan oleh pembantu!" jawab Elsa dengan suara tinggi.

Davit merasakan penyesalan karena telah meninggalkan istri seperti Aisyah, selama mereka menjalani biduk rumah tangga, lelaki itu tidak pernah melihat rumah yang berantakan dan semua kebutuhannya selalu di siapkan oleh perempuan yang sampai sekarang namanya masih ada di dalam hati Davit.

Aisyah juga tidak membantah perkataan Davit, istri pertamanya akan selalu menuruti semua perintahnya, bahkan ia selalu diam walau di caci maki oleh mertua serta iparnya.

***

Sudah satu jam ia mencari kontrakan, namun tidak ada satu pun yang menerima dirinya, ia kembali menemukan sebuah fakta yang sangat besar, ternyata selama ini mertuanya selalu memfitnah Aisyah kepada para tetangga.

"Saya tidak mau menerima perempuan murahan seperti kamu! Penampilannya aja yang kelihatan soleha tapi ternyata perbuatannya tidak mencerminkan seorang muslim! Lebih baik hijabnya dibuka aja Neng! Orang di kompleks ini juga udah tahu siapa kamu yang sebenarnya!"

"Udah lama kita mau mengusir kamu dari kompleks ini tapi mertua kamu selalu melarangnya karena kasihan dengan kamu tapi sekarang kita semua bahagia akhirnya Davit mentalak perempuan murahan seperti kamu! Kita bisa bernapas lega, tidak perlu takut suami kita dirayu oleh kamu."

Pengakuan tetangga tentang perkataan mertuanya bahwa Aisyah memakai hijab karena ingin menutupi jati diri yang sebenarnya, Aisyah adalah perempuan malam dan sering gonta ganti pasangan untuk mencukupi kebutuhannya, perempuan itu sudah melakukannya sebelum menikah dengan Davit dan kebiasaan tersebut selalu terbawa hingga saat ini.

Perkataan para tetangga kompleks selalu berputar di kepalanya, ia tidak menyangka keluarga Davit tega melakukan perbuatan sekejam ini kepadanya.

Aisyah berjalan tertatih-tatih, kakinya sudah lelah untuk melangkah, namun tetap ia paksakan berjalan.

"Ya Tuhan, kemana lagi aku harus cari kontrakan," ujarnya penuh keputus asaan.

"Kenapa mereka begitu tega kepada aku? Apa salah aku? Apakah perempuan kampungan seperti aku tidak berhak bahagia?"

Cuaca memang tidak bisa diprediksi, awan yang semula cerah berubah menjadi awan hitam dan akhirnya hujan turun mengguyur jalanan ibu kota.

Aisyah berlari menuju sebuah halte untuk berteduh, tubuhnya gemetar, ia sangat takut dengan hujan apalagi disertai dengan kilatan serta petir yang menggelegar.

Hujan semakin deras disertai angin kencang dan petir, membuat perempuan itu menangis ketakutan, ia teringat kepada sang nenek di kampung, Aisyah merasa bersalah karena tidak mendengarkan nasihat dari Nenek.

"Nek, Maaf Aisyah udah durhaka kepada Nenek." Aisyah menatap ke jalanan yang tidak ada satu kendaraan pun yang lewat, seandainya waktu bisa diputar, ia akan mendengarkan semua perkataan sang nenek.

"Aaaa!" Petir menyambar pohon disamping Aisyah, membuat perempuan itu semakin ketakutan dan akhirnya pingsan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan   S2-Bab 14

    "Kenapa pada natap aku seperti itu? Aku ada salah?" tanya Rani sedikit tidak nyaman dengan tatapan dari mereka."Kita cuma kaget aja tiba-tiba kamu langsung ngajakin Gus Zizan nikah," jawab Bagas mewakili yang lain."Emangnya ada yang salah? Bukannya setelah lamaran harus segera menikah?" tanya Rani lagi."Tidak ada yang salah tetapi perkataan kamu itu sangat sulit untuk dicerna," jawab Ivan, sedangkan Zizan dan kedua orang tuanya hanya bisa bungkam."Aku benar-benar ingin segera menikah dengan Gus Zizan, tenang saja aku akan tetap menyelesaikan sekolah aku," ujar Rani berusaha meyakinkan."Menurut kamu definisi menikah itu seperti apa?" tanya Zizan. Sekarang hanya ada mereka berdua di ruangan tersebut. Orang tua serta sahabatnya sengaja keluar agar memberikan waktu untuk mereka berbicara empat mata."Menyatukan laki-laki dan perempuan di ikatan janji suci sehingga mereka hidup bersama serta diberikan keturunan yang soleh dan soleha."Zizan tersenyum, lalu berkata, "Menikah bukan hany

  • Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan   S2-Bab 13

    "Kenapa kalian diam? Tadi Abi dengar kalian sedang adu mulut bahkan terdengar hingga luar," tanya Abi.Diperjalanan ingin ke UKS melihat keadaan calon menantu, Abi dan Umi tidak sengaja mendengar suara seseorang yang terdengar seperti sedang adu mulut dan suara itu sangatlah mereka kenali, beruntung disekitaran sedang sepi jadi tidak ada santri yang mendengar, mereka mempercepat langkahnya agar segera sampai ke UKS.Sesampinya di dekat pintu UKS, mereka berhenti sejenak memastikan bahwa suara tersebut benar berasal dari dalam ruangan tersebut, mereka menghela napas dan perlahan masuk."Gapapa Abi, cuma sedikit kesalahpahaman saja," jawab Zizan akhirnya."Nak, di dalam suatu hubungan pasti selalu ada ujiannya apalagi sekarang kalian sedang berada di masa pertunangan yang sangat rawan akan cobaan, tetapi Abi selalu berharap agar kalian bisa melewati semua ujiannya bersama-sama dan menyelesaikannya dengan kepala dingin, jangan sampai ego kalian menghancurkan hubungan yang telah kalian ja

  • Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan   S2-Bab 12

    Rani terbangun lalu melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 04.50, ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berwudhu, ia harus segera ke Masjid sebelum teman asramanya datang biar mereka tidak curiga karena tidak melihat Rani di tempat tidur."Abi, Umi," sapa Rani ketika tidak segaja berpapasan dengan calon mertuanya tersebut."Bagaimana tidurnya nyenyak?" tanya Umi mengusap rambut Rani yang tertutup ketudung mocca tersebut."Nyenyak banget Umi," jawab Rani tersenyum mengembang."Kamu mau ke Masjid ya? Ayo kita bareng saja," ajak Abi, ia bahagia karena perlahan perempuan tersebut sudah bisa membiasakan dirinya di Pesantren dan terlihat Rani juga sudah rajin solat lima waktu, ia juga tidak pernah mendengar calon menantunya itu berbuat keributan."Maaf Abi tapi kayanya ga usah deh, Umi sama Abi duluan saja, Rani sungkan jika nanti ada santri yang lihat, bisa berpikiran macam-macam mereka karena aku dekat dengan kalian padahal notabenya aku santri baru di sini," jelas R

  • Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan   S2-Bab 11

    Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 WIB Rani bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tua Zizan, ia berjalan sepelan mungkin agar tidak mengganggu para temannya yang sudah memejamkan mata."Kamu mau kemana?" tanya Najwa yang terlihat sudah berdiri dari tempat tidur.Rani membalikkan badannya, ia tersenyum gugup. "Eh kamu mau ngapain?" tanya Rani balik bertanya."Seharusnya aku yang tanya kamu mau kemana? Kok kaya mencurigakan gitu?" tanya Najwa dengan mata memicing. "Ayo jujur kamu mau kemana? Apa mau kabur?""Ihh kamu ini suudzon mulu, aku mau ke dapur ambil minum," jawab Rani gugup."Kamu mau kemana?" tanya Rani masih penasaran kenapa perempuan itu terbangun."Aku mau ke toilet," jawab Najwa."Oh ya udah aku pergi dulu ya, kebetulan stok minum aku udah habis," ujar Rani beralasan, ia yakin kali ini alasannya sedikit meyakinkan."Jangan lama-lama biasanya nanti ustadzah datang untuk melihat para santri, bisa bahaya kalau kamu ga ada di asrama," ujar Najwa, benar saja terkadang ustadzah

  • Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan   S2-Bab 10

    "Tidak baik marahan terlalu lama," ujar Umi membuyarkan lamunan Rani."Eh Umi," ujarnya tidak lupa mencium tangan yang hampir keriput tersebut."Kenapa? Sini cerita sama Umi, apa Zizan menyakiti perasaanmu sehingga kalian marahan seperti ini?""Engga kok Umi, Gus Zizan ga pernah menyakiti aku tapi hanya saja aku butuh waktu untuk mencerna semua yang terjadi, jujur aku sedikit merasa tersindir dengan kajian Zizan tadi Subuh, aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar tapi aku belum bisa untuk melupakannya begitu saja.""Umi paham bagaimana perasaanmu dan Umi percaya perlahan kamu akan bisa terbiasa dengan Zizan, kalian hanya kurang komunikasi saja makanya masih terlihat canggung dan untuk masalah pacar kamu yang di kota, sekarang kamu masih berkabar tidak dengannya?"Rani menggeleng, ia tidak tahu bagaimana kabar lelaki tersebut, bahkan Fero sepertinya tidak punya niatan untuk mencari keberadaan dirinya."Sebaiknya kamu solat istikharah minta petunjuk kepada Allah karena tempat yang

  • Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan   S2-Bab 9

    "Rani bangun, kita solat subuh dulu yuk," ujar Nada membangunkan perempuan yang baru saja menjadi sahabatnya itu."Bentar lagi Nad," ujar Rani dengan mata yang masih terpejam, ia baru saja bisa tidur tetapi malah dibangunkan oleh Nada."Ini udah masuk waktu subuh Ran, ayo kita ke musholla, nanti telat loh," ujarnya memaksa perempuan itu untuk bangun.Rani duduk, ia bersusah payah membuka matanya. "Emangnya harus banget ya kita solat Subuh berjamaah? Apa ga bisa nanti aja? Aku masih ngantuk," tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.Nada menghela napas, ia harus memperluas kesabarannya menghadapi perempuan dihadapannya ini."Kita sebagai umat muslim harus segera melaksanakan solat lima waktu terutama solat Subuh karena banyak keistimewaan dan manfaatnya.Dalam sebuah Hadis riwayat Ibnu Majah dan Thabrani mengatakan barang siapa salat subuh berjamaah, maka dia dalam perlindungan Allah. Selain itu kita juga akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, pahala tersebut tidak hanya di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status